ISLAM HARUS LEBIH DICINTAI DARI APAPUN DI DUNIA INI
Luthfi Bashori
Sy. Anas bin Malik RA menceritakan bahwa pernah ada seorang laki-laki meminta kambing kepada Rasulullah SAW sebanyak di antara dua gunung, dan beliau SAW memenuhinya. Setelah itu, laki-laki tersebut kembali kepada kaumnya, dan berseru, “Masuklah kalian semua ke dalam Islam. Sungguh Muhammad telah memberiku sesuatu yang amat banyak sekali, tanpa ia takut menjadi miskin.”
Lalu Sy. Anas RA berkomentar, “Jika seseorang masuk Islam hanya karena menginginkan dunia, maka bukan Islam namanya. Islam harus lebih dicintai daripada dunia dan isinya.” (HR. Muslim).
Jaman sekarang sudah banyak orang yang lebih mendahulukan mencari harta daripada mementingkan kelestarian ajaran agama Islam. Bahkan telah banyak dari kalangan umat Islam sendiri yang menjadikan identitas Islam untuk mencari dan meraup keuntungan duniawi semata.
Seperti adanya orang-orang yang sengaja menjual Islam untuk mencari kedudukan dan jabatan serta kekuasaan, atau sengaja menjual almamater keislaman untuk mencari kekayaan, entah itu dengan mengejar bangunan gedung-gedung bertingkat, mobil mewah, rumah megah, atau mengincar lahan basah hingga memudahkan dirinya menguasai harta yang bukan menjadi haknya. Maka apa yang diutarakan oleh Sy. Anas RA di atas, saat ini benar-benar telah terjadi di sekitar kita.
Padahal Allah telah memberikan kenikmatan bagi setiap orang, namun kebanyakan orang itu melupakannya dan tidak menyukurinya, sebagaimana dalam firman yang artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS. A- Isra’ : 70).
Andaikata setiap umat Islam menyadari bahwa urusan agama itu seharusnya dinomersatukan, tentu mereka akan mendapatkan kenikmatan hati jauh yang lebih baik daripada hanya sekedar mengejar kenikmatan duniawi.
Sy. Abu Bakar Al-Shiddiq berkata, “Orang yang telah mencicipi kesucian cinta kepada Allah, niscaya akan melalaikannya kehidupan duniawi dan membuatnya tidak nyaman bergaul dengan semua orang.”
Tentunya, yang dimaksud mencintai Allah SWT juga mencintai dan meneladani Rasulullah SAW. dengan cara mengikuti ajaran syariat yang telah beliau SAW ajarkan selama ini, sesuai firman Allah SWT yang artinya: “Katakanlah (kepada mereka, Hai Muhammad), Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah beriman (secara sempurna) salah seorang dari kalian sehingga aku lebih ia cintai daripada orangtuanya, anaknya dan segenap manusia.” (HR. Al-Bukhari).
Allah SWT memperkuatan pemahaman ini dengan firman yang artinya, “Katakanlah (kepada mereka Hai Muhammad), Jika bapak-bapak , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalain cintai dari Allah dan Rasul-Nya serta dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24).
Cintailah Islam itu secara ikhlas lebih dari segalanya, dari dirimu, orang tuamu, anak-anakmu, keluargamu, kawan-kawanmu, karirmu, almamatermu, organisasimu, dan segala macam milikmu.