ADA 73 GOLONGAN DALAM ISLAM
(Bedah Pemikiran Mbah Hasyim Asy’ari)
Luthfi Bashori
Dalam kitab Risalah Ahlis Sunnah wal Jamaah, KH. Hasyim Asy’ari menerangkan secara detail tentang keadaan umat Islam yang terpecah belah menjadi 73 golongan, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW sebagaimana berikut:
Pada akhir masa shahabat Nabi Muhammad SAW telah muncul pendapat yang berbeda dari kelompok Qadariyah yang diusung Ma’bad Al-Juhani dan para pengikutnya.
Para shahabat Nabi SAW generasi terakhir, seperti Shahabat Abdullah bin Umar RA, Jabir RA, Anas RA, dan lainnya sama sekali tidak mendukung mereka. Setelah itu muncul perselisihan demi perselisihan hingga jumlah golongan yang sesat genap menjadi 72 golongan.
Sedangkan golongan yang ke-73 ialah golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang merupakan Al-Firqah An-Najiyah (golongan yang selamat).
Jika ada yang bertanya: “Apakah golongan-golongan itu diketahui?” Jawabannya ialah: “Kita mengetahui adanya perselisihan paham dan golongan-golongan pokok. Tiap-tiap golongan itu terbagi menjadi golongan-golongan lagi, kendati kita tidak mengetahui nama-nama dari golongan-golongan tersebut dan mazhab-mazhab yang dianutnya.”
Golongan-golongan pokok itu ialah Hururiyah, Qadariyah, Jahmiyah, Murji’ah, Rafidhah, dan Jabriyah. Sebagian ulama Rahimahullah mengatakan: “Pokok-pokok golongan sesat ialah enam golongan tersebut, dan masing-masing golongan itu terbagi lagi menjadi 12 golongan. Sehingga jumlahnya menjadi 72 golongan.
Syeikh Ibnu Ruslan Rahimahullah mengatakan: “Ada yang berpendapat bahwa rinciannya ialah: 20 golongan Rafidhah, 20 Khawarij, 20 Qadariyah, 7 Murji’ah, dan 1 golongan Najjariyah yang terdiri dari 10 golongan tetapi dihitung satu, 1 golongan Hururiyah, 1 Jahmiyah, dan 3 golongan Karamiyah. Ini adalah 72 golongan.
Keterangan yang dinukil oleh KH. Hasyim Asy’ari di atas sanga jelas bagaimana sebagian ulama dalam memahami sabda Rasulullah SAW, “Akan terpecah umatku menjadi 73 golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu (Ahlus Sunnah wal Jamaah).”
Namun tidak salah juga mereka yang memahami bahwa penyebutan angka 73 itu, bukanlah yang dimaksud itu makna hakiki, namun lebih ke arah majaz (sindiran) dengan arti jamak (banyak). Ini terbukti di jaman sekarang, sudah semakin banyak saja aliran-aliran sesat yang baru bermunculan bak jamur di musim hujan.
Bicara aliran sesat di Indonesia yang penganutnya tetap menisbatkan diri sebagai bagian dari Islam saja jumlahnya sudah ratusan sekte, dan setiap sekte itupun ada penganutnya. Apalagi jika bicara aliran sesat di seluruh dunia, tentu jumlahnya bisa mencapai ribuan sekte.
Coba diingat-ingat, sudah berapa orangkah di antara umat Islam Indonesia saja, yang tiba-tiba mengaku sebagai nabi?.
Ada nama-nama seperti Ahmad Musaddiq, Lia Eden, Cecep Solihin, Ashriyanti Samuda, Gus Jari bin Supardi, Eyang Ended, Sutarmin, Sri Hartati, Abdul Mujib dan sebagainya, mereka ini pernah mengaku menjadi nabi yang mempunyai pengikut, walaupun ada yang hanya sedikit.
Tentu kriteria suatu sekte dinilai sebagai aliran sesat itu tidak hanya pemimpinnya mengaku sebagai nabi. Seperti di jaman kekhalifahan Sy. Abu Bakar Asshiddiq, maka yang namanya aliran sesat adalah kelompok yang inkar membayar zakat, walaupun mereka masih menjalankan shalat.
Karena itu pula Sy. Abu Bakar membentuk pasukan khusus memerangi para penganut aliran sesat penginkar zakat dan mengajak mereka untuk bertobat, namun jika tidak mau bertobat maka akan menghadapi hunusan pedang-pedang milik para pasukan khusus tersebut.