URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 4 users
Total Hari Ini: 305 users
Total Pengunjung: 6224425 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
YANG MEMBATALKAN HAK WARIS 
Penulis: Pejuang Islam [ 3/6/2020 ]
 
YANG MEMBATALKAN HAK WARIS

Luthfi Bashori


Dua hal keadaan yang jika terjadi, maka putuslah hak waris bagi pelakunya. Maksudnya si pelaku tidak mendapatkan hak waris dari harta yang ditinggalkan oleh mayit/jenazah yang terkait.

Sebagaimana dipahami oleh umat Islam, bahwa karena hubungan darah dan pernikahan itu, jika ada salah satu dari mereka yang meninggal dunia, maka yang ditinggal itu akan mendapatkan harta waris dari mayit/jenazah, tentunya harus sesuia dengan aturan yang telah diatur dalam ilmu Faraid (pembagian hak waris).

Namun dalam Syariat, ada pengecualian bagi keluarga yang ditinggal itu, adakalanya dilarang (haram) mendapatkan hak warisnya, karena telah melanggar aturan agama.

Yang pertama, jika ada ahli waris yang sengaja membunuh pemilik harta, sebagaimana umumnya, hal ini terjadi karena si pelaku ingin secepatnya dapat menguasai harta yang dimaksud. Namun dengan adanya pembunuhan ini, justru si pelaku dilarang (haram) mendapatkan harta waris dari mayit/jenazah, sekalipun ada hubungan darah semisal anak dan orang tua, atau hubungan pernikahan suami dan istri.

Rasulullah SAW bersabda, “Yang membunuh tidak mewarisi harta dari yang dibunuhnya.” (HR. Nasa’i).

Yang kedua yaitu murtda, contohnya sengaja keluar dari Islam semisal dengan pindah agama, seperti umumnya yang terjadi pada pernikahan beda agama, atau menyatakan dengan penuh kesadaran bahwa si pelaku menjadi Atheis (anti agama).

Rasulullah SAW juga bersabda, “Orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang kafir pun tidak dapat mewarisi harta orang muslim.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jadi jelaslah, bahwa seseorang yang keluar dari agama Islam kehilangan hak untuk mewarisi harta keluarganya yang meninggal.

Pengaruh murtad itu tidak hanya memutuskan hubungan kekeluargaan khususnya yang terkait dengan harta waris, namun bagi hubungan suami-istri dapat menyebabkan perceraian.

Assyeikh Muhammad Az-Zuhri, dalam kitab As-Sirajul Wahhâj, cetakan Darul Ma’rifah, Beirut, halaman 377 mengatakan:  

 “Apabila suami - istri murtad atau salah satunya saja sebelum mereka bersenggama, otomatis terjadi talak (cerai). Jika murtadnya terjadi setelah mereka pernah melakukan senggama, walaupun hanya sekali, maka ikatan tali pernikahannya ditangguhkan. Kalau mereka masuk Islam lagi dalam masa iddah, pernikahannya terjalin kembali lagi secara otomatis. Namun, apabila masa iddah sampai habis, namun belum masuk Islam lagi, maka terjadi talak. Selama masa pending dari tali pernikahan pasangan suami – istri itu tidak boleh melakukan senggama.”



   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam