Ibrah Lailatul Qadar
BANG OEMAR
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al-Quran) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu, para malaikat dan malaikat Jibril turun dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr [97]:1-5)
Apakah yang kita rasakan, jika kita diundang oleh presiden untuk menghadiri acara yang dihelat di istana negara? Perhelatan tersebut dihadiri oleh beberapa jenderal, menteri, dan para pejabat tinggi negara. Sehingga acara tersebut menjadi acara yang paling istimewa di antara acara yang lain. Begitu halnya istana tempat acara, adalah istana termegah yang dimiliki sang presiden melebihi bangunan yang lain. Istana itu terdiri dari tiga puluh lantai yang penuh dengan assesoris dan pernik-pernik kemegahan. Suasananya begitu sejuk, harum dan damai.
Pada kartu undangan tercantum tulisan, "para undangan diperkenankan mengambil assesoris yang ada di istana." Sementara barang-barang tersebut memiliki nilai yang sangat mahal yang cukup untuk bekal hidup sepanjang masa. Kemudian, masih dalam kartu undangan tertulis bahwa diantara tiga puluh lantai istana, terdapat satu lantai yang paling istimewa. Barang-barang yang ada di "satu lantai" tersebut memiliki nilai jual 1000 kali lipat. Apa yang kita rasakan dan apa yang akan kita lakukan?
Tentu, kita akan merasa senang dan berbahagia sekali. Kita akan bersiap-siap untuk memenuhi undangan sang presiden. Kita akan mempersiapkan tas atau ransel untuk mengantongi assesoris istana yang memang diperuntukkan bagi kita untuk dibawa pulang. Demikian juga kita akan mengintip dan memburu "satu lantai" istimewa tersebut, sebagaimana yang tercantum dalam undangan. Kita akan menghabiskan segala yang ada dilantai itu, untuk kita bawa pulang. Agar kita memperoleh kesejahteraan dan ketenangan hidup.
Demikianlah, ilustrasi di atas merupakan ibrah dari keagungan Ramadlan serta keistimewaan Lailatul Qadr. Kita diundang oleh Allah dengan Kehendak-Nya untuk bisa lebur dalam Ramadlan yang penuh kedamaian. Kitapun diwanti-wanti, bahwa di dalam bulan Ramadlan terdapat satu malam yang paling istimewa, yaitu malam pencerahan, malam penentuan, malam keberuntungan yang bernama Lailatul Qadr.
Allah Azza wa Jalla telah mendeskripsikan keistimewaan dan keagungan Lailatul Qadr di dalam firman-Nya. Redaksi ayat-Nya yang begitu indah serta kandungan maknanya yang begitu mendalam menyiratkan keagungan Lailatul Qadr dari beberapa indikasi, antara lain:
Lailatul Qadr lebih baik dari seribu bulan; Pernyataan ini merupakan indikasi keagungan Lailatul Qadr serta keistimewaan umat baginda Rasulullah Nabi Muhammad saw. Betapa tidak, kita umat Rasulullah adalah umat yang dikaruniai usia jauh lebih sedikit dibanding umat terdahulu. Standar usia umat Muhammad hanyalah berkisar antara 60 tahunan. Sementara umat terdahulu usianya hingga seratus, bahkan seribu tahun. Lalu bagaimana kita bisa menyamai ibadah mereka?
Sayyudina Abdullah bin Abbas meriwayatkan, bahwa pada suatu ketika Rasullah diceritai tentang pemuda dari Bani Israil yang berjuang di jalan Allah dengan memanggul senjata selama seribu bulan. Betapa takjubnya Rasulullah dengan pemuda tersebut. Beliaupun berandai-andai jika umatnya bisa melakukan hal yang sama dengan pemuda tadi. Lalu, Allah mengkaruniai Lailatul Qadr kepada umat Muhammad, yang keutamaannya melebihi seribu bulan.
Sejenak kita patut berbangga atas karunia ini. Pasalnya, kita bisa menyamai umat terdahulu dari sisi kualitas ibadah. Tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang, bisakah kita memperoleh karunia Lailatul Qadr tersebut, sedangkan kepastian waktunya masih menjadi misteri?!
Apabila kita mau mengkalkulasi, bahwa beribadah pada satu malam Lailatul Qadr adalah lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahunan. Lalu, seandainya kita hanya dikaruniai usia 60 tahun dengan masa produktif ibadah 15 tahun, dan kita mampu meraih Lailatul Qadr sebanyak 15 kali, maka sama halnya kita beribadah selama 15 kali 83 tahun, yaitu 1245 tahun.
Allahu Akbar! Begitu luas kasih sayang Allah kepada kita umat Muhammad. Usia yang sedikit tidak mengurangi kualitas ibadah sehingga mampu menyamai umat terdahulu yang memiliki usia yang cukup panjang. Karena kita dikarunia satu malam yang nilainya berlipat ganda daripada malam-malam pada biasanya. Maka saatnya kita memburu, mengintip, dan melacak Lailatul Qadr dengan mengisi malam-malam Ramadlan dengan amaliyah yang mengarah pada ibadah pendekatan diri pada Allah, sebagai penyambutan atas datangnya Lailatul Qadr.
Pada malam itu, para malaikat serta malaikat Jibril turun untuk menyampaikan salam; Satu lagi keistimewaan Lailatul Qadr yang sangat sayang untuk dilewatkan, yaitu turunnya para malaikat hanya untuk memberi salam kepada para hamba yang sedang bermunajat kepada Allah.
Alangkah heningnya, alangkah agungnya, alangkah tenteramnya malam itu. Ketentraman dan keheningan yang tiada terkata, sebab pada malam itu langit begitu cerah. Angin berhembus dalam irama semilir. Satwa laut, darat dan udara, tak lagi mampu berbunyi. Yang terdengar hanya gemuruh doa dari hamba-hamba yang menanti datangnya Lailatul Qadr.
Yang ada pada malam itu hanya bershaf-shaf malaikat yang turun ke bumi dari atas kerajaan langit, berduyun-duyun dan berbondong-bondong, menebar dan mengucap salam sebagai permohonan ampunan bagi hamba yang pada malam itu terjaga untuk menyambut anugerah Allah Azza wa Jalla. Jibril alaihissalam, sebagai Rűhul Qudus, menjadi pelopor dari para malaikat yang suci. Maka gemuruh salam pun menyebar ke seluruh penjuru alam, pada malam Lailatul Qadr. Subhânnallah!
Sungguh teramat disayangkan bila malam itu harus pergi berlalu begitu saja tanpa menyisakan sepercik hidayah dan pencerahan dari Allah. Selayaknyalah kita menyambutnya dengan mengoptimalkan dan meningkatkan ibadah taqorrub kita kepada Allah, pada malam yang misteri tersebut.
Ucapan salam dari Allah melalui para malaikat: Termasuk keagungan Lailatul Qadr, adalah pada malam itu para malaikat turun untuk menyampaikan salam.
Kita akan berbunga-bunga ketika mendapatkan titipan salam dari seseorang yang kita rindukan, dan melalui orang yang kita tahu kejujurannya. Malam Lailatul Qadr adalah malam yang layak untuk diapresiasikan dengan sepenuh jiwa dan raga. Karena pada malam itu, Allah mengkhususkan untuk menitip salam-Nya melalui para malaikat-Nya yang dipimpin oleh Rűh al-Quds, Jibril `alaihissalam kepada para hamba-Nya yang beribadah.
Apabila kita berbunga-bunga karena mendapat titipan salam dari orang yang kita rindukan, maka adakah yang lebih kita rindukan selain Allah? Adakah yang dapat kita jamin kejujurannya melebihi para malaikat Allah? Apabila kita memang merindukan Allah, maka tunggulah titipan salam-Nya pada malam Lailatul Qadr. Tentu kita akan memperoleh kebahagiaan yang tiada terkira apabila kita telah mampu menyambut salam itu.
Pada malam itu, salam kesejahteraan yang datang dari Allah melalui para malaikat-Nya bertebaran ke seluruh penjuru alam, sejak tenggelamnya matahari hingga terbitnya fajar. Salam kesejahteraan sebagai wujud pengampunan dan hidayah yang memang dikaruniakan kepada hamba-Nya yang dikehendaki. Yaitu hamba yang mau memburu waktu yang penuh mustajabah itu, yaitu Lailatul Qadr.
Saatnya kita bersiap-siap untuk menapaki "satu lantai" yang istimewa. Kerahasiaan waktu terjadinya Lailatul Qadr adalah bukti kuasa Allah atas mahluk-Nya. Dengan demikian, kita yang merindukan pertemuan dengan Allah akan selalu setia menanti sejak jauh hari sebelumnya, dengan cara mengisi malam-malam Ramadlan dengan ibadah. Kita akan begitu antusias untuk bertemu dengan Lailatul Qadr. Agar kita dapat menyaksikan, dengan mata hati, turunnya bershaf-shaf malaikat dari atas kerajaan langit, sungguh pemandangan menakjubkan dan memantapkan hati.
Kitapun akan bersiap-siap untuk menginvestasikan amal ibadah kita pada malam itu sebagai bekal untuk menempuh jalan panjang menuju Allah. Karena amal yang kita depositokan pada malam itu, akan menghasilkan bunga yang jauh berlipat ganda.
Lailatul Qadr adalah peristiwa mulia. Kemuliaan yang dihadirkan Lailatul Qadr sangat sulit diraih kecuali oleh orang-orang yang mempersiapkan diri untuk menerimanya. Apabila jiwa telah siap, dan Lailatul Qadr datang menemui kita, maka saat itu kehadirannya menjadi saat yang sangat menentukan (qadr) dalam perjalanan hidup kita di masa depan. Sebagai titik tolak bagi kita guna meraih kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat. Sejak saat itu pula para malaikat akan selalu membimbing kita dalam kebaikan hingga terbitnya fajar kehidupan kita yang baru di hari kemudian.
Ibnul Qayyim al-Jauziyah berkata, "Hati yang mencapai kedamaian dan ketenteraman, mengantar pemiliknya dari ragu menjadi yakin, dari kebodohan kepada ilmu, dari lalai menuju taat, dari lemah kepada teguh, dari riya` kepada ikhlas, dari sombong menjadi tahu diri."
Marilah kita sambut kehadiran malam pencerahan, Lailatul Qadr ini dengan tadarus, tafakkur, tadabbur, i`tikaf, munajat, taubat, serta taqarrub kepada Allah, sehingga kita benar-benar menjadi hamba pilihan Allah. Amin.