Jangan Nodai Kehormatan Ramadlan*
BANG OEMAR
Ramadlan adalah tamu agung nan istimewa bagi kita kaum muslimin. Kedatangannya membawa berkah dan rahmat bagi yang pandai menjamunya. Ramadlan adalah momentum keberuntungan, keselamatan, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Maka selayaknyalah kita mensyukuri karunia agung ini.
Allah Azza wa Jalla telah mengumandangkan keagungan Ramadlan di dalam firman-Nya; ”Bulan Ramadlan (adalah bulan) yang didalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk kepada umat manusia dan penjelasan dari petunjuk sekaligus sebagai pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah: 185).
Allah juga memerintahkan kepada kaum mukmin agar berpuasa pada bulan Ramadlan sebagai tangga untuk menuju kesempurnaan iman sehingga mencapai derajat muttaqin, orang-orang yang bertakwa. Hal ini disinyalir dalam firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
Kedatangan bulan Ramadlan sebagai tamu istimewa kita adalah kesempatan emas untuk meraup dan meraih berbagai karunia sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasulullah. Apabila kita pandai memanfaatkan kedatangan sang tamu agung, Ramadlan, maka kita akan memperoleh beberapa karunia tersebut, antara lain:
Derajat Taqwa. Ibarat kita sebagai pegawai di sebuah perusahan atau instansi, maka bulan Ramadlan adalah bulan yang menjanjikan kenaikan pangkat atau status. Kita yang sejak semula oleh Allah diberi pangkat “beriman”, pada bulan Ramadlan ini dijanjikan naik menjadi “orang yang bertaqwa”, dengan catatan bila kita mampu merawat dan menjamu sang tamu yang bernama Ramadlan dengan baik. Namun, kesempatan itu akan berlalu sia-sia jika kita mengabaikan keistimewaan dan keagungan sang tamu.
Mendapat Petunjuk. Sebagaimana sinyalemen al-Quran bahwa bulan Ramadlan adalah bulan yang bertabur hidayah yang merupakan percikan dari diturunkannya al-Quran. Sepatutnyalah kita memburu hidayah itu senyampang Ramadlan masih berkenan mengunjungi kita. Sebab hidayah Allah adalah permata berharga untuk bekal menuju keridlaan-Nya. Apabila hidayah itu tercurah pada bulan Ramadlan akibat dari diturunkannya al-Quran, maka di bulan yang mulia ini, perbanyaklah membaca, merenungi dan menghayati al-Quran untuk kemudian mengamalkannya.
Memperoleh Lailatul Qadar: Termasuk yang menjadikan bulan Ramadlan istimewa dibanding bulan lain adalah karena di dalamnya terdapat satu malam yang keistimewaannya melebihi seribu bulan atau sekitar 83 tahun. Allahu Akbar; betapa mulianya malam itu! Sementara usia rata-rata kita hanya 60 tahunan. Jika kita memperoleh satu malam Lilatul Qadar nilainya sama dengan 83 tahun, lalu bagaimana jika setiap berjumpa Ramadlan kita senantiasa mendapatkan Lailatul Qadar? Bukankah sama halnya kita dikaruniai usia lebih dari ratusan atau bahkan seribu tahun. Semua itu hanya ada pada malam-malam Ramadlan!
Pembebasan Dari Api Neraka: Karunia ini dijanjikan oleh Baginda Rasulullah saw bagi kita yang gembira dengan datangnya sang tamu agung, Ramadlan. Betapa agungnya, sehingga bergembira dengan kedatangannya saja sudah menjadi penyebab kita terbebas dari api neraka. Tetapi kita jangan sampai terlena, sebab kegembiraan yang disebutkan oleh Baginda Nabi bukanlah kegembiraan yang sia-sia, tetapi terekspresikan dalam amaliyah-amaliyah yang sesuai dengan syariah. Jika demikian, janji pembebasan dari api neraka akan kita peroleh.
Penghapusan Dosa Yang Telah Berlalu: Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadlan dengan dilandasi iman dan keihlasan, maka akan diampuni segala dosa yang telah berlalu. Demikian sabda sang Baginda Nabi sebagai janji kepada kita yang melaksanakan puasa di bulan Ramadlan sekaligus penegas kemuliaannya. Bagaimanapun kita akan kewalahan untuk mentaubati dosa-dosa kita yang telah berlalu, bahkan untuk mengingatnya pun kita tidak mampu karena begitu banyaknya dosa-dosa yang telah kita perbuat. Tetapi berkah kedatangan tamu agung, Ramadlan, kita akan terhapus dari dosa-dosa yang telah berlalu tanpa harus mengingatnya satu persatu. Cukup dengan puasa Ramadlan!
Dibukanya Pintu Surga: Pernyataan ini ditegaskan oleh Rasullah dalam haditsnya, “Apabila datang bulan Ramadlan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, serta semua setan dibelenggu.” (HR. Muslim). Hadits ini mengindikasikan bahwa peluang untuk beramal shaleh di bulan Ramadlan lebih besar dibanding kemaksiatan.
Dan masih banyak keistimewaan Ramadlan yang kesemuanya telah dijanjikan melalui al-Quran maupun sabda Rasulullah. Kesadaran ini perlu diapresiasikan semaksimal mungkin dengan cara menjamu sang tamu, Ramadlan. Caranya, dengan mengisi hari-hari dan malam-malam Ramadlan dengan amal ibadah yang akan membawa kita kian dekat dengan Allah serta dapat meraih keridlaan-Nya.
Namun, yang perlu diwaspadai adalah, saat ini mulai menyebar virus-virus yang tanpa disadari justru akan menodai kehormatan Ramadlan. Diantaranya adalah:
Menggosip; yaitu menelanjangi aib orang lain. Dalam Islam gossip memiliki dua kemungkinan, ghibah atau fitnah. Ghibah adalah membicarakan aib orang lain sesuai dengan faktanya yang seandainya didengar atau diketahui oleh yang bersangkutan akan menyebabkan sakit hati. Fitnah adalah membicarakan aib orang lain yang tidak jelas kebenarannya. Keduanya bukan hanya menggerogoti pahala puasa, bahkan juga akan mendatangkan dosa. Teramat disayangkan, disaat orang lain memperoleh limpahan pahala dan berkah Ramadlan, sementara dia justru mendapatkan bertumpuk-tumpuk dosa.
Virus gossip ini sangat berbahaya sekali. Betapa tidak, gossip yang berkonotasi ghibah oleh Rasulullah digambarkan sebagai kata-kata yang apabila kata-kata (gossip) itu dicampur dengan air laut maka kata-kata itu akan merubah air lautan. Gossip lebih berat dari perzinahan. Sebab seseorang yang berzina kemudian bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya. Sedangkan orang yang ghibah tidak akan mendapat pengampunan sebelum mendapat pemaafan dari orang yang di ghibahnya.
Sementara gossip yang berkonotasi fitnah juga tak kalah berbahayanya. Allah menyatakan bahwa, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Pembunuhan hanya akan menghilangkan nyawa seseorang. Sementara fitnah dengan artian membicarakan kejelekan yang tidak diperbuat oleh orang lain, akan mematikan harga diri orang tersebut, bahkan harga diri keluarga dan anak cucunya. Ini lebih kejam dari pembunuhan. Suatu misal, ada seseorang yang dituduh tukang santet, maka yang tercemar bukan hanya orang yang dituduh tersebut, tetapi seluruh keluarga dan anak cucunya.
Virus gossip ini telah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari keseharian kita. Hal ini diperparah dengan maraknya tayangan media massa, baik elektronik maupun cetak yang menjadikan gossip sebagai menu acara unggulan. Sehingga waktu kosong seringkali kita isi dengan menonton acara gossip yang intinya menelanjangi aib para selebriti (orang lain). Dan tanpa terasa kita telah terjangkit virus yang menodai kehormatan Ramadlan. Kita berpuasa tak lebih dari sekedar menahan lapar dan dahaga semata, tetapi tidak mendapatkan pahala. Na’udzubillah!
Bermaksiat atas nama ibadah; Kemaksiatan adalah perbuatan yang melanggar ketentuan syariat yang merupakan ekspresi ketidak-taatan atau pembangkangan hamba terhadap Tuhannya. Kemaksiatan tidaklah sama dengan ibadah. Sebab ibadah adalah wujud penghambaan yang didasari keimanan dan berlandaskan aturan syariat.
Nuansa Ramadlan yang semestinya sejuk, damai dan religius, saat ini mulai diserbu oleh virus-virus pengkaburan amaliyah. Yaitu amal ibadah yang dicampur aduk dengan kemaksiatan, atau bermaksiat dengan dalih ibadah.
Tak jarang kita menyaksikan bagaimana sebagian umat Islam menyambut datangnya bulan Ramadlan dengan aksi-aksi yang justru mengundang kemaksiatan. Kedatangan tamu mulia yang bernama Ramadlan disambut dengan pertunjukan, konser, atau pesta pora yang di dalamnya penuh kemaksiatan, bahkan tidak menujukkan suasana ibadah sama sekali kecuali hanya sebagai pewarna semata. Kemudian, setiapkali kita menyusuri sepanjang jalan di kota ini, kita akan banyak menyaksikan orang-orang yang menjual ta’jil (makanan ringan menjelang buka puasa), namun mereka tampil dengan busana yang jauh dari nilai syariat. Ironisnya, sebagian mereka menganggap hal ini adalah bagian dari ibadah.
Menyambut datangnya bulan Ramdalan adalah suatu ekspresi kegembiraan akan datangnya sang tamu agung. Dan ini dijanjikan pembebasan dari api neraka. Namun apabila cara penyambutan tersebut jauh dari nilai syariat, atau bahkan mengarah kepada perbuatan fasik dan maksiat, maka yang diperoleh bukannya pembebasan dari api neraka, tetapi jutru membuat lorong untuk menuju ke neraka.
Begitu halnya dengan mempersiapkan ta’jil adalah sebuah amal ibadah karena telah memberi kemudahan bagi orang yang akan berbuka puasa. Tetapi apabila hal ini dilakukan dengan cara yang bernilai kefasikan dan atau kemaksiatan, maka yang diperoleh bukanlah pahala tetapi dosa karena telah mendemonstrasikan kemaksiatan di bulan yang suci. Sama dengan mengotori tempat yang suci. Dosanyapun akan lebih besar dari berbuat di luar bulan suci.
Saatnya kita menyiapkan diri kita dengan “serum antivirus” yang akan membentengi dari virus-virus yang akan menggerogoti pahala ibadah kita di bulan suci ini, yaitu dengan memperbanyak amaliyah. Istiqomah qiyamullail, tadarus al-Quran di setiap waktu, mengaji ilmu agama, memperbanyak wirid dan dzikir, serta melakukan hubungan yang intim dengan Allah adalah media untuk membentengi kita dari virus tersebut. Dengan demikian kita akan dapat menjamu sang tamu dengan baik.
Perjamuan yang istimewa kepada tamu istimewa, akan mengantarkan kita pada derajat yang mulia di sisi Allah yang maha mulia, yaitu derajat taqwa. Semoga Ramadlan dapat menjadi tangga kita untuk menggapai Ridla Allah Azza wa Jalla. Amin.