JANDA SHALIHAH, MILIK SIAPA DI SURGA?
Luthfi Bashori
Banyak orang bertanya terkait status seorang janda shalihah yang menikah lagi setelah suaminya wafat, bahkan mungkin saja sang janda itu menikah beberapa kali, setelah ditinggal wafat oleh suami pertama, kedua dan ketiganya, demikian dan seterusnya. Pertanyaannya, jika kelak sang janda ini masuk surga dan semua mantan suaminya juga masuk surga, lantas menjadi milik siapakah sang janda shalihah ini?
Beberapa situs yang berisi perdebatan antara muslim dan non muslim yang beredar di dunia maya, pernah ada pertanyaan dari pihak non muslim terkait masalah ini. Namun sayangnya dari peserta muslim yang memberi sanggahan itu mayoritasnya dari kalangan awam, sedangkan para pakar agama kurang berkenan bergabung dalam group perdebatan tersebut, karena baik yang membuat group maupun para pesertanya tidak jarang yang postingan ucapannya tidak terkontrol, bahkan menjurus saling emosi dan caci maki.
Jadi, para pakar agama Islam memilih tidak mau ikut bergabung dalam group tersebut, demi menjaga etika sebagai muslim yang baik. Rasulullah SAW berpesan, “Termasuk dari kebaikan Islam seseorang itu jika ia berusaha meninggalkan sesuatu yang tidak patut bagi dirinya.”
Maka dalam forum debat terbuka yang tanpa ada swasit itu, sering kali satu tema yang dibahas belum sampai tuntas, maka pindah ke tema yang lain, dengan menyisakan permasalahan yang tidak pernah tuntas.
Salah satu pertanyaan yang pernah mencuat adalah pertanyaan dari non muslim terkait status seorang janda muslimah yang pernah menikah beberapa kali dengan lelaki muslim yang shalih juga, apakah kelak di surga sang janda shalihah itu akan berpoliandri (mempunyai beberapa suami)?
Sebenarnya, pertanyaan seperti ini sudah ada jawabannya secara langsung dari Rasulullah SAW, jika saja umat Islam mau mencermati kitab-kitab para ulama salaf Aswaja, sebagaimana yang diterangkan di bawah ini.
Shahabat Anas bin Malik RA berkata, “Ummu Habibah bertanya, ‘Ya Rasulullah, jika seorang wanita mempunyai dua orang suami di dunia dan keduanya telah mati dan masuk surga, maka untuk siapakah sang istri?’ Sabda beliau SAW, ‘Sang istri menjadi milik suami yang paling baik budi pekertinya ketika di dunia.” (Disebut oleh Imam Al-‘Amili).
Ternyata, budi pekerti dan kemuliaan akhlaq sang suami itu dapat mempengaruhi kepemilikan terhadap sang janda shalihah sebagaimana yang pertanyakan dalam perdebatan tersebut.