PENCARI DUNIA vs PENCARI AKHIRAT
Luthfi Bashori
Sy. Daud bin Hilal RA berkata, “Tertulis dalam Shuhuf Ibrahim AS, “Hai dunia, alangkah hinanya engkau terhadap orang-orang shaleh yang engkau bergaya dan berhias untuk mereka. Sesungguhnya aku tanamkan kebencian kepadamu di dalam hati mereka.”
Para pencari akhirat itu akan dicari oleh dunia hingga rezeqinya terpenuhi. Sedangkan, para pencari dunia itu akan dicari oleh akhirat hingga kematian datang mencengkeram lehernya.
Sudah menjadi sunnatullah, ada orang yang selalu mencari dunia dan adapula orang yang dicari oleh dunia. ‘Mencari’ adalah sesuatu yang membikin lelah dan belum tentu mendapatkan hasil, sedangkan ‘dicari’ itu akan terpenuhi apa-apa yang dibutuhkan.
Seseorang yang fokus pemikiran dan semua perhitungan untung-ruginya untuk masalah akhirat, maka ia akan dicari oleh dunia, namun seseorang yang fokus pemikirannya hanya untuk kehidupan dunia, maka harus mencari dunia dengan penuh kelelahan, padahal belum tentu mendapatkan hasil yang memuaskan.
Berapa banyak orang yang terlena dalam mengejar dunia lewat berbagai macam aktifitas perniagaan. Apalagi di jaman digital seperti saat ini, dunia perdagangan pun dapat dilakukan selama 24 jam lewat media online. Bahkan karena kesibukannya dalam mengumpulkan harta, hingga merasa tidak sempat untuk beribadah kepada Allah, karena waktunya dipenuhi oleh aktifitas keduniaan semata. Sesungguhnya, orang-orang yang semacam ini sangatlah rugi, karena kelak akan mendapati kehidupan nan suram sepanjang masa saat mereka telah meninggalkan dunia.
Namun, masih banyak pula orang yang bijaksana dalam menjalani kehidupan di dunia, yaitu mereka yang sesibuk apapun dalam uopaya mensejahterakan diri dengan bekerja mencari reziki halal, tetapi mereka juga tidak melalaikan kewajiban beribadah kepada Allah, baik ibadah wajib maupun yang sunnah.
Di sisi lain, ada pula orang-orang yang sangat istimewa baik di dunia maupun di akhirat, yaitu mereka yang diberi oleh Allah hati penuh tawakkal. Mereka lebih banyak menghabiskan kehidupan di dunia ini demi kepentingan akhiratnya, sehingga tidak tampak pada dirinya hubbud dun-ya (cinta dunia) apalagi sibuk mengejarnya, namun dalam kepasrahan itu Allah justru mengirimkan harta benda yang melimpah kepadanya.