MENGENAL SUNAN GIRI - 3
Luthfi Bashori
(dinukil dari buku Kisah Walisongo, karangan Baidlowi Syamsuri)
RADEN PAKU MENEMUI AYAHNYA
Setelah nyata semuanya bagi Sunan Ampel, maka Raden Paku diperhatikan sebagaimana keluarganya sendiri. Raden Paku ditekan agar lebih bersungguh-sungguh lagi untuk mempelajari ilmu-ilmu agama seperti Tauhid, Al-Quran, Fiqih, dan Hadits, juga ilmu-ilmu alat seperti Nahwu, Sharaf, Balagha, dan lain sebagainya.
Raden Paku di pondok sangat akrab bersahabat dengan Raden Makdum Ibrahim, yaitu putra Sunan Ampel. Beliau berdua nampak sebagaimana kakak beradik, saling menyayangi dan mengingatkan.
Setelah tiba saatnya, keduanya oleh Sunan Ampel dianjurkan meneruskan menuntut ilmu ke negeri Mekkah, dan disarankan sebelum ke Mekkah, harap lebih dahulu menambah ilmu di negeri Pasai. Disana banyak ulama ahli dari berbagai negeri, juga ada ulama besar yang bergelar Syaikh Awalul Islam. Nama aslinya Syaikh Maulana Ishaq, maka datanglah menemuinya, karena beliau adalah ayahmu sendiri.
Di pasai keduanya tanpa menemui kesukaran untuk mencari kediaman Syaikh Awalul Islam itu, karena beliau sangat terkenal di negeri itu. Dengan penuh rasa haru yang tak dapat dilukiskan, Syaikh Maulana Ishaq mendekap putranya yang sejak lahir belum pernah tahu. Dan ditanyakan tentang diri putranya itu.
Raden Paku menceritakan riwayatnya sejak kecil ditemukan di tengah samudra Selat Bali yang kemudian dipunggut Nyai Ageng Pinatih sebagai anaknya dan diserahkan kepada Sunan Ampel di Surabaya untuk menjadi muridnya.
Bersambung dengan itu juga, Syaikh Maulana Ishaq menceritakan hal ihwalnya ketika berdakwah di negeri Blambangan hingga sampai harus meninggalkan istri yang tercinta.
Titik air mata Raden Paku mendengar cerita ayahnya. Hatinya terasa bagaikan disayat-sayat sembilu mengenang nasib ibunya yang malang dan sampai kini tidak diketahui hidup atau mati. Dihadapan ayahnya Raden Paku telah berjanji kelak akan membalaskan sakit hati ibunya kepada kakeknya Raja Minak sembuyu yang amat sangat biadab itu.
Syaikh Maulana Ishaq menatap putranya dengan penuh kasih sayang seraya berkata: Saya yakin bahwa engkau adalah salah seorang murid Sunan Ampel yang baik. Seorang yang hendak diberi kemuliaan oleh Allah pasti mendapat ujian yang sangat berat terlebih dahulu. Bukankah Rasulullah SAW pernah bercerita kepada para sahabatnya tentang seorang Nabi yang terdahulu ketika dipukul kaumnya hingga berlumuran darah, sambil mengusap darah dari wajahnya berkata: Ya Allah ampunkanlah kaumku, sesungguhnya mereka itu bodoh dan tidak mengetahui .
Untuk itu janganlah sampai engkau tertipu oleh bujuk rayu syaithan sehingga timbul niat membalas dendam kepada kakekmu sendiri.
Tetapi... Ayah....!.? Bukankah kita dianjurkan agama untuk menolong orang yang teraniaya....? Sela Raden Paku.
Benar... Engger, tetapi tidak boleh mendendam kepada orang yang menganiaya`` Ujar Syaikh Maulana Ishaq yang kemudian membacakan Firman Allah pada Surat Fush-Shilat ayat 34 yang berbunyi: Tidak dapat disamakan kebaikan dengan kejahatan, tolaklah dengan cara yang lebih baik, maka bila orang yang terjadi diantara kamu dengan dia permusuhan kembali bagaikan sahabat karib. Dan tidak dapat melakukannya, kecuali orang yang mempunyai nasib baik (untung besar).
Atas kebijaksanaan nasihat Syaikh Maulana Ishaq, Raden Paku tidak lagi mempunyai niat untuk membalas dendam kepada kakeknya sendiri.
Kemudian Syaikh Maulana Ishaq memberi saran agar kedua pemuda itu mau lebih dahulu tinggal di Pasai untuk memperdalam lagi ilmu agama. Karena di Pasai itu banyak terdapat ulama dari berbagai negara , terutama para ulama ahli sufi.
Tiga tahun lamanya Raden Paku dan Raden Makdum Ibrahim digemblang oleh Ulama-ulama di Pasai, sudah nampak hasilnya. Semua yang dipelajari di Pasai itu benar-benar mempengaruhi jiwanya terutama ilmu-ilmu tasawuf membuat sikap keduanya menjadi lebih tawadhu`.
Di Pasai Raden Paku sangat dikagumi guru-gurunya karena kecerdasan otaknya. Setiap ada permasalahan, Raden Paku dapat memecahkan dengan baik lagi memuaskan semua pihak. Maka banyaklah orang beranggapan bahwa Raden Paku mempunyai Ilmu Laduni, sehingga seolah-olah kecerdasannya tiada tandingnya.
Berkat ilmu-ilmu yang dipelajarinya, Raden Paku yang masih muda itu, sudah menjadi orang alim dan khusyuk serta berpribadi agung dan berwibawa? Air mukanya yang jernih, menunjukkan ketinggian ilmunya karena itu seorang gurunya telah memberi sebutan ``Ainul Yakin``.
Seusai belajar di Pasai keduanya meneruskan perjalanannya ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, kemudian baru pulang ke Jawa. Setelah itu Raden Paku ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk berdakwah ke negeri Blambangan. Prabu Minak Sembuyu sangat senang hati, karena cucunya yang pernah dibuang kelautan itu ternyata masih hidup dan kini sudah dewasa dan nampak bertambah tampan dan beribawa.
Setelah diketahui tujuan kedatangan cucunya untuk mendakwahkan islam, Prabu Minak Sembuyu pun tidak mau mengalang-halangi. Karena demikiannlah, sehingga akhirnya Agama Islam menjadi berkembang di Blambangan. Sedang agama Hindu dan Buda menjadi terdesak sampai ke Pulau Bali dan Gunung Tengger.
Menurut riwayat lain, setelah selesai keduanya belajar di Pasai diperintah oleh Maulana Ishaq untuk kembali ke Jawa, dibekali sebuah bungkusan kecil dari kain putih yang berisi tanah. Dan dikatakan : Bila sudah tiba saatnya dirikanlah pesatren di Gresik dan carilah tanah yang sama warnanya dengan tanah dalam bungkusan ini. Apabila sudah kau temukan disitulah harus kau dirikan pesantren.
Kemudian keduanya berangkat dan langsung ke Surabaya untuk memberitahukan kepada Sunan Ampel atas segala pengalamannya di Pasai itu. Maka Raden Paku diperintahkan kemabali kepada Nyai Ageng Pinatih.
Adapun Raden Makdum Ibrahim ditugaskan oleh ayahnnya berdakwah ke daerah Tuban. Dalam berdakwah Raden Makdum Ibrahim dengan menggunakan kesenian yang telah menjadi tradisi rakyat Tuban yaitu alat gamelan (gending) yang bernama Bonang. Sebab itulah sehingga beliau sampai sekarang terkenal dengan sebutan ``Sunan Bonang`