|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 97 users |
Total Pengunjung: 6224203 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
DIALOG KH. LUTHFI BASHORI & HB. ABU BAKAR BIN HASAN ASSEGAF (PASURUAN) |
Penulis: Pejuang Islam [ 11/4/2020 ] |
|
|
Transkrip Video
DIALOG KH. LUTHFI BASHORI & HB. ABU BAKAR BIN HASAN ASSEGAF (PASURUAN)
KYAI: Ya Habib. Kenapa orang-orang jaman sekarang, khususnya yang anti Arab itu -seperti dalam jargon-jargon nya- justru ditampakkan dari sebagian orang-orang yang mengaku NU.
Saya punya banyak kawan dari kalangan Muhammadiyah, walaupun yang lebih banyak kawan dari NU. Itu sepertinya, orang Muhammadiyah itu kurang banyak menyerang bangsa Arab apalagi anti Arab. Tapi kenapa kok justru adanya para penyerang bangsa Arab itu ada di kalangan NU, orang-orang kita, min abnai jinsina, sama dengan kita.
Padahal guru-guru atau Masyayikh NU jaman dahulu, mayoritasnya belajar di negeri Arab.
Contoh orang seperti saya dan kawan-kawan putra-putra Kyai NU, atau yang umumnya dipanggil gawagis atau gus-gus, pada periode angkatan saya itu, banyak yang dikirim ke Makkah, Yaman, Mesir, ada yang ke Syria, Khurthum, Khurthum itu di Sudan, tapi bahasanya bahasa Arab.
Seperti saya sendiri mengambil waktu belajar di Makkah selama 8 tahun, kemudian pulang. Setelah pulang ini, menjadi seperti asing di rumah sendiri. Kenapa yaa?
Sebagian orang-orang yang tidak berangkat ke Arab, ada yang aqidahnya terdegradasi dengan kalimat-kalimat anti Arab.
Terus saya mengatakan: Salahku apa?
Sejak saya pulang dari Arab sudah dituduhan macam-macam.
Oh ini dari Saudi ini, Wahabi.
Oh ini Khawarij.
Padahal yang kita sampaikan itu apa yang pernah dikaji oleh Hadhratus Syeikh Hasyim Asy’ari.
Lah kebetulan, mungkin dulu karena saya kebanyakan minum Zam-zam mungkin, sehingga suara saya jadi keras, padahal isinya sama (dengan nada bercanda).
Yang jadi masalah, kalau orang itu menyampaikan dengan bahasa lembut seperti antum, sedangkan saya karena sudah kebanyakan minum Zam-zam akhirnya suaranya lantang he he he .. dan dituduh radikal, dituduh non NU, bahkan dituduh Jhawarij dan sebagainya.
Walaupun kita menyampaikan apa yang kita baca di kitab-kitab Salaf kita (Aswaja).
Gimana pendapat Habib?
HABIB: Memang problem kita saat ini.. ya itu tadi. Itulah yang kita hadapi saat ini.
Satu tadi gerakan anti Arab. Tadi yang sudah jelas itu. Saya membaca itu bagian dari misinya Islam Nusantara, yang sebenarnya dimotori oleh orang-orang liberal.
Jadi soal intonasi ceramah itu kan sebenarnya bukan persoalan, itu kan sebenarnya mode gaya. Orangnya itu kan gaya ceramahnya beda-beda. Saya disuruh seperti beliau (menunjuk Kyai Luthfi) nggak bisa... gaya saya ya gawane yowes ngene iki (pembawaannya lembut seperti ini).
Beliau (Kyai) menjadi saya juga nggak bisa, walaupun kadang-kadang sebenarnya yang kita sampaikan itu esensinya sama, hakekatnya sama.
Mungkin Antum dan saya sering muwashalat (berhubungan) dengan dua tokoh kita, ada 1. KH. Abdul Qoyyum. 2. KH. Najih Maimun salah satu Murid Abuya Sayyid Muhammad Almaliki.
Antara KH. Najih Maimun dan KH. Abdul Qoyyum, sebenarnya hakekatnya sama, sasarannya sama, cuma cara penyampaiannya berbeda karena gayanya.
KH. Abdul qoyyum tutur katanya lebih lembut, lebih hati-hati, lebih santun kalau KH. Najih, syiddah, kan orangnya keras karena mungkin ghirah (cemburu agama)-nya sangat kuat, sama seperti KH. Luthfi ini, keras itu karena itu ghirah dan itu saya kira sesuatu yang baik.
Harus ada yang begini ini supaya harmonis. Jadi ada yang keras ada yang lembut. Kalau keras semua nanti bingung, kalau semuanya lembut klemak-klemek (terlalu santai) juga kurang bagus.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|