Menyatukan Langkah Sunnah Nusantara
Mafahim
Ada yang baru dari perjalanan akidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) di Nusantara. Indonesia-Malaysia telah menyelenggarakan seminar bersama membahas masalah pengembangan dan masa depan Aswaja itu. Judul yang ditawarkan adalah "Pengekalan Ahlussunnah wal Jamaah di Rantau Melayu".
Sebagai anutan mayoritas Muslimin, maka penyegaran atas faham ini memang rasanya harus terus dilakukan agar ajaran Islam itu sendiri menjadi Shalih Likulli Zaman wa Makan (selaras dengan situasi dan kondisi zaman). Bahkan dari para pembahas seminar, telah sepakat bahwa Aswaja itu tidak lain adalah Islam itu sendiri. Islam lurus dan sejati sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dan dikembangkan oleh para sahabat Nabi dan dilanjutkan oleh Tabi`in dan Tabi`uttab`in sampai sekarang ini.
Nah, yang justru tidak pada jalur jamaah ini, mereka disebut serpihan (Ind: sempalan, pen.). Seperti kemunculan faham-faham yang keluar dari jamaah (al-Mufariqu al-Jama`ah) meninggalkan stigma di tengah persatuan dan kesatuan umat yang batu-batanya sudah diletakkan oleh Rasulullah bersama para sahabat, seperti Rawafidz (Syiah), Khawarij, Murji`ah, dan sebagainya itu.
Pertemuan tersebut juga sekaligus membangun epistemologi Ahlussunnah wal Jamaah melalui tajdid (pembaharuan) pemikiran yang mesti selalu dilakukan agar Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang bekembang di rantau (kawasan) Nusantara (Indonesia dan Malaysia) tetap moderat dan bersatu.
Menurut sekretaris YADIMI, Drs H. Samsul Mu\`arif, MSi, bahwa telah direncanakan oleh YADIMI suatu program untuk melanjutkan seminar ke daerah-daerah bekerjasama dengan ormas-ormas Islam, "Untuk menjaring pemikiran para ulama dan cendekiawan daerah dalam rangka melaksanakan tajdid (pembaharuan) pemikiran akidah Ahlussunnah wal Jamaah," itu tadi.
Setelah tiga hari berdiskusi, seminar ini menghasilkan butir-butir rekomendasi sebagai berikut; Pertama: Menjaga kerangka wacana pemikiran dalam agama yang seragam dalam kebenaran yang merupakan hasil yang paling matang dan benar dari umat Islam dalam sejarahnya dari awal hingga kini.
Kedua: Perlu meneruskan keseragaman ini untuk membina pemahaman-pemahaman keagamaan yang harmonis dengan prinsip-prinsip epistemologis arus pemikiran Islam. Ketiga: Meneruskan pengembangan intelektual dan keagamaan yang stabil sebagai upaya membina peradaban nusantara.
Keempat: Perlu menyuburkan disiplin-disiplin ilmu Islam melalui pendidikan untuk membangun umat dan budaya masyarakat dalam kerangka pegangan serta nilai-nilai Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Kelima: Mengembangkan pendidikan dalam dunia Melayu (Indonesia-Malaysia) yang melibatkan populasi umat Islam dan membina peradaban yang berpandukan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah untuk peradaban Islam yang adil dan damai.
Semoga persoalan internal di lingkungan Sunni sendiri, seperti perdebatan sekitar masalah-masalah furu`iyah dapat diminimalisasi, sehingga soliditas umat semakin menguat untuk menyongsong masa depan kaum Muslimin rantau (kawasan) Melayu atau Nusantara ini dengan cerah. Barangkali ramalan mengenai umat Islam akan semakin berjaya dari ufuk timur (yang tak lain adalah Indonesia-Malaysia) ini insya Allah segera menjadi kenyataan.