IMAN DAN AMAL SHOLEH
Kiat Ampuh Mencapai Derajat Tinggi
Ustadz Dudy Akasyah, SAg., MSi.
Kecuali mereka yang beriman dan beramal salih maka bagi mereka pahala yang tak pernah putus (QS. Attin, 95: 4-6)
Iman dan Amal Salih
Iman perlu dibuktikan dengan amal salih. Sebaliknya, setiap amalan harus dibentengi dengan iman. Ada seseorang berteriak-teriak menyebut dirinya beriman tetapi ia tidak pernah menunjukan amal salihnya sama sekali. Ia suka memfitnah, menyebar kebencian, tak pernah salam, mahal senyum, enggan sedekah, dan malas memakmurkan masjid; maka ucapannya tentang iman itu sangat meragukan.
Sebaliknya, orang giat beramal tetapi tanpa benteng iman, hasilnya juga sia-sia. Amalnya menguap begitu saja tak berbekas, baik bagi si pemberi maupun si penerima. Misalnya, seorang juru kampanye beramal dengan membagi-bagikan makanan (sembako) pada masyarakat agar kandidatnya menang dalam perolehan suara. Jurkam itu beramal tetapi tidak didasari iman. Maka amalnya itu sia-sia sebab si penerima akan berkata dalam hatinya: “Kalo mau dipilih baru ngasih-ngasih.” Tak jauh beda dengan niat si pemberi: “Masa sudah diberi sembako gak milih jagoanku, tak ada pemberian kalau tak ada timbal balik.”
Iman merupakan benteng jiwa supaya tetap merasa disaksikan Allah Swt, memiliki semangat baja, mental stabil, ikhlas, sabar, dan penuh syukur. Sedangkan amal salih merupakan bukti nyata dari kebahagiaan tersebut seperti senyuman, menolong sesama, membahagiakan orang-orang, dan menyantuni fakir miskin.
Amal Salih
Amal salih harus dilakukan sekarang. Perjalanan hidup harus mempunyai nilai. Detakan jam di dinding menjadi penghitung saat-saat kita beramal. Ayunan tangan membersihkan rumah, perjalanan kaki menuju masjid, aktivitas di kantor, atau kehidupan sehari-hari dilalui dengan amalan-amalan salih.
Pertanyaannya, siapakah diantara kita yang tak dapat beramal salih? Jawabannya: tidak ada. Selagi iman masih ada dalam dada maka dipastikan kita mampu beramal salih. Lucu sekali jawaban seorang perdana menteri, ketika ditanya: “Pak, kapan bapak beramal salih?” Dia menjawab: “Entar kalau sudah non aktif, sekarang masih sibuk.” Jawab kita, apa sih kesibukan di dunia ini? Tidak ada, selain hanya untuk ibadah.
Ketika jualan di pasar, timbangannya adil, itulah ibadah. Ketika memperbaiki jalan dengan ikhlas, itulah ibadah. Saat memperoleh rezeki kita bersyukur, itulah ibadah. Ketika musibah datang kita bersabar, ini juga ibadah. Berkasih sayang dengan anak-isteri, itulah ibadah. Memakmurkan masjid, membersihkan masjid, mencari ilmu, dan memperkokoh iman, itulah namanya ibadah. Kesibukan kita di dunia hanya untuk ibadah.
Amal Salih: Lakukan Sekarang!
Memang betul, jika ingin beramal salih maka lakukan sekarang. Jangan menunggu entar, nanti, atau bentar lagi. Sikap menunggu atau pasif dalam beramal, bukan sikap yang baik untuk kita pertahankan. Enggan beramal salih merupakan musuh dalam diri yang harus kita waspadai jangan sampai berlarut. Peribahasa mengatakan: Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati tinggalkan balas budi.
Lihatlah orang yang enggan berbuat baik, hidupnya sungguh sia-sia dan tidak bernilai. Apa yang dia lakukan laksana uap yang berlalu begitu saja tanpa memberi bekas untuk akhirat. Atau seperti air di daun talas, ketika air itu berlalu maka tak ada bekas apapun dalam daun itu. Saat kain kafan membungkus tubuhnya, tak ada satu pun budi baik yang diwariskan. Ia pulang dengan hampa penuh kegetiran.
Kerugian bagi orang-orang yang malas beramal salih. Waktunya berlalu begitu saja. Meskipun ia tampak sibuk, namun kesibukannya tak memiliki nilai-nilai maslahat. Keringat yang bercucuran adalah cucuran hampa. Suara lengkingan mulut tak ubahnya suara keledai yang hampa tujuan. Sungguh, kehidupan bermakna hanya dapat diraih oleh mukmin yang giat beramal salih.
Sebenarnya, jika kita memulai amal salih dari sekarang maka tentu jalan menuju amal salih langsung terbuka. Jika negeri ini terkenal dengan penganggurannya maka masalah utamanya adalah mereka tidak mau beramal salih. Dan…semua penduduk negeri ini sangat enggan beramal salih. Negeri adalah atap besar dan luas, kemajuannya mutlak membutuhkan gerak langkah bersama-sama dari mulai lingkup yang sekecil-kecilnya.
Akhirat
Iman pada akhirat membuat kita makin bersemangat mengumpul bekal amal salih. Melalui perenungan akhirat maka muncul keinginan beramal salih setiap detik. Apa yang dimiliki tubuh kita ingin dipersembahkan untuk beramal salih. Jika saya punya mulut maka ingin sekali senyuman menghiasai kehidupan dan kata-kata santun menjadi ladang pahala. Jika punya telinga ingin sekali mendengar bunyi ayat-ayat Allah, nasihat, keagungan penciptaan burung-burung, suara angin, dan sebagainya. Saya juga punya tangan, maka merupakan kehormatan bagi saya jika tangan berguna bagi orang lain, memberi sedekah, memperbaiki masjid, dan sebagainya.
Hidup yang sangat cepat seyogyanya memberi hikmah besar bagi kita sebagai orang yang mempunyai fikiran bahwa tidak sepatutnya membuang-buang waktu dari beramal salih. Akitivitas amal salih adalah aktivitas besar dan bernilai tinggi sehingga tidak patut kita melupakannya begitu saja. Aktivitas dzikir, memakmurkan masjid, mengagungkan Asma Allah, dan menyantuni fakir miskin merupakan pekerjaan yang bernilai mulia.
Biarlah orang-orang yang tidak berakal mengoceh kian kemari, menyebar fitnah, dan mengirim luka pada mukmin, tetapi kita harus kokoh menggelorakan amal salih sampai mati. Kita harus secepatnya dan segiat-giatnya mengisi waktu hanya untuk Allah Swt. Kita bukan bekerja untuk manusia, atasan, atau majikan, melainkan kita bekerja hanya untuk Allah Yang Maha Kaya lagi Maha Melihat.
Amal Salih: Kebutuhan Saya
Amal salih tidak hanya kewajiban melainkan sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Bagi seorang mukmin, hidup ini menjenuhkan kalau tidak beramal salih. Mukmin ingin mempersembahkan ini dan itu guna membahagiakan sesama. Bahkan, ia tidak hanya peduli pada sesama manusia, melainkan peduli juga pada hewan, tumbuhan, atau air di sungai. Syahdan seorang mukmin mencuci piring, dilihatnya dalam piring itu semut-semut berjalan kian kemari. Maka mukmin menyelamatkan dulu semut ke tanah sebelum ia melanjutkan cuciannya. Suatu ketika mukmin berjalan-jalan ke kebun, dilihatnya bunga-bunga indah berwarna-warni. Ia pandangi bunga itu. Saat mukmin hendak memetiknya, ia berfikir apakah perbuatannya merusak kehidupan tumbuhan itu? Dia pun akhirnya tidak jadi memetik bunga, melainkan mengambil bunga yang terjatuh di tanah.
Sungguh bahagia manusia yang memiliki iman kokoh dan semangat beramal salih sebab detik-detik kehidupannya penuh simpatik, terpuji, dan memberi kemaslahatan bagi setiap penghuni kehidupan. Hikmah dari amal salih akhirnya memberi pelajaran pada kita bahwa amal salih sekarang telah menjadi “kebutuhan” kita untuk berbahagia. Bukankah saat sedekah tiba-tiba hati kita gembira? Bukankah saat tersenyum pada sesama hati juga bahagia? Bukankah ketika pulang dari masjid hati kita senang? Bukankah gembira, bahagia, dan senang itu merupakan kebutuhan kita? Oleh sebab itu maka amal salih adalah kebutuhan kita. Jika kita ingin bahagia dan berderajat tinggi maka perbanyak amal salih.
Iman dan Amal Salih: Satu Kesatuan
Iman dan amal salih merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi tangga-tangga guna mencapai derajat mulia di sisi Allah Tuhan semesta alam. Tentu, kita tercipta ingin menjadi manusia mulia, manusia berderajat tinggi, manusia pemberi kebajikan terhadap sesama, dan manusia bernilai yang kehadirannya di muka bumi membawa ketentraman dan kebahagiaan bagi sesama.
Penutup
Iman dan amal salih menjadi kiat sakti meraih kemuliaan hidup. Orang yang kokoh iman dan giat beramal salih dipastikan mampu meraih derajat tinggi di sisi Allah Pencipta dan Penguasa jagat raya beserta isinya. Iman dan amal salih merupakan garansi kebahagiaan dan kemenangan dunia akhirat. Bukankah banyak sekali ayat Al Qur\`an yang menegaskan keutamaan iman dan amal salih? Oleh sebab itu, marilah kita isi waktu demi waktu dengan memperkokoh iman dan memperbanyak amal salih supaya detik-detik kehidupan menjadi berlian yang akan dikumpulkan guna menghiasi batu-bata taman surga. Ya Allah, hidup ini fana.
Detik-detik di dunia sungguh berharga untuk mengabdi pada Sang Pencipta. Allah, berikan kami kekuatan untuk memantapkan iman menjadi lebih baik dan lebih bersinar. Anugerahkan pula kami kemampuan beramal salih segiat-giatnya. Hanya Engkau yang mampu menjaga dan membimbing kami. Penjagaan Engkau merupakan idaman kami. Ya Allah, pelihara kami dari siksa api neraka.