TERASA KEJELEKANKU LEBIH BANYAK DARI KEJELEKANMU
Luthfi Bashori
Jika mayoritas orang umumnya merasa berbangga dengan banyaknya amal kebaikan yang pernah diperbuat, tapi rasanya penulis lebih banyak mengkhawatirkan terhadap keburukan yang pernah penulis perbuat.
Karena keburukan itu walaupun tidak tampak di hadapan orang lain, tapi jika tidak diampuni oleh Allah maka akan terasa berat dipikul saat kelak menghadap kepada-Nya. Keburukan seseorang itu hanya akan sirna, jika pelakunya bertobat memohon ampun kepada Allah dan Allah berkenan mengampuninya.
Pernah Nabi Muhammad SAW berkata dalam khathbah yang menunjukkan kekhawatiran terhadap para shahabatnya, “Hai sekalian manusia, seakan-akan kematian itu ditetapkan atas orang selain kita, dan seakan-akan kebenaran (kematian) ityu hanya wajib atas orang selain kita. Seakan-akan orang mati itu kita hantarkan melakukan perjalanan (ke kuburan) hanya sebentar dan keadaan kembali lagi kepada kita seperti sedia kala. Kita tempatkan mereka dalam kuburan mereka dan kita makan warisan mereka, seakan-akan kita hidup kekal sesudah mereka. Kita lupakan setiap nasihat. Kita merasa aman dari setiap bencana. Beruntunglah siapa yang lebih disibukkan oleh akhiratnya daripada dunianya. Dan beruntunglah siapa yang lebih memperhatikan kejelekan dirinya daripada kejelekan orang lain.” (diringkas dari kitab Jawahirul Bihar oleh Syekh An-Nabhani Rahimahullah).
Betapa agungnya sabda Rasulullah SAW ini dalam mengingatkan umat Islam, terutama yang hidup di jaman sekarang, jaman dimana jika ada orang tidak pernah melaklukan maksiat saja tanpa harus melakukan amal kebaikan-kebaikan selain yang wajib, maka sudah dinilai sebagai orang baik.