MAU TERUS BERTAHAN DENGAN HARTA DAN TAHTA ?
Luthfi Bashori
Seorang bijak berkata, “Penyebab kesediahan ialah hilangnya sang kekasih dan luputnya sesuatu yang diinginkan.”
Yang disebut sang kekasih dalam hal ini, adakalanya kedua orang tuanya, atau istri mmapun suaminya, atau anak kandung serta sanak familinya. Sedangkan sesuatu yang dinginkan itu adakalanya berupa harta atau tahta serta segala fasilitas yang menyenangkan.
Ditanyakan kepada seorang yang bijak, “Mengapa engkau tidak pernah bersedih?’
Ia menjawab, “Karena aku tidak pernah terpengaruh oleh hilangnya sesuatu yang bisa menimbulkan kesedihan.”
Ketika orang bijak itu ditanya lagi, “Apakah manusia bisa hidup aman?”
Ia menjawab, “Ya, apabila ia menghindari dosa dan merasa puas dengan rezeki halal dan tidak bersedih atas sesuatu yang pasti terpisah darinya.”
Ketergantungan seseorang terhadap kepemilikan harta, seringkali membawa dampak negatif terhadap dirinya, termasuk juga ketergantungan seseorang terhadap lingkungannya di dunia, juga seringkali menyebabkan timbulnya rasa ketakutan pada dirinya, yaitu rasa takut kehilangan semuanya.
Misalnya, ia merasa takut kehilangan orang-orang yang selama ini hidup di sekitarnya, serta kehilangan harta yang telah lama dikumpulkannya. Bahkan saat hartanya dikeluarkan untuk sesuatu keperluan yang menjadi kewajibannya, tidak jarang seseorang itu menjadi begitu perhitungan terhadap harta yang telah dikeluarkannya tersebut. Belum lagi umumnya seseorang itu akan takut kehilangan jabatan yang sedanmg diembannya.
Padahal semuanya itu, baik keluarga, harta mapun tahta, pasti suatu saat akan berpisah dengannya. Begitulah keikhlasan setiap orang itu, akan diuji oleh Allah dalam menyikapi rasa kepemilikan terhadap apa-apa yang sejatinya bukan miliknya, melainkan hanyalah titipan Allah semata.