URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 311 users
Total Pengunjung: 6224432 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
MENGENAL SUNAN GIRI - 2 
Penulis: Pejuang Islam [ 22/1/2010 ]
 
MENGENAL SUNAN GIRI - 2

Luthfi Bashori

(dinukil dari buku Kisah Walisongo, karangan Baidlowi Syamsuri)

RADEN PAKU

Nyai Ageng Panitih sangat bersungguh-sungguh dan berhati-hati didalam merawat dan mengasuh Jaka Samudra, karena ia merasa bahwa Jaka Samudra adalah anak kandungnya. Lebih-lebih Jaka Samudra adalah memang seorang anak yang baik budi pekertinya, kepada ibunya selalu taat dan berbakti serta pandai menyenangkan hati, Nyai Ageng Pinatih semakin tambah menjadi kasih sayang kepadanya.

Setelah Jaka Samudra berumur sebelas tahun, barulah belajar ilmu pengetahuan kepada Sunan Ampel. Setiap hari Jaka Samudra pergi ke Ampel Surabaya dan sore hari pulang ke Gresik padahal dimasa itu belum ada kendaraan bermotor.

Menurut riwayat sejak itu Jaka Samudra sudah mulai nampak kekaromahannhya. Sehingga tanpa susah payah untuk menempuh perjalanan yang jauh, apabila hendak berangkat belajar ke Ampel hanya cukup pergi ke pantai Gresik, kemudian berdoa dengan kekuasaan Allah pantai Surabaya mendekat ke Gresik, maka Jaka Samudra hanya tinggal melompatinya saja. Demikianlah setiap hari yang dilakukan Jaka Samudra untuk pulang pergi dari Gresik ke Surabaya dan sebaliknya.

Sunan Ampel yang belum mengetahui hal ihwalnya, tentu saja merasa kasihan melihat Jaka Samudra yang tiap hari pulang ke Gresik sejauh itu. Maka disarankan agar mondok saja, supaya lebih baik lagi untuk mempelajari ilmu yang diajarkan oleh Sunan Ampel.

Baru beberapa minggu saja bermukim di pesantren Ampeldelta, nampaklah oleh Sunan Ampel bahwa Jaka Samudra ternyata seorang anak yang kecerdasan otaknya luar biasa. Semua yang diajarkan oleh Sunan Ampel mudah menangkap dan menghafalnya dalam waktu singkat.

Sebagaimana biasa tiap malam Sunan Ampel melakukan shalat Tahajjud taqarrub kepada Allah, maka pada suatu malam ketika beliau hendak mengambil air wudhu`, tiba-tiba saja ada keinginan menjenguk para santrinya yang sedang tidur. Setelah membuka pintu salah satu bilik sekelompok santrinya, beliau terkejut melihat seberkas sinar yang memancar dari wajah salah seorang santrinya. Saat itu keadaan bilik gelap, tentu saja Sunan Ampel tidak jelas melihat wajah-wajah santrinya.

`Siapa gerangan seorang santriku yang bersinar ini...?` Tanya Sunan Ampel dalam hati. Kemudian beliau mendekati dan memberi tanda ikatan pada kain sarung santrinya yang bersinar itu.

Pagi harinya sehabis shalat subuh, Sunan Ampel mengumpulkan santri dan bertanya: Siapakah diantara kalian sewaktu tidur merasa ada ikatan pada kain sarungnya...?

Mendengar itu para santri hanya saling memandang, semuanya penuh teka-teki dalam hatinya, siapa dan ada apa padanya. Mereka berprasangka bahwa kawannya yang ditandai ikatan pada sarungnya, mungkin mempunyai kesalahan, sehingga Kanjeng Sunan akan menghukumnya nanti.

Dalam keadaan demikian tiba-tiba terdengar jawaban seorang santrinya `Saya Kanjeng Sunan` katanya sambil mengangkat tangan kanannya. Semua santri menoleh kepadanya, ternyata adalah Jaka Samudra. Ampun Kanjeng Sunan, kiranya ada apakah pada diri saya...? Sambung Jaka Samudra.

Setelah tahu bahwa yang mengaku itu Jaka Samudra, maka Sunan Ampel mengerti Jaka Samudra bukan anak sembarangan, pasti kelak mempunyai kederajatan yang mulia. Dengan senyum yang arif, Sunan Ampel berkata: Tidak... Padamu tidak ada apa-apa dan tidak bersalah. Jawaban Sunan Ampel semakin membuat para santri menjadi penasaran.

Pada suatu ketika Jaka Samudra dipanggil untuk menghadap Sunan Ampel. Dengan hati berdebar Jaka Samudra menghadap dan sopan santun duduk menundukkan kepala sambil menunggu apa kata Sunan Ampel.

Jaka Samudra... Saya ingin bertanya sedikit kepadamu... `Kata Sunan Ampel. Sebenarnya anak siapakah engkau ini...? Tanya Sunan Ampel. Yang saya maksud adakah engkau memang anak kandung Nyai Ageng Pinatih ataukah bagaimana...?. Jaka Samudra menjawab dengan sopan: Ampun Kanjeng Sunan..., setahu saya, benarlah saya anak kandung Nyai Ageng Pinatih, karena demikian juga orang mengatakan.

`Kalau begitu baiklah dan sekarang kembalilah kepada teman-temanmu`. Ujar Sunan Ampel. Kemudian Jaka Samudra pun kembali ke pondoknya.

Pada suatu hari ketika Nyai Ageng Pinatih datang ke Ampel menjenguk Jaka Samudra, maka kepadanya oleh Sunan Ampel ditanyakan tentang Jaka Samudra yang sebenarnya.

Dengan jujur Nyai Ageng Pinatih menceritakannya, bahwa sesungguhnya Jaka Samudra bukanlah anak kandungnya, melainkan sejak Jaka Samudra yang kira-kira baru berumur empat puluh hari ditemukan di tengah laut Selat Bali. Adapun peti tempat Jaka Samudra dibuang sampai sekarang masih disimpan dengan baik.

Atas pengakuan Nyai Ageng Pinatih, Sunan Ampel teringat kembali cerita Syeikh Maulana Ishaq dan beliau berkeyakinan bahwa sebenarnya Jaka Samudra adalah anak pamannya. Walaupun demikian Sunan Ampel tidak terburu-buru menceritakan hal itu kepada Nyai Ageng Pinatih, hanya beliau berjanji kalau ada kesempatan akan berkunjung ke Gresik ingin tahu peti tempat Jaka Samudra dibuang itu.

Tak seberapa hari kemudian Sunan Ampel datang ke Gresik. Setelah melihat peti tersebut, Sunan Ampel membenarkan bahwa Jaka Samudra memang putra Syeikh Maulana Ishaq. Hal itu oleh Sunan Ampel dapat dibaca dari ciri-ciri dan tanda khusus pada peti itu menunjukkan asal dari kalangan Istana Blambangan.

Maka itulah dikatakan kepada Nyai Ageng Pinatih, bahwa sesungguhnya beliau mempunyai seorang paman yang namanya Syeikh Maulana Ishaq yang pernah berdakwah ke Blambangan. Bahkan beliau sampai tejadi dikawinkan dengan putri Raja Blambangan yang namanya Dewi Sekar Dadu. Karena ada suatu ketidakberesan yang mengancam jiwanya, terpaksa beliau meninggalkan istrinya yang sedang hamil tujuh bulan.

Beliau juga sempat mendengar atas pembuangan anaknya itu dari beberapa awak kapal yang singgah di Blambangan. Maka itulah beliau sebelum meneruskan perjalanannya ke Pasi singgah dulu ke Ampel dan berpesan bila sewaktu-waktu menemukan anaknya agar diberi nama Raden Paku.

Nyai Ageng Pinatih yang mendengar ceritera Sunan Ampel itu dalam hatinya merasa bangga, karena dia telah mendapatkan anak dari keturunan orang shalih dan juga keturunan raja.

Kemudian ia berkata: Kalau memang demikian adanya, sebaiknya Jaka Samudra kita ganti nama Raden Paku saja, sesuai dengan kehendak orang tuanya. Sejak itulah Jaka Samudra dipanggil dengan sebutan Raden Paku.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Achmad sayudi  - Kota: lamongan,kebet
Tanggal: 26/2/2011
 
sy ingin tau lbh dlm tntng riwayat jaka samudera 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Jaka Samudra adalah nama lain Sunan Giri. Mudah-mudahan suatu saat ada kesempatan memenuhinya.

2.
Pengirim: Enjat Mu'jizat  - Kota: Serang-Banten
Tanggal: 6/7/2014
 
Perjalanan Spiritual Para Wali Allah Adalah pelita kebahagiaan, Ajaran-Nya adalah kebenaran hakiki, Yaa Allah izinkanlah hamba yang daif ini, mengikuti jejak para wali-Mu, amin 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Semoga niat kita terkabulkan.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam