SAAT INI LANGIT SEDANG MENANGIS
Luthfi Bashori
Di saat musim Corona, maka tempat-tempat kerumunan massa menjadi rawan tertular wabah yang cukup mematikan bagi pengidapnya. Corona seakan tidak peduli terhadap kondisi umat manusia saat ini. Siapa pun dan dimana pun mereka berada, jika ada kesempatan untuk dihinggapi, maka akan dilahap oleh virus Corona tanpa ampun. Walaupun ada yang sembuh di antara orang-orang yang telah terjangkit, karena imun kekebalan tubuh si penderita cukup baik, namun tak jarang orang yang meninggal dunia akibat cengkraman virus Corona.
Orang kecil, orang besar, rakyat miskin atau orang kaya, rakyat jelata hingga presiden, selagi yang namanya manusia sama-sama akan menjadi sasaran empuk bagi perkembangan Corona, saat mereka telah bersentuhan dengan virus ganas ini.
Akibatnya, tempat-tempat yang semula menjadi pusat berkumpulnya masyarakat, kini menjadi turun drastis hingga lenggang dibuatnya. Walaupun masih ada orang yang lalu lalang di sana, namun tidak banyak dan tidak seperti biasanya. Lockdown darurat Darurat Corona, begitulah kira-kira istilah yang sering didengar oleh masyarakat untuk menyifati kondisi yang terjadi saat ini.
Bahkan masjid-masjid, mushalla-mushalla, tempat pengajian umum, tempat pendidikan, atau tempat ibadah bagi non muslim, tempat perkantoran, pabrik, wisata, pasar, pertokoan dan tempat-tempat lainnya yang biasanya ramai dikunjungi orang, kini sudah banyak yang memilih tutup pintu untuk sementara waktu. Tentu saja banyak orang yang sedih, apalagi harus menutup diri di rumah masing-masing dengan alasan demi memutus mata rantai berkembangnya virus Corona ini.
Aktifis masjid, ahli majelis, penggiat pendidikan dan orang-orang yang sudah terbiasa aktif dengan kegiatannya masing-masing dalam bidang yang semula tiap hari mereka geluti, kini merasa jenuh atau boring dalam istilah anak sekarang, karena mereka terpaksa harus banyak berada di rumah masing-masing dan hati mereka menangis akibat ancaman Corona.
Lantas, apakah hanya mereka saja yang ‘menangis’ dalam kondisi seperti sekarang ini?
TIDAK … !
Karena ternyata ada pihak lain yang saat ini ikut menangis.
Coba tengok, riwayat tentang Sayyidina Abdullah bin Abbas yang didatangi oleh seorang lelaki. Orang itu berkata, “Hai Ibnu Abbas, apa pendapatmu tentang firman Allah SWT yang artinya, ‘Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka.’ (QS. Ad-Dukhan: 29). Apakah langit dan bumi menangisi seseorang?”
Sayyidina Abdullah bin Abbas menjawab, “Ya.” Sesungguhnya tiada seorang pun dari manusia, melainkan dia mempunyai pintu di langit. Dari situ turun rezeki dan di situ amalnya naik. Apabila dia kehilangan (meninggalkan) pintu itu, maka langit pun menangisinya, dan apabila mushallanya di bumi di mana dia biasa shalat dan berdzikir kepada Allah kehilangan dia, langit juga akan menangisinya.”
Dari sini dapat diketahui, bahwa bumi dan langit itu selalu merindukan orang-orang shaleh ahli ibadah yang selalu berusaha melakukan amalan-amalan baik yang diridhai oleh Allah. Sebab dengan keberadaan mereka ini, bumi dan langit akan menjadi baik. Sebaliknya, jika bumi sudah dihuni oleh orang-orang yang jahat saja, maka bumi dan langit akan menjadi rusak, dan jika itu yang terjadi, maka hari Qiamat pertanda sudah dekat.