PERMUSUHAN SETAN YANG ABADI
Luthfi Bashori
Menurut Wikipedia, Setan atau syetan adalah makhluk dalam agama Samawi yang menggoda manusia untuk berbuat jahat. Pada awalnya, istilah "setan" digunakan sebagai julukan untuk berbagai entitas yang menantang kepercayaan iman manusia. Sejak saat itu, agama-agama Samawi menggunakan istilah "Satan" sebagai nama untuk Iblis.
Di dalam bahasa Indonesia, istilah Satan berbeda maknanya dengan "setan". "Satan" (huruf besar) lebih condong kepada sang Iblis (diabolos), sedangkan "setan" (huruf kecil) lebih mengacu kepada roh-roh jahat (daemon).
Perubahan makna itu terjadi karena setan tidak diterjemahkan langsung dari bahasa Ibrani, melainkan melalui bahasa Arab, sehingga terjadi pergeseran makna.
Sedangkan Menurut ajaran Islam, kata setan pada dasarnya memiliki arti sebagai kata sifat, yang bisa digunakan kepada makhluk dari golongan jin, manusia, dan hewan.
Menurut Imam Ibnu Katsir menyatakan pula, bahwa setan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan.
...dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Arti QS. Al-An’am: 112)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin, dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan.
Seorang lelaki mengeluh kepada Syeikh Dzun Nun Al-Mishri. Keluhan itu disampaikannya dalam sebuah lantunan puisi.
Aku mengeluhkan tipu daya musuh
Ia melihatku dan aku tidak bisa melihatnya di manapun ia melihatku
Ketika aku lupakan dia, ia tidak melupakan aku
Wahai tuanku, jika anda tidak menolongku, ia akan menawanku.
Syeikh Dzun Nun Al-Mishri RA menjawab, “Meskipun dia bisa melihatmu dari tempat di mana engkau tidak bisa meliahtnya, namun Allah bisa melihatnya dari tempat di mana ia tidak bisa melihat Allah. Maka minta tolong kepada Allah untuk mengalahkannya.” Kemudian dikatakan, “Permusuhan setan terhadapmu adalah nikmat yang besar dari Allah kepadamu.”
Maksud perkataan itu ialah bahwa setan tidak lalai darimu dan mencurahkan segenap tenaganya untuk memerangimu sendirian maupun dengan pasukannya. Engkau tidak memeranginya sendirian karena engkau sangat lemah dan tak berdaya.
Maka keadaan itu memaksamu untuk meminta tolong kepada Tuhan Yang Maha Kuat supaya bisa mengalahkannya. Kemudian engkau pun berlindung, memohon pertolongan dan bertawakkal kepada-Nya dalam upaya mengusirnya dari sisimu. Maka permusuhan setan itulah yang menyebabkan Allah SWT mengembalikanmu kepada Allah dan mendekatkanmu dengan Allah. Inilah tujuan yang dimaksud (agar manusia selalu ingat Allah).