URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 6 users
Total Hari Ini: 192 users
Total Pengunjung: 6224304 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
MENGENAL SUNAN GIRI - 4 
Penulis: Pejuang Islam [ 5/9/2016 ]
 
MENGENAL SUNAN GIRI - 4

 Luthfi Bashori


 (dinukil dari buku Kisah Walisongo, karangan Baidlowi Syamsuri)

RADEN PAKU IKUT BERDAGANG

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sepulangnya Raden Paku dari Pasai, telah dianjurkan Sunan Ampel agar pulang ke Gresik membantu dagangan Nyai Ageng Pinatih sambil berdakwah.

Pada suatu hari Raden Paku diperintah ibunya mengawal kapal dagangannya menuju ke Banjar Kallimantan yang rombongan itu dipimpin oleh Juragan Abu Hurairah. Walaupun demikian, tetapi Nyai Ageng Pinatih juga memberi kuasa kepada Raden Paku untuk memasarkan dagangannya.

Mereka berangkat ke Kalimantan dengan tiga kapal yang penuh dengan muatannya. Setelah sampai di Banjar, Raden Paku tiadalah menjual barang dagangan itu, melainkan hanya dibagi-bagikan kepada penduduk setempat sebagai sedekah.

Melihat tingkah laku Raden Paku ini, Abu Hurairah diserah selaku penanggung jawab tentu saja menjadi cemas. Maka itu dengan secepatnya menegur Raden Paku : apa maksud Raden berbuat ini semua...? Kenapa semua dagangan kita bagi-bagikan kepada penduduk dengan begitu saja...? Pasti kita akan mendapat amarah dari Nyai Pinatih.

``Sudahlah Paman, jangan cemas, semua ini saya yang menanggungnya`` Ujar Raden Paku. Kiranya cara inilah yang paling baik. Bukankah ibu belum pernah mengeluarkan zakatnya...?

``Wah...itu bukan urusan saya Raden`` sahut Abu Hurairah. Biasanya kalau kita pulang berdagang dari sini juga membawa barang-barang yang sekiranya laku di Jawa, seperti rotan, damar, emas, dan lain sebagainya. Maka betapa amarahnya ibu Raden nanti...? Sedang kali ini kita pulang dengan kapal kosong, apakah tidak oleng kapal kita nanti jika ditrjang ombak...?

Raden Paku berpikir sebentar, kemudian berkata : Baiklah Paman, isi saja karung-karung itu dengan pasir dan batu agar kapal kita tidak tergulingkan ombak.

Abu Hurairah menjadi semakin tidak mengerti akan tingkah laku Raden Paku. Tetapi ia tidak berani membantah dan menuruti apa yang dikatakan Raden Paku. Setelah semua karung diisi dengan pasir dan batu serta dimuatkan di kapalnya, maka berangkatlah mereka kembali ke Gresik.

Setibanya di Gresik, Abu Hurairah bergegas menuturkan kepada Nyai Ageng Pinatih tentang prilaku Raden Paku yang aneh itu. Benar apa yang diduga Abu Hurairah itu. Mendengar apa yang diceritakan itu, Nyai Ageng Pinatih bukan main amarahnya. Karena dirinya merasa diremehkan dan dan percuma saja membesarkan dan mengasuh anak angkatnya yang setelah besar tidak becus.

Kemudian Nyai Ageng Pinatih menyuruh Abu Hurairah memanggil Raden Paku untuk segera menghadap padanya. Dengan tenang Raden Paku segera menemui ibunya dan duduk di kursi. Melihat Raden Paku hati Nyai Ageng Pinatih merasa kesal dan memarahinya dengan amat sangat.

Mendengar amarah ibunya, Raden Paku sedikitpun tidak menyela kata, hanya trdiam dengan menundukkan kepalanya. Setelah Nyai Ageng Pinatih memuaskan amarahnya dan terdiam, barulah Raden Paku berani mengangkat kepalanya dan berkata dengan sopan : Wahai ibu...maafkanlah ananda sekiranya bersalah. Tidakkah akan lebih baik lagi, jika sekiranya ibu melihat sendiri isi karung-karung itu...?

Jangan bicara...! Bentak Nyai Ageng Pinatih. Engkau telah membuat ibu menyesal saja. Tahu begini jadinya, tidak saya suruh kamu mengawal paman Abu Hurairah.

Sekali lagi maafkan ananda ibu.....!? Sela Raden Paku. Ananda minta agar ibu mau melihat sendiri isi karung-karung itu.

Apa maksudmu....? Ibu kau suruh hanya melihat pasir dan batu itu... Paman Abu Hurairah selama bekerja dengan saya tidak pernah bohong. ``Sudahlah ...ibu, marah-marah terus tidak baik didengar tetangga dan cobalah suruh orang-orang itu membongkarnya`` Ujar Raden Paku.

Akhirnya Nyai Ageng Pinatih pun menyuru orang-orang untuk membongkar dan membuka karung-karung tersebut. Betapa terkejutnya mereka setelah membukanya, ternyata karung-karung itu tidak berisikan pasir dan batu-batu lagi, melainkan barang-barang dagangan yang biasa mereka bawa dari Banjar, seperti rotan, damar, emas, dan lain sebagainya. Dan jumlahnya pun jauh lebih besar daripada barang-barang yang disedekahkan orang-orang Banjar itu.

Menyaksikan semua itu, Nyai Ageng Pinatih menjadi sadar dan minta maaf kepada Raden Paku atas tindakannya yang gegabah itu. Dalam hatinya mengatakan bahwa sesungguhnya Raden Paku anak angkatnya itu bukanlah anak sembarangan. Insya Allah kelak akan menjadi seorang seperti halnya Sunan Ampel.

Sejak itu pula Nyai Ageng Pinatih menjadi seorang Muslimah yang lebih baik lagi. Dia lebih taat lagi, senang beramal baik, mengeluarkan zakat sesuai dengan kekayaannya, santun kepada anak-anak yatim, juga kepada faqir miskin dan rela mengorbankan hartanya demi kepentingan Syi`arnya agama.

Maka demikianlah Raden Paku sendiri semakin kuat untuk menyebarkan Islam di kalangan rakyat Gresik. Atas kebaikan hati Nyai Ageng Pinatih, juga Sunan Ampel dan Sunan Bonang Islam berkembang di daerah Gresik.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: jafree daban  - Kota: sabah
Tanggal: 7/2/2010
 
saya punya sejarah keturunan sunan giri di malaysia, sabah.. dan makamnya ada dan mempunyai keamah besar.. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah. Kami sangat mengharap, ikhwan di Sabah berkenan menulis artikel (bisa juga bersambung) tentang sejarah tersebut. Kebetulan kami sendiri secara silsilah adalah : Luthfi bin Bashori bin Alwi bin Murtadla bin Abdurrahim bin Alwi bin Yusuf bin Hasan bin Husain bin Ibrahim bin Sunan Giri.

2.
Pengirim: muhammad ma'arif  - Kota: giri~gresik~indonesia
Tanggal: 20/8/2010
 
ass. salam kekeluargaan kami tinggal di areah makam sunan.kami no hp yg dapat dihubungi.agar diantara kita terjalin hubungan lebih dekat lagi.tnks 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
H P saya 081 33 40 175 94. LUTHFI bin Basori bin Alwi bin Murtadla bin Abdurrahim bin Alwi bin Yusuf bin Hasan bin Husain bin Ibrahim (Sunan Dalam) bin Ainul Yaqin (Sunan Giri). Mudah-mudahan silaturrahim bisa terjalin dengan baik. Ada teman akrab kami bertempat di sekitar makam Sunan Giri, yaitu Ustadz Kamal bin Mukhlis Pengasuh sebuah Pesantren. Cobalah bisa menghubungi beliau

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam