URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 7 users
Total Hari Ini: 60 users
Total Pengunjung: 6224161 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
BAHAYA SEKULARISME  
Penulis: Pejuang Islam [ 4/6/2020 ]
 
BAHAYA SEKULARISME

Taushiah: KH. Luthfi Bashori
Transkrip video: Rizal Affandi

Sekularisme adalah usaha menduniawikan hal-hal yang terikat pada unsur kerohanian, termasuk usaha fashluddin `anid daulah, pemisahan agama dari urusan pemerintahan.

Ada lagi ajaran Sekulerisme, yaitu mereka tidak mau, jika segala sesuatu itu dikait-kaitkan dengan kerohanian. Hal itu menurut mereka tidak perlu, karena urusan kerohanian keyakinan, itukan urusan hati.

Kata mereka, urusan agama itu urusan nanti, bukan urusan sekarang, sedangan kita hidup di zaman sekarang, apa yang kita lihat dan apa yang kita rasakan.

Yang seperti itulah bahasa kaum sekuler, yaitu memisahkan segala sesuatu dari urusan kerohanian. Mereka hanya menyakini yang nyata dan yang kasat mata.

Demikian juga dalam urusan kenegaraan, hingga dikatakan fashluddin aniddaulah, upaya memisahkan `Urusan Agama` dari pemerintahan.

Jadi sebuah pemerintahan itu, menurut kaum Sekuler tidak boleh dimasuki oleh aturan agama manapun, termasuk aturan agama Islam.

Jadi sekalipun negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, kau Sekuler menolak Syariat itu masuk pada wilayah-wilayah kenegaraan, dan seperti itulah cara berpikir orang orang sekuler.

Di Indonesia bagaimana?
Di Indonesia ini tidak bisa dikatakan negara sekuler murni, karena banyak `Urusan Agama` yang ditangani oleh pemerintah.

Maka tidak fair kalau dikatakan Indonesia adalah negara sekuler, sedangkan banyak urusan keagamaan baik Islam maupun non-Islam itu diatur oleh negara.

Contoh kalau di kalangan umat Islam, urusan Haji, urusan itu kan diatur oleh pemerintahan.

Ada lagi seperti puasa, kalau kita akan mengawali puasa Ramadhan maka kita perlu mengadakan rukyatul hilal.

Kenyataannya gimana?
Umat Islam itu harus menunggu pengumuman itsbat dari pemerintah, dalam bab ini dari Kementerian Agama, untuk mengatakan kapan dimulainya awal Ramadan.

Demikian juga kalau sudah akhir bulan Ramadan menjelang 1 Syawwal, apa yang terjadi?

Maka pemerintahan juga sibuk untuk mengatur ketentuan kapan jatuhnya 1 Syawwal.

Begitu dan seterusnya, walaupun ketentuan 1 Syawwal ini ada rentetannya dengan liburan nasional, tapi tidak lepas dari aturan pemerintah dalam mencampurkan atau memasukkan urusan agama ke dalam wilayah pemerintahan.

Jadi Indonesia ini tidak bisa dikatakan negara sekuler murni, walaupun syariat Islam belum mutlak bisa diterima oleh pemerintah untuk diamalkan di Indonesia.

Ya tinggal kita umat Islam, tokoh-tokoh Islam, pejuang pejuang Islam yang wajib berupaya, bagaimana kiranya agar ajaran Syariat itu bisa menjadi rujukan dari keputusan-keputusan kenegaraan.

Semestinya demikian yang dilaksanakan di negara Indonesia, agar tidak lepas dari urusan keagamaan, karena kita ini bukan orang-orang sekuler.

Karena apa?
Sekulerisme ini tidak lain adalah ajaran orang-orang liberal Barat yang bercampur aduk dengan kepentingan orang-orang komunis dari timur yaitu dari Rusia, dari China atau Tiongkok, Mongol dan seterusnya.

Sedangkan kita bukan mereka, kita adalah bangsa Indonesia yang agamis.

Tatkala bangsa Indonesia ini dijajah oleh Belanda, maka Belanda bisa menguasai perekonomian Indonesia, dan mereka bisa menguasai kekayaan alam Indonesia, tapi tidak bisa menguasai keagamaan atau ritual dan keimanan umat Islam bangsa Indonesia.

Tetap saja yang Islam tetap Islam, dan masih kuat di dalam keagamaannya. Itu kebenaran yang ada pada diri masyarakat Indonesia.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam