TANDA AKAL SEMPURNA ADA SEPULUH
Luthfi Bashori
Manusia itu mempunyai kelebihan yang sempurna dibandingkan jenis makhluk yang lainnya. Manusia itu diciptakan dalam bentuk raga, nafsu dan akal. Sehingga manusia itu mempunyai keinginan, dapat berpikir dan mampu mengimplementasikan keinginan dan pemikirannya itu sekaligus dengan gerakan fisik.
Malaikat sendiri diciptakan tanpa bentuk fisik yang kasat seperti manusia, dan juga tanpa diberi nafsu, namun tetap diberi akal. Hingga malaikat itu tidak memiliki nafsu keinginan, selain hanya mampu berpikir atas kewajiban taat kepada perintah Allah SWT.
Demikian juga dengan bangsa jin, mereka diciptakan tanpa raga, yang ada hanya nyawa, nafsu dan akal, sehingga umumnya bangsa jin itu tidak dapat dilihat oleh mata manusia secara kasat. Mereka memiliki nafsu dan mampu berpikir, namun tidak dapat mengimplementasikan keinginan dan pemikirannya itu secara fisik.
Adapun jenis hewan, maka ia diciptakan dengan memiliki raga dan nafus, namun tidak diberi akal, sehingga jenis hewan ini tidak dapat berpikir. Demikian juga dengan tumbuh-tumbuhan yang diciptakan hanya dengan raga, namun tidak diberi nafsu dan akal, sehingga tidak memiliki keinginan apalagi berpikir.
Adapun tentang akal sebagai penyempurna bagi penciptaan Allah terhadap manusia dikatakan, “Tanda akal ada sepuluh. Lima hal pada lahirnya dan ada lima pada batinnya.
Adapun tanda seseorang yang berakal sempurna secara lahiriyah itu, adalah mempunyai sifat diam, rendah hati, akhlak yang baik, berkata benar, dan beramal shaleh.
Sedangkan tanda seseorang itu berakal, ditijau secara batiniyah adalah. Jika mampu berpikir positif, mampu mengambil pelajaran, khusyuk’ dalam beribadah, serta takut kepada Allah dan selalu mengingat mati.”
Dalam riwayat Shahabat Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka’ab, tentang Sayyidina Khidir AS bersama Nabi Musa AS. Diceritakan dalam serbuah kisah bahwa Sayyidia Khidir berkata kepada Nabi Musa AS: “Seekor burung pipit hinggap di tepi kapal, lalu mematuk air laut.”
Lantas Sayyidina Khidir melanjutkan, “Ilmuku dan ilmumu tidak bisa mengurangi ilmunya Allah SWT, seperti setetes air yang ditelan oleh burung ini dari air lautan itu.”
Walaupun dengan keterbatasan ilmu, namun dengan bekal akal yang diberikan oleh Allah kepada manusia, maka manusia yang berakal sempurna itu, akan mampu mencari kebahagian yang disediakan oleh Allah untuk kehidupan akhirat mereka.