MENGENAL SUNAN GIRI - 4
Luthfi Bashori
(dinukil dari buku Kisah Walisongo, karangan Baidlowi Syamsuri)
RADEN PAKU IKUT BERDAGANG
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sepulangnya Raden Paku dari Pasai, telah dianjurkan Sunan Ampel agar pulang ke Gresik membantu dagangan Nyai Ageng Pinatih sambil berdakwah.
Pada suatu hari Raden Paku diperintah ibunya mengawal kapal dagangannya menuju ke Banjar Kallimantan yang rombongan itu dipimpin oleh Juragan Abu Hurairah. Walaupun demikian, tetapi Nyai Ageng Pinatih juga memberi kuasa kepada Raden Paku untuk memasarkan dagangannya.
Mereka berangkat ke Kalimantan dengan tiga kapal yang penuh dengan muatannya. Setelah sampai di Banjar, Raden Paku tiadalah menjual barang dagangan itu, melainkan hanya dibagi-bagikan kepada penduduk setempat sebagai sedekah.
Melihat tingkah laku Raden Paku ini, Abu Hurairah diserah selaku penanggung jawab tentu saja menjadi cemas. Maka itu dengan secepatnya menegur Raden Paku : apa maksud Raden berbuat ini semua...? Kenapa semua dagangan kita bagi-bagikan kepada penduduk dengan begitu saja...? Pasti kita akan mendapat amarah dari Nyai Pinatih.
``Sudahlah Paman, jangan cemas, semua ini saya yang menanggungnya`` Ujar Raden Paku. Kiranya cara inilah yang paling baik. Bukankah ibu belum pernah mengeluarkan zakatnya...?
``Wah...itu bukan urusan saya Raden`` sahut Abu Hurairah. Biasanya kalau kita pulang berdagang dari sini juga membawa barang-barang yang sekiranya laku di Jawa, seperti rotan, damar, emas, dan lain sebagainya. Maka betapa amarahnya ibu Raden nanti...? Sedang kali ini kita pulang dengan kapal kosong, apakah tidak oleng kapal kita nanti jika ditrjang ombak...?
Raden Paku berpikir sebentar, kemudian berkata : Baiklah Paman, isi saja karung-karung itu dengan pasir dan batu agar kapal kita tidak tergulingkan ombak.
Abu Hurairah menjadi semakin tidak mengerti akan tingkah laku Raden Paku. Tetapi ia tidak berani membantah dan menuruti apa yang dikatakan Raden Paku. Setelah semua karung diisi dengan pasir dan batu serta dimuatkan di kapalnya, maka berangkatlah mereka kembali ke Gresik.
Setibanya di Gresik, Abu Hurairah bergegas menuturkan kepada Nyai Ageng Pinatih tentang prilaku Raden Paku yang aneh itu. Benar apa yang diduga Abu Hurairah itu. Mendengar apa yang diceritakan itu, Nyai Ageng Pinatih bukan main amarahnya. Karena dirinya merasa diremehkan dan dan percuma saja membesarkan dan mengasuh anak angkatnya yang setelah besar tidak becus.
Kemudian Nyai Ageng Pinatih menyuruh Abu Hurairah memanggil Raden Paku untuk segera menghadap padanya. Dengan tenang Raden Paku segera menemui ibunya dan duduk di kursi. Melihat Raden Paku hati Nyai Ageng Pinatih merasa kesal dan memarahinya dengan amat sangat.
Mendengar amarah ibunya, Raden Paku sedikitpun tidak menyela kata, hanya trdiam dengan menundukkan kepalanya. Setelah Nyai Ageng Pinatih memuaskan amarahnya dan terdiam, barulah Raden Paku berani mengangkat kepalanya dan berkata dengan sopan : Wahai ibu...maafkanlah ananda sekiranya bersalah. Tidakkah akan lebih baik lagi, jika sekiranya ibu melihat sendiri isi karung-karung itu...?
Jangan bicara...! Bentak Nyai Ageng Pinatih. Engkau telah membuat ibu menyesal saja. Tahu begini jadinya, tidak saya suruh kamu mengawal paman Abu Hurairah.
Sekali lagi maafkan ananda ibu.....!? Sela Raden Paku. Ananda minta agar ibu mau melihat sendiri isi karung-karung itu.
Apa maksudmu....? Ibu kau suruh hanya melihat pasir dan batu itu... Paman Abu Hurairah selama bekerja dengan saya tidak pernah bohong. ``Sudahlah ...ibu, marah-marah terus tidak baik didengar tetangga dan cobalah suruh orang-orang itu membongkarnya`` Ujar Raden Paku.
Akhirnya Nyai Ageng Pinatih pun menyuru orang-orang untuk membongkar dan membuka karung-karung tersebut. Betapa terkejutnya mereka setelah membukanya, ternyata karung-karung itu tidak berisikan pasir dan batu-batu lagi, melainkan barang-barang dagangan yang biasa mereka bawa dari Banjar, seperti rotan, damar, emas, dan lain sebagainya. Dan jumlahnya pun jauh lebih besar daripada barang-barang yang disedekahkan orang-orang Banjar itu.
Menyaksikan semua itu, Nyai Ageng Pinatih menjadi sadar dan minta maaf kepada Raden Paku atas tindakannya yang gegabah itu. Dalam hatinya mengatakan bahwa sesungguhnya Raden Paku anak angkatnya itu bukanlah anak sembarangan. Insya Allah kelak akan menjadi seorang seperti halnya Sunan Ampel.
Sejak itu pula Nyai Ageng Pinatih menjadi seorang Muslimah yang lebih baik lagi. Dia lebih taat lagi, senang beramal baik, mengeluarkan zakat sesuai dengan kekayaannya, santun kepada anak-anak yatim, juga kepada faqir miskin dan rela mengorbankan hartanya demi kepentingan Syi`arnya agama.
Maka demikianlah Raden Paku sendiri semakin kuat untuk menyebarkan Islam di kalangan rakyat Gresik. Atas kebaikan hati Nyai Ageng Pinatih, juga Sunan Ampel dan Sunan Bonang Islam berkembang di daerah Gresik.