ROMANTISME KENAIKAN HARGA BBM
Abdurraman Helmi
Hari masih dicengkeram malam yang buta, namun para pedagang sayur telah berseliweran di jalanan untuk memborong hasil panen para petani di pasar-pasar induk kota yang masih menggigil diterpa angin malam. Di sebelah terminal tampak selusin kuli dan kernet bus dengan kaos oblong yang bolong duduk becengkrama menghabiskan seceret kopi di sebuah pos jaga yang sarat dengan asap rokok, hingga sulit dibedakan mana asap dan mana kabut malam.
Malam itu ibu menteri keuangan telah tidur namun tak lelap, setelah menggelar jumpa pers tentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang harganya semakin meroket, hingga diperkirakan dapat menguras habis anggaran negara, jika tak dinaikkan dengan segera.
Tampak bapak menteri sosial membisu ketika masuk rumahnya, terbayang di benaknya berjuta juta rakyat yang bakal menjerit, tak kuat lagi menanggung beban hidup yang semakin menghimpit dan keringat tak lagi dapat diperas.
Mahasiswa masih berdebat hingga larut tentang rencana demonstrasi esok pagi, guna menyikapi jeritan rakyat yang kini sudah mati rasa, tak tahu lagi mana sedih dan gembira, mana pahit maupun getir, dan mana tangis juga tawa, karena telah sekian lama menanti janji janji penguasa untuk hidup yang lebih baik.
Para seniman jalanan, juga sibuk mencorat coret dinding di sudut kota, mengukir kata mengurai makna, tentang betapa ini adalah hari yang monumental agar semangat keadilan harus ditegakkan. Mereka memaksa setiap dinding dinding kota agar bisa bicara, karena suara serak mereka tak lagi bisa didengar.
Kuli kuli tinta juga tak kalah seru mengejar berita tentang apa saja yang terjadi perihal keputusan tersebut. Hingga tak terasa mesin mesin cetak yang di pacu tiada henti telah mencetak berjuta juta lembar berita siap edar untuk esok pagi.
Masih lekat di ingatan ketika tersiar berita keluarga yang hanya bisa hidup dengan makan nasi aking (nasi basi yang dikeringkan) disebuah negeri yang konon disebut negeri agraris. Terdengar pula berita tentang betapa banyak anak anak yang menahan perih - lapar hingga perut mereka membusung karena kurang gizi di negeri yang menurut para pemimpinnya kemiskinan telah berkurang. Andaikan benar jumlah orang miskin berkurang namun kualitas kemiskinannya yang semakin menggila. Masih belum hilang sedih kita ketika mendengar berita tentang ibu yang membunuh anak anaknya karena himpitan ekonomi yang semakin meradang di negeri yang anggota dewannya terlihat begitu sibuk mengurusi rakyatnya.
Semua itu terjadi bak fragmen kehidupan yang bisu dan berjalan tanpa bisa ditebak tebak jalan ceritanya. Sebuah episode sunyi yang selalu tersaji dalam drama melankolis.
Lalu apa yang bisa kita perbuat sahabat
. Ketika harga minyak kian melambung dan harga harga kebutuhan pokok semakin tak terjangkau? Apakah harus merubah etika dan cara hidup kita jadi semakin tak perduli dengan sesama, atau bahkan wajah kita yang biasanya tersenyum sumringah jadi seperti monster dilipat tujuh?
Caranya adalah
Jadikan hari ini adalah hari yang begitu romantis
.
Kita tak keluar rumah jika tak begitu penting dan mendesak, otomatis akan lebih banyak waktu untuk keluarga, untuk anak dan istri kita. Bukankah selama ini mereka begitu merindukan untuk bisa bercanda bersama di rumah kita?
Jadikan hari hari ini adalah begitu romantis
.
Begitu kesamaan nasib antar manusia yang tak saling kenal menjadikan mereka saling perduli dan memikirkan sesama. Jika belum upayakanlah hal itu. Betapa ummat Islam Indonesia seakan sebuah keluarga yang saling menyayangi.
Pandanglah hari ini dengan pandangan yang syahdu dan penuh cinta, pada mereka yang kurang beruntung, nyatakan ini adalah saat terbaik untuk bersedekah pada mereka yang membutuhkan. Jadikanlah hari hari begitu indah bersama si yatim yang sedang sepi dan untuk si fakir yang perlu uluran tangan, mari
ikutlah tersenyum bersama mereka.
Jadikan hari ini adalah hari yang romantis
.
Saatnya kita kunjungi guru, ulama, dan orang tua. Agar mereka bisa menasihati dan mengisi batin kita dengan madah dan doa doa, hingga haru luruh airmata dipangkuanya.
Jadikan hari ini adalah begitu romantis.
Betapa saat ini adalah saat terbaik untuk membasuh diri dengan taubatan nashuha di malam hening saat rahmat Allah begitu bertaburan.
Jadikanlah hari ini adalah hari yang paling romantis dalam hidup kita, rasakan saja
.
Bukankah Allah SWT selalu bersama kita? Tuhan yang serba Maha, yang Maha mencinta, Maha pemberi dan Maha segalanya? Setelah sekian lama terlupakan, bahwa begitu Ia mencintai diri ini yang penuh dosa. Lalu membuat kita sadar bahwa Ia begitu dekat
yah
begitu dekat lebih dekat dari urat nadi kita sendiri. Mintalah kepada Nya, hanya kepada-Nya, betapa kita merindukan hidup yang lebih baik dunia dan akhirat.
Sahabat
Jadikanlah moment ini adalah hari yang paling romantis
Untuk merubah diri menjadi lebih baik
dan lebih baik lagi
dengan takwa dan syukur yang optimal pada Allah SWT.