TAMU DAN CARA PENGHORMATAN
Luthfi Bashori
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.†Sabda Rasulullah SAW ini sangat masyhur di kalangan para pemerhati urusan penghormatan terhadap tamu yang datang.
Secara kajian bahasa, tamu adalah orang yang datang berkunjung ke tempat orang lain, orang yang diundang untuk datang ke perjamuan, orang yang datang untuk menginap, atau pembeli di toko.
Dalam mengikapi para tamu, tentunya yang dimaksud adalah tamu yang berkunjung untuk bersilaturrahim, Rasulullah SAW bersabda:
“Hormatilah tamu sampai tiga hari, adapun selebihnya adalah merupakan shadaqah darinya.†(HR. Muttafaqun’alaihi).
Di antara cara menghormati tamu adalah berusaha menyambutnya dengan baik, menyuguhi hidangan baik makanan atau minuman, serta mendekatkan hidangan kepada sang tamu.
Demikian juga mengajak tamu berbicara dengan sopan santun, termasuk di antara cara menghormati tamu. Di saat sang tamu berpamit pulang, hendaklah tuan rumah berusaha mengantarkan ke arah pintu sedapat mungkin.
Sayyidina Ibrahim Al-Khalil AS dijuluki dengan sebutan “Bapak Para Tamu.†Ketika ditanya, “Mengapa Allah memilihmu sebagai Khalil?†Beliau menjawab, “Karena tiga hal. Pertama, ketika aku disuruh memilih antara dua perkara, maka aku hanya memilih perkara yang karena Allah. Kedua, aku tidak memikirkan sesuatu dari urusan rezeki yang telah dijamin Allah bagiku. Ketiga, aku tidak makan siang dan tidak makan malam, kecuali bersama tamu.
Bahwa Nabi Ibrahim AS adalah orang pertama yang menjamu dan orang pertama yang membuat roti kuah serta memberi makanan (kepada orang miskin)
Diriwayatkan bahwa Allah mewahyukan kepada Nabi Ibrahim, “Sesungguhnya ketika engkau serahkan hartamu kepada para tamu dan putramu sebagai kurban, serta jiwamu kepada api (Raja Namrud) dan hatimu kepada Allah yang Maha Pengasih maka kami jadikan engkau sebagai Khalil.â€
Dalam Alquran surat Al-Hijr disinggung, yang artinya:
(51). Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim.
(52). Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: “Salaamâ€. Berkata Ibrahim: “Sesungguhnya kami merasa takut kepadamuâ€.
(53). Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang ‘alimâ€
(54). Berkata Ibrahim: “Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?