DEFINISI IKHTIAR & TAWAKKAL
Luthfi Bashori
Ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang dikehendaki. Orang yang berikhtiar berarti ia memilih suatu pekerjaaan, lantas melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses sesuai keinginannya.
Orang yang telah berkhtiar, sama halnya telah melakukan perintah syariat, jika ikhtiarnya itu diniati ibadah, misalnya saat bekerja ia berniat untuk mencari ma’isyah yang halal, demi menghidupi keluarganya, dan ia tetap melakukan kewajiban beribadah sesuat tuntunan syariat, maka ikhtiar yang ia lakukan itu akan diberi pahala oleh Allah.
Sedangkan Tawakkal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Imam Alghazali merumuskan definisi Tawakkal sebagai berikut: Tawakkal ialah menyandarkan diri kepada Allah SWT tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Umumnya, seseorang yang beriman kepada Allah dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari itu akan melalui proses berikhtiar terlebih dahulu, setelah itu barulah berawakkal, dan sunnahnya memang seperti ini.
Namun, ada pula sebagian orang yang memiliki keimanan sempurna, karena ahli mendekatkan diri kepada Allah dan larut dalam dunia ibadah, hingga ia diberi bashirah (mata bathin) yang luar biasa, lantas bermantap diri untuk bertawakkal kepada Allah dengan penuh keyakinan yang sempurna.
Ternyata Allah berkenan dan berkehendak untuk menjaga dan memelihara orang tersebut hingga ia tidak pernah kekurangan apapun dalam menjalani kehidupannya setiap hari, sekalipun dalam pandangan kasat mata ia tidak tampak bekerja.
Diriwayatkan bahwa seorang Sahabat Rasul SAW melihat seorang anak kecil di dalam masjid sedang shalat dengan khusyuk dan sempurna. Setelah selesai shalat, orang itu bertanya kepadanya, “Siapa kamu?”
Anak itu menjawab, “Aku anak yatim. Aku kehilangan ayah dan ibuku.”
Orang itu berkata, “Engkau mau jadi anakku?”
Anak itu bertanya, “Apakah tuan akan memberiku makanan bila aku lapar?”
Orang itu menjawab, “Ya.”
Anak itu bertanya lagi, “Apakah engkau akan memberiku pakaian bila aku telanjang?”
Orang itu menjawab, “Ya”
Anak itu melanjutkan pernyataannya, “Apakah tuan akan menghidupkan aku bila aku mati?”
Orang itu terkejut dan berkata, “Aku tidak bisa melakukan itu.”
Maka anak itu memalingkan wajahnya dan berkata, “Jika begitu, tinggalkan aku pada Tuhan yang menciptakan aku, kemudian memberiku rezeki, kemudian mematiakanku, kemudian menghidupakn aku.”
Maka Sahabat itu berkata, “Barangsiapa bertawakkal kepada Allah , Dia akan mencukupinya.”