URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 5 users
Total Hari Ini: 210 users
Total Pengunjung: 6224322 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
ROMANTISME KENAIKAN HARGA BBM 
Penulis: Abdurraman Helmi [12/6/2010]
 
ROMANTISME KENAIKAN HARGA BBM

Abdurraman Helmi


Hari masih dicengkeram malam yang buta, namun para pedagang sayur telah berseliweran di jalanan untuk memborong hasil panen para petani di pasar-pasar induk kota yang masih menggigil diterpa angin malam. Di sebelah terminal tampak selusin kuli dan kernet bus dengan kaos oblong yang bolong duduk becengkrama menghabiskan seceret kopi di sebuah pos jaga yang sarat dengan asap rokok, hingga sulit dibedakan mana asap dan mana kabut malam.

Malam itu ibu menteri keuangan telah tidur namun tak lelap, setelah menggelar jumpa pers tentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang harganya semakin meroket, hingga diperkirakan dapat menguras habis anggaran negara, jika tak dinaikkan dengan segera.
Tampak bapak menteri sosial membisu ketika masuk rumahnya, terbayang di benaknya berjuta – juta rakyat yang bakal menjerit, tak kuat lagi menanggung beban hidup yang semakin menghimpit dan keringat tak lagi dapat diperas.

Mahasiswa masih berdebat hingga larut tentang rencana demonstrasi esok pagi, guna menyikapi jeritan rakyat yang kini sudah “mati rasa”, tak tahu lagi mana sedih dan gembira, mana pahit maupun getir, dan mana tangis juga tawa, karena telah sekian lama menanti janji – janji penguasa untuk hidup yang lebih baik.

Para “seniman” jalanan, juga sibuk mencorat – coret dinding di sudut kota, mengukir kata mengurai makna, tentang betapa ini adalah hari yang monumental agar semangat keadilan harus ditegakkan. Mereka memaksa setiap dinding – dinding kota agar bisa bicara, karena suara serak mereka tak lagi bisa didengar.

Kuli – kuli tinta juga tak kalah seru mengejar berita tentang apa saja yang terjadi perihal keputusan tersebut. Hingga tak terasa mesin – mesin cetak yang di pacu tiada henti telah mencetak berjuta – juta lembar berita siap edar untuk esok pagi.

Masih lekat di ingatan ketika tersiar berita keluarga yang hanya bisa hidup dengan makan nasi aking (nasi basi yang dikeringkan) disebuah negeri yang konon disebut negeri agraris. Terdengar pula berita tentang betapa banyak anak – anak yang menahan perih - lapar hingga perut mereka membusung karena kurang gizi di negeri yang menurut para pemimpinnya kemiskinan telah berkurang. Andaikan benar jumlah orang miskin berkurang namun “kualitas” kemiskinannya yang semakin menggila. Masih belum hilang sedih kita ketika mendengar berita tentang ibu yang membunuh anak – anaknya karena himpitan ekonomi yang semakin meradang di negeri yang anggota dewannya terlihat begitu “sibuk” mengurusi rakyatnya.

Semua itu terjadi bak fragmen kehidupan yang bisu dan berjalan tanpa bisa ditebak – tebak jalan ceritanya. Sebuah episode sunyi yang selalu tersaji dalam drama melankolis.

Lalu apa yang bisa kita perbuat sahabat …. Ketika harga minyak kian melambung dan harga – harga kebutuhan pokok semakin tak terjangkau? Apakah harus merubah etika dan cara hidup kita jadi semakin tak perduli dengan sesama, atau bahkan wajah kita yang biasanya tersenyum sumringah jadi seperti monster “dilipat tujuh?”

Caranya adalah …

Jadikan hari ini adalah hari yang begitu romantis ….
Kita tak keluar rumah jika tak begitu penting dan mendesak, otomatis akan lebih banyak waktu untuk keluarga, untuk anak dan istri kita. Bukankah selama ini mereka begitu merindukan untuk bisa bercanda bersama di rumah kita?

Jadikan hari – hari ini adalah begitu romantis ….
Begitu kesamaan nasib antar manusia yang tak saling kenal menjadikan mereka saling perduli dan memikirkan sesama. Jika belum upayakanlah hal itu. Betapa ummat Islam Indonesia seakan sebuah keluarga yang saling menyayangi.

Pandanglah hari ini dengan pandangan yang syahdu dan penuh cinta, pada mereka yang kurang beruntung, nyatakan ini adalah saat terbaik untuk bersedekah pada mereka yang membutuhkan. Jadikanlah hari – hari begitu indah bersama si yatim yang sedang sepi dan untuk si fakir yang perlu uluran tangan, mari … ikutlah tersenyum bersama mereka.

Jadikan hari ini adalah hari yang romantis ….
Saatnya kita kunjungi guru, ulama, dan orang tua. Agar mereka bisa menasihati dan mengisi batin kita dengan madah dan doa – doa, hingga haru – luruh airmata dipangkuanya.
Jadikan hari ini adalah begitu romantis.

Betapa saat ini adalah saat terbaik untuk membasuh diri dengan taubatan nashuha di malam hening saat rahmat Allah begitu bertaburan.

Jadikanlah hari ini adalah hari yang paling romantis dalam hidup kita, rasakan saja ….

Bukankah Allah SWT selalu bersama kita? Tuhan yang serba Maha, yang Maha mencinta, Maha pemberi dan Maha segalanya? Setelah sekian lama terlupakan, bahwa begitu Ia mencintai diri ini yang penuh dosa. Lalu membuat kita sadar bahwa Ia begitu dekat … yah … begitu dekat lebih dekat dari urat nadi kita sendiri. Mintalah kepada – Nya, hanya kepada-Nya, betapa kita merindukan hidup yang lebih baik dunia dan akhirat.

Sahabat … Jadikanlah moment ini adalah hari yang paling romantis … Untuk merubah diri menjadi lebih baik … dan lebih baik lagi … dengan takwa dan syukur yang optimal pada Allah SWT.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam