|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 6 users |
Total Hari Ini: 201 users |
Total Pengunjung: 6224313 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
INTRIK-INTRIK POLITIK PANGGILAN "KAFIR - NON MUSLIM" |
Penulis: Pejuang Islam [ 3/3/2019 ] |
|
|
INTRIK-INTRIK POLITIK PANGGILAN "KAFIR - NON MUSLIM"
Luthfi Bashori
Dahulu, di saat shahabat Amr bin Ash mengacungkan Al-Quran dan tombaknya, yang memiliki arti meminta perdamaian menggunakan Al-Quran, saat itu Khalifah Ali bin Abi Thalib RA, sebenarnya mengetahui bahwa hal itu hanyalah STRATEGI yang dilakukan oleh rival politiknya dari pihak shahabat Muawiyah, namun karena didesak oleh pasukannya, maka Khalifah Ali bin Abi Thalib RA akhirnya menerima tawaran tersebut, maka dilakukanlah perundingan untuk mencapai perdamaian.
Jadi dengan tingkat kecerdasan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang di atas rata-rata, beliau lebih memahami intrik-intrik lawan politiknya daripada sekedar melihat peristiwa ANGKAT ALQURAN & TOMBAK secara kasat mata, sedangkan shahabat-shahabat lain hanya melihat makna ANGKAT ALQURAN & TOMBAK sebagai permintaan perdamaian.
Viralnya peristiwa LARANGAN memanggil KAFIR terhadap Non Muslim, terjadi pada tahun politik. Tentu bagi yang memiliki kemampuan bashirah politik di atas rata-rata tidak akan mengatakan bahwa `tema ini TIDAK sengaja dibahas`, tapi akan berpendapat, `tema ini SENGAJA ADA YANG MEMPERSIAPKAN`, karena salah satu partai kontestan pemilu 2019 adalah PDIP, yang secara riil di dalamnya banyak juga pengikut dari kalangan orang-orang Kafir Non Muslim.
Bisa jadi demi ambisi politik tertentu, maka sengaja dimunculkan kembali penggunaan istilah Kafir Non Muslim dan istilah Muwathinun (warga negara), tentunya dengan bumbu kajian tertentu.
Padahal tema yang diangkat justru saat ini sedang TIDAK DIBUTUHKAN OLEH DUNIA ISLAM, kecuali khusus bagi yang mempunyai intrik-intrik politik dengan melegalkan segala cara.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|