SYAFAAT PADA HARI KIAMAT
Luthfi Bashori
Syafaat berarti pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang mengharapkan pertolongannya. Atau usaha dalam memberikan suatu manfaat bagi orang lain. Atau mencegah dan menjauhkan suatu mudharat bagi orang lain.
Allah SWT berfirman yang artinya,"Barangsiapa yang memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) darinya. Dan barangsiapa yang memberi syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian (dosa) darinya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS An Nisa, 85)
Adapun hakikat Syafaat di akhirat itu adalah milik Allah, namun Allah memberi ijin kepada orang-orang khusus yang dikehendaki untuk dapat membari syafaat kepada orang lain, termasuk pemberian ijin kepada baginda Rasulullah SAW, sebagaimana dalam ayat:
قُل لِّلَّـهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا
“Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya.” (QS. Ar-Ra’d, 44)
Sedangkan Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits shahih:
لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ يَدْعُوهَا فَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Setiap Nabi memiliki do’a yang dia panjatkan, maka aku berkeinginan untuk menyimpan do’aku sebagai syafa’at bagi umatku.” (HR. Muslim)
Menurut sebagian ulama, bahwa Syafaat di akhirat itu dibagi empat macam:
Pertama: Agar bisa beristirahat dari penderitaan berat di tempat berkumpul dan menyegerakan penentuan nasib hamba. Itulah maqam terpuji yang dijanjikan bagi Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra [79]).
Dengan tingginya maqam kedudukan Rasulullah SAW inilah, beliau SAW diijinkan oleh Allah dan diberi kemampuan untuk memberikan syafaat bagi umat manusia yang memerlukan pertolongan, seperti kalangan orang-orang yang beriman kepada Allah, namun terkadang masih terbawa arus hawa nafsu hingga terjerumus dalam kemaksiatan. Maka dengan adanya syafaat dari Rasulullah SAW, kelompok ini dipermudah oleh Allah untuk masuk sorga.
Kedua: Mengenai suatu kaum yang telah diputuskan masuk neraka. Maksudnya Allah menerima syafaat dari para Nabi, Shiddiq, Ulama, Syuhada dan orang Shaleh yang diberikan kepada para penduduk neraka dari kalangan orang-orang yang beriman, namun divonis masuk neraka, karena dominan bermaksiat kepada Allah dalam kehidupannya. Maka penduduk neraka yang seperti mereka ini, kelak masih dapat masuk sorga dengan rahmat Allah SWT karena mendapat syafaat.
Ketiga: Mengeluarkan kaum yang bertauhid dari api neraka, sekalipun mereka tidak memiliki amal kebaikan sedikitpun selain hanya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka Allah menerima syafaat bagi mereka dari hamba-hamba yang Dia kehendaki, hingga suatu saat tidak tersisa di dalam neraka seorang pun yang di dalamnya masih terdapat iman sebesar debu.
Keempat: Untuk menambah derajat bagi orang-orang yang amal kebajikan mereka kurang banyak, untuk menyusul keluarga mereka dari kalangan orang-orang shaleh, sehingga Allah menyusulkan anak cucu mereka dan lainnya huingga dapat bergabung bersama mereka.
Tentang syafaat ini Rasulullah SAW bersabda: “Pada hari Qiamat, umat manusia bercampur baur. Kemudian mereka mendatangi Adam dan berkata, “Berilah syafaat untuk anak cucumu”. Adam menjawab, “Aku tidak bisa melakukannya. Akan tetapi pergilah kepada Ibrahim, karena ia adalah Khalilulah.” Maka mereka mendatangi Ibrahim. Ibrahim berkata, “Aku tidak bisa melakukannya. Akan tetapi pergilah kalian kepada Musa, karena ia adalah Kalimullah.” Maka mereka mendatangi Musa. Musa berkata, “Aku tidak bisa melakukannya. Akan tetapi pergilah kepada Isa, karena dia adalah Ruhullah dan Kalimat-Nya.” Maka mereka mendatangi Isa. Ia berkata, “Aku tidak bisa melakukannya. Akan tetapi pergilah kalian kepada Muhammad, karena ia adalah Habibullah.” Kemudian mereka mendatangiku. Maka aku katakan, “Aku akan melakukannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sy. Anas bin Malik RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Syafaatku adalah untuk para pelaku dosa besar dari umatku.” (HR. Abu Dawud, dan Ibnu HIbban dalam Shahihnya).
Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku memberi syafaat untuk umatku hingga Tuhanku Allah SWT berseru, “Apakah engkau telah puas hai Muhammad?” Maka aku menjawab, “Wahai Tuhanku, aku telah puas.” (HR. Thabrani).