KELUARGA LINTAS AGAMA, SEBAGAI TANDA QIAMAT
(Bedah Pemikiran Mbah Hasyim Asy’ari)
Luthfi Bashori
Ternyata, maraknya terjadi pernikahan beda agama termasuk salah satu penyebab yang dapat mempercepat datangnya hari Qiamat. Hal ini sesuai hadits yang disitir oleh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Risalah Ahlis Sunnah wal jama’ah, “Hati manusia saling bermusuhan, ucapan-ucapan mereka berseberangan, dan dua orang bersaudara dari ayah dan ibu yang sama memeluk agama yang berbeda.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailami dari Shahabat Hudzaifah RA.
Selama ini banyak kalangan yang menyoroti fenomena kawin campur, atau pernikahan beda agama, entah itu dari sisi hukum fiqihnya, atau norma kemasyarakatannya, atau administrasi kenegaraannya, dan lain sebagainya, namun jarang sekali yang mengkaji dampak negatif dalam sisi aqidah terkait dengan datangnya hari Qiamat.
Bahkan maraknya sekelompok umat Islam bersinergi dengan kaum kafir dalam dunia ritual bersama, ini juga termasuk proses yang dapat mempercepat rusaknya dunia yang berakibat segera datang hari Qiamat, misalnya munculnya figur-figur Kyai Gereja, Santri Tumpeng Gereja, Kolaborasi Qashidah Islamiyah & Kidung Pujian Gereja, dan ritual-ritual sinkretisme lainnya yang menggambarkan menyatunya simbul Islam dengan simbul Kafir dalam satu acara bersama.
Coba saja dicermati, karena saat ini sudah banyak dunia medsos yang telah mengabadikan kegiatan sinkretisme di era digital ini, baik di WA, IG, Twitter, FB/FP, Google, Youtube dan sebaginya, hanya tinggal klik dengan kata kunci ACARA LINTAS AGAMA, maka akan berrmunculan bukti jejak digital dari berbagai macam kegiatan yang menjadi salah satu penyumbang cepatnya terjadi hari Qiamat.
KH. Hasyim Asy’ari menambah nukilan hadits tanda-tanda Qiamat, yaitu terkait maraknya masjid-masjid yang dijadikan sebagai jembatan, sehingga tidak lagi digunakan untuk shalat. Juga hadits tentang hari Qiamat tidak akan terjadi, hingga ada anak muda yang menyuruh orang tua menjadi kurir antara dua penjuru dunia, dan ada pedagang yang berkeliling sampai ke dua penjuru dunia tetapi tidak mendapat keuntungan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani dari Sahabat Ibnu Mas’ud RA.
Adapun makna hadits ini merupakan sebuah analogi yang bermakna hilangnya minat untuk menunaikan shalat, hilangnya rasa hormat generasi muda kepada generasi tua, dan hilangnya berkah dalam perdagangan akibat maraknya kebohongan dan penipuan di kalangan pedagang.
Betapa banyaknya realita di lapangan yang benar-benar telah terjadi saat ini, misalnya maraknya orang membangun masjid, namun orang Islam yang enggan shalat juga semakin banyak, entah itu karena kemalasan pribadi atau karena pengaruh sekte sesat yang menyakini bahwa shalat itu sudah tidak wajib lagi atas dirinya karena sudah merasa sampai pada derajat ma’rifat dan hakikat, atau karena alasan lain yang dibuat-buat.
Banyak pula anak-anak yang hidup di jaman sekarang, tiba-tiba memprotes ajaran agama hasil ijtihad para ulama Salaf dan sesepuh jaman dulu, dengan berasumsi bahwa ajaran orang-orang yang terdahulu itu sudah ketinggalan jaman, jadi perlu diamandemen dan direduksi hingga sesuai dengan selera mereka.
Belum lagi, tingkat kebohongan dan penipuan saat ini cukup tinggi terjadi di mana-man, baik itu di kalangan masyarakat tingkat bawah maupun tingkat atas, atau di kalangan rakyat jelata hingga para pejabat, perilaku kebohongan dan penipuan itu seakan-akan telah mewabah dimana-mana, tentunya dengan versi yang berbeda-beda. Semua ini hakikatnya hanyalah sebagai tanda-tanda bahwa terjadinya hari Qiamat itu sudah semakin dekat.