REZEKI CUKUP ITU DAMBAAN UMAT
Luthfi Bashori
Umumnya hampir setiap orang itu selalu mengharapkan mendapat rezeki yang cukup dalam kehidupannya sehari-hari. Karena dengan kecukupan rezeki itu, maka mereka dapat menjalani kehidupannya bersama keluarga secara tentram, damai dan bahagia.
Walaupun ada pula di antara mereka yang dengan sengaja berusaha dan bersusah payah demi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya hingga berlebih-lebihan, bahkan berani menghalalkan segala cara (na’udzubilah min dzalik).
Namun ada pula hamba Allah yang shaleh sengaja menjalani kehidupan miskin sebagai pilihan hidup, seperti yang dicontohkan langsung oleh Baginda Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW yang selalu diperhatikan dan lindungi serta dijamin doa-doanya selalu dikabulkan oleh Allah, namun beliau SAW ternyata tidak meminta menjadi seorang yang kaya atau minimal hidup berkecukupan, tetapi beliau SAW lebih senang memilih sebagai seorang nabi yang fakir dan miskin, padahal di masa mudanya beliau SAW juga terkenal sebagai seorang ahli dagang dengan segudang prestasi, hingga Siti Khadijah sang pemilik modal pun jatuh hati kepadanya.
Sy. Abu Hurairah RA berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berdoa, “Wahai Allah, berilah rezeki keluarga Muhammad dalam bentuk makanan pokok.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi).
Dalam doa di atas ini, Rasulullah SAW meminta kepada Allah agar diberi rezeki berupa makanan pokok untuk keluarganya, yang bisa juga dikatakan mencari harta hanya untuk sekedar bertahan hidup. Tentunya beliau SAW sangat mampu untuk mencari harta yang berkecukupan, bahkan berlebih-lebihan jika beliau SAW mau. Namun pilihan hidup beliau SAW justru berbeda dengan kebanyakan orang.
Sedangkan kepada umat Islam, maka Rasulullah SAW mengajarkan agar mereka menjadi figur-figur yang berkecukupan dalam mencari rezeki dan tidak berlebih-lebihan, sebagaimana yang disampaikan oleh Sy. Sa’id bin Abi Waqqash RA, bahwa Rasululah SAW bersabda, “Sebaik-baik dzikir ialah dzikir yang sepi dan pelan (yaitu saat sendirian). Sebaik-baik rezeki ialah yang cukup.” (HR. Ibnu Hibban dan Abu Awanah).
Islam mengajarkan kepada umatnya, agar mereka lebih mendambakan kehidupan yang nikmat di akhirat nanti, daripada mendahulukan kehidupan duniawi, walaupun ini bukan berarti Islam melarang seseorang untuk menjadi figur yang kaya raya, karena orang yang kaya raya namun sangat dermawan dalam urusan perjuangan menegakan aqidan dan syariat Islam itu juga sangat mulia dan sangat diperlukan keberadaannya dalam komunitas umat Islam.
Hanya saja Nabi Muhammad SAW lebih memprioritaskan kehidupan yang cukup bagi umatnya sebagaimana dalam sabdanya, “Beruntunglah orang yang masuk Islam, sedangkan rezekinya pas-pasan dan ia dikaruniai perasaan qanaah (merasa puas dengan apa yang diperolehnya.” (HR. Muslim, dan At-Tirmidzi).
Sy. Sa’id Al-Khudri RA menceritakan, bahwa beberapa orang dari golongan Anshar sering meminta-minta sedekah kepada Rasulullah SAW dan selalu diberi oleh beliau SAW. Suatu hari Rasulullah SAW kehabisan apa yang mereka minta, lantas beliau SAW bersabda:
“Selama sesuatu yang baik masih ada padaku, sekali-kali tidak akan kusembunyikan dari kalian, Sabda Nabi Muhammad SAW, “Akan tetapi, siapa yang afif (dapat memelihara diri dari meminta-minta), maka Allah akan memeliharanya pula, dan siapa yang merasa cukup dengan apa yang ada, Allah akan mencukupinya pula. Barang siapa yang sabar, Allah akan menambah kesabarannya. Tidak ada sesuatu pemberian yang diberikan kepada orang, yang lebih baik dan lebih melapangkan (dada) selain dari sabar.” (HR. Muslim).