YUHSYARU MAR-U
Luthfi Bashori
Judul di atas yang berarti `Seseorang itu digiring` adalah cuplikan Hadits Nabi SAW. Relevansinya adalah pengaruh era reformasi yang sering kali melebihi batas, hingga sebagian kalangan, dengan beraninya berusaha mereformasi nilai keagamaan yang telah dibakukan oleh Alquran maupun Hadits.
Tentunya perilaku reformasi yang demikian itu harus ditolak dan diperangi oleh umat Islam yang konsisten berpegang teguh kepada aqidah yang diajarkan dalam kitab suci Alquran maupun Hadits Nabawi.
Sebagai contoh kongkrit adalah mulai meredupnya pembatasan antara keislaman dengan kekafiran. Sebagian kalangan kini, tidak lagi mempermasalahkan batas-batas itu, bahkan telah berani mencampuradukkan antara keislaman dengan kekafiran.
Bermasyarakat dengan non muslim itu diperbolehkan dalam Islam, namun dalam batas-batas tertentu, seperti dalam urusan jual beli, kerja bakti kebersihan kampung, dan urusan kemanusian secara umum.
Namun, dalam urusan ritual keagamaan, atau menampakkan keridhaan terhadap pilihan kekafiran mereka, termasuk menampakkan kecintaan karena pilihan agama mereka, jelas berdampak negatif terhadap kehidupan akherat.
Allah SWT berfirman yang artinya :
Orang-oarang YAHUDI mengatakan UZAIR itu adalah ANAK ALLAH, dan orang-orang NASRANI juga mengatakan ISA itu adalah ANAK ALLAH. Demikian itulah ucapan mulut mereka yang menirukan perkataan orang KAFIR terdahulu. Maka Allah melaknat mereka, bagaimana mereka bisa berpaling. (QS. Attaubah, 30).
NABI SAW : Setiap orang kelak di hari Qiamat, akan digiring bersama orang-orang yang dicintainya.
Permasalah yang timbul adalah, kini mulai banyaknya umat Islam yang berusaha menjalin persahabatan akrab tanpa batas dengan kalangan non muslim yang notabene tergolong kafir dalam pandangan Allah.
Nah, jika si muslim yang telah menjalin erat tali persaudaraan dengan kalangan orang-orang kafir, dan menampakkan penuh cinta kasih atas nama kemanusiaan, maka kelak di hari Qiamat akan digiring bersama kelompok orang-orang kafir itu.
Na`udzubillah min dzaalik.