ORANG KAFIR MUSYRIK ITU TIDAK LAYAK MENJADI KHALIFAH ALLAH
Luthfi Bashori
Inni ja’ilun fil ardhi khalifah, sesungguhnya Aku menjadikan (Adam) khalifah (pengatur/penguasa) di atas bumi.
Manusia sebagai anak Adam, telah divonis oleh Allah sebagai penguasa di muka bumi. Namun, karena beragamnya sifat dan karakter manusia, maka hakikatnya tidak semua orang itu layak untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi-Nya, kecuali orang yang suci jiwanya dan telah dihilangkan kotoran atau najasahnya. Karena setiap jiwa orang itu mempunyai najasah sebagaimana badan mempunyai najasah.
Najasah yang berada di badan dapat dilihat dengan kasat mata, sedangkan najasah jiwa tidak dapat dilihat, kecuali dengan ‘ainul bashirah (mata hati). Allah SWT berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis.” (QS. At-Taubah: 28), dan Allah SWT berfirman artinya, “Dan kotoran (perbuatan dosa) itu, tinggalkanlah.” (QS. Al-Muddatstsir: 5). Allah SWT juga berfirman yang artinya, “Dan Allah menimpakan ar-rijsa (kemurkaan) kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (QS. Yunus: 100).
Dikatakan bahwa manusia itu tidak layak menjadi khalifah Allah SWT di muka bumi, kecuali yang suci jiwanya, karena khalifah berarti mengikuti Allah SWT sesuai kemampuan dalam melakukan perbuatan-perbuatan Ilahiah, dan barangsiapa yang tidak suci jiwanya, ia pun tidak bersih perkataan serta perbuatannya.
Karena itu setiap orang kafir yang tidak mengimani ketuhanan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad SAW dan orang musyrik yang menyekutukan Allah, sangat tidak patut dan tidak layak menjadi khalifah Allah di muka bumi.
Sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang mukmin itu lebih baik daripada amalnya, sedangkan orang kafir itu lebih busuk dari amalnya.”
Karena itu tidak ada kebaikan sama sekali bagi kekafiran dan kemusyrikan seseorang yang menempati bumi milik Allah, sedangkan mereka itu mengingkari dan menyekutukan sang Pencipta bumi.
Betapa picik cara pandang orang-orang kafir maupun musyrik, dan betapa licik akal bulus mereka. Bagaimana tidak, mereka mau menikmati segala hal yang ada di atas bumi, namun mereka secara terang-terangan mengingkari dan menyekutukan sang Pemilik bumi. Karena itulah sangat tidak pantas jika para pengkhianat Allah itu diberi kesempatan ikut mengatur kehidupan yang ada di muka bumi.