Kotak Pandora
A.Moertadho
Hidup kita ini seperti mata rantai yang terus beralih, dari keadaan yang satu ke keadaan lainnya,dari satu peristiwa menuju peristiwa berikutnya yang semuanya itu saling berkaitan.Ibarat kotak pandora, kalau kita buka satu pintunya,kita akan dibawa ke pintu berikutnya dan begitu seterusnya sehingga kita nggak akan bisa kembali ke pintu yang pertama tadi.....Itulah umur manusia dengan segala proses yang ada didalamnya.
Uraian diatas akan saya coba analogikan dengan browsing di internet.Misalnya kita ngebrowsing di sebuah search engine,trus kita ngetik tema yang baik,taruh kata sejarah Islam. Maka sejauh-jauhnya kita berselancar masih besar kemungkinan kita ketemu kata sejarah dan kata islam.Begitu juga dengan semua yang punya korelasi dengan keduanya. Sebaliknya, sekali kita coba-coba ngintip tema yang nyerempet ke sesuatu yang buruk,biar kata tema itu baik, maka bisa dipastikan itu menjadi pintu gerbang kita menuju hal-hal yang buruk.
Umpamanya kita ngetik kata "hiburan",maka besar kemungkinannya kita ketemu dengan kata "cerita humor" yang sangat menarik untuk dibaca. Kalo "cerita humor" tadi dibuka, maka kita akan ketemu lagi kata "humor dewasa".Wah...... kalo disini kita nggak kuat ngempet rasa penasaran kita,terus kita gatal untuk membukanya,maka sudah bisa dipastikan kemanakah arah petualangan kita selanjutnya.
Terinspirasi dari hal ini, saya jadi ingat sama cerita jalan hidup ulama salaf kita tentang usaha pencapaian mereka kepada Allah.Bagaimana disiplinnya mereka ninggalin hal-hal yang diperbolehkan alias mubah yang semuanya itu dikarenakan mereka khawatir hal itu bisa nganterin mereka ke hal-hal yang diharamkan (kaya browsing dari tema \"hiburan\" yang dibolehkan ke "Humor Dewasa" yang dilarang). Misalnya tidak sampai ke yang haram, minimal itu bisa membawa mereka kepada perbuatan sia-sia sehingga membuat mereka lupa dan lalai terhadap Allah.
Nah.......kalo yang mubah aja ditinggalin apalagi yang makruh, karena ini adalah batas teritori terakhir dengan yang haram.
Mohon maaf kalau saya ambil "rokok" sebagai contoh yang paling gampang.Kalo dilihat dari segi akibat dan alasan kenapa rokok di"candui",maka rokok berbatasan langsung dengan minuman keras yang sama-sama digunakan untuk mencari ketenangan dan konsentrasi......katanya.Jarang sekali ada orang yang berani mengkonsumsi MIRAS tanpa melewati "pintu" merokok terlebih dulu. Ada yang bilang kalo rokok itu pelumas lidah buat nyicipin MIRAS, barangkali biar tawar sama rasa pahitnya. Kalau kita coba masuk lebih dalam lagi maka kita akan ketemu gapura "Selamat Datang di Kabupaten Narkotika".Nah, kalau kita kehabisan bekal waktu menikmati area ini, maka mau tidak mau kita harus cari bekal lagi di kawasan industri terdekatnya, yaitu di "kecamatan kriminal" yang banyak didirikan "pabrik-pabrik pencurian","tambang-tambang perampokan" dan "gudang-gudang prostitusi"......Na`udzubillah tsumma na`udzubillah.
Ngeliat resiko seperti diatas maka sudah seharusnyalah kita meneladani para ulama salaf kita dalam hal kehati-hatiannya ketika melakoni hidup,sekalipun itu mubah,sebagaimana sabda Rasulullah SAW "termasuk tanda kesempurnaan Islam seseorang, meninggalkan apa yang tidak perlu dilakukannya\" (AlHadits).