URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 4 users
Total Hari Ini: 206 users
Total Pengunjung: 6224318 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
SYARIATULLAH KHALIDAH Formulasi Negara Syari’ah 
Penulis: AR Helmi [8/6/2010]
 
SYARIATULLAH KHALIDAH

Formulasi Negara Syari’ah
Dalam Koridor Ahlussunnah

Di tengah maraknya jargon–jargon khilafah Islamiyah dan formalisasi Syariah, seperti yang digembar-gemborkan oleh beberapa kelompok Islam, pada saat yang sama mereka telah mengklaim bahwa Ahlussunnah wal Jamaah kurang peduli terhadap tegaknya Syari’ah Islam. Mereka menilai bahwa rumusan tentang Negara Syari’ah atau konsep Khilafah Islamiyah adalah monopoli mereka. Ahlussunnah tampaknya menghadapi klaim seperti ini terasa adem ayem.

Padahal, tanpa harus digembar-gemborkan, Ahlussunah bersama para tokohnya telah memiliki rumusan dan gerakan yang lebih jitu tentang tegaknya Syari’ah Islamiyah. Ahlussunnah sangat peka terhadap fenomena yang melanda umat Islam dewasa ini. Seperti wacana khilafah, dan penerapan syari’at Islam misalnya, bahkan bukan hanya di Indonesia tetapi meliputi seluruh penjuru dunia, seperti Brunei, Singapura, Selatan Thailand dan Selatan Philipina. Umat Islam Ahlusunnah wal Jama’ah telah memiliki gerakan yang tak kalah jitu di bandingkan ormas-ormas yang lain.

Jika selama ini kelompok Ahlussunnah didentikan dengan pondok pesantren saja, tidak semuanya benar. Justru mereka memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap kegelisahan umat Islam dewasa ini. Seperti semakin maraknya aliran-aliran sesat yang meresahkan. Termasuk diantaranya adalah tegaknya Syariah Islam di bui pertiwi ini.

Akhir-akhir ini mulai marak bermunculan gerakan-gerakan yang mengusung cita-cita tegaknya penerapan Syari’ah Islam di Indonesia. Namun bedanya, Ahlussunnah lebih mengedepankan etika dakwah bilhikmah dan mauidzah hasanah. Dengan menata sistem keorganisasian dan gerakan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai keindonesiaan. Sekiranya apabila gerakan ini kelak kian berkembang, tidak akan berbenturan dengan sistem negara. Sehingga Islam tidak dipaksakan untuk vis a vis (wajhan bi wajhin) dengan negara. Sebab apabila benturan itu terjadi, maka kemudharratan yang lebih besar akan menimpa umat Islam.

Hal ini terjawab dengan terbentuknya beberapa wadah organisasi yang selama ini memang ditunggu-tunggu oleh umat Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Berawal dari sebuah Musyawarah Nasional (MUNAS) Alim Ulama yang digelar pada tanggal 22 desember 2005 di gedung Gradhika kota Pasuruan Jawa Timur, berhasil dibentuk Dewan Imamah Nusantara (DIN).

Dewan Imamah Nusantara bisa dikatakan sebagai salah satu “benteng” Islam Ahlussunnah Wal Jamaah dalam rangka menangkis serangan musuh Islam dalam upayanya untuk memerangi kaum Muslimin baik secara fisik maupun ideologis.
Dengan terbentuknya Dewan Imamah Nusantara diharapkan kelompok-kelompok umat Islam yang selama ini terkesan berjuang sendiri-sendiri dapat bersatu padu dalam usaha tahthbiqus syariah, agar perjuangan dan persatuan umat menjadi kekuatan besar yang dapat bersinergi dalam dakwah amar ma’ruf nahi munkar sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.

Umat Islam saat ini memang harus bersatu. Kesadaran ini harus diawali dengan bersatunya para ulama. Jika ulama bersatu maka umat-pun akan bersatu. Antar umat Islam mungkin ada perbedaan dalam hal Furuiyah’, akan tetapi dalam hal lain umat Islam juga banyak mempunyai persamaan. Jadi sangat disayangkan jika perbedaan itu menyebabkan perpecahan.

Musuh-musuh Islam saat ini semakin merapatklan barisan untuk memerangi Islam. Secara terorganisir rapi, mereka berupaya untuk mencabik-cabik barisan umat Islam, dan menjauhkan Muslim dari akidahnya. Para kuffar sadar bahwa yang mampu meluluhlantakkan Islam haruslah ummat Islam sendiri. Yang bisa menghancurkan ulama adalah ulama sendiri.

Oleh karenanya, umat Islam jangan sampai bercerai berai dalam memperjuangkan kebenaran. Saat ini, Muslimin memiliki kekuatan riil, namun masih dioptimalkan dalam mewujudkan persatuan. Padahal tidak sedikit ulama dan umat Islam yang mempunyai potensi, namun masih belum ada yang mampu menjembatani untuk merealisasikan persatuan umat.

Kelompok-kelompok Islam saat ini masih berjalan sendiri. Dengan hanya mengandalkan ormas Islam yang ada, tanpa ada upaya untuk merapatkan barisan, umat Islam akan sulit melakukan pembentengan, apalagi perlawanan terhadap serangan yang gencar dilakukan oleh kaum kufar.

Dengan cara yang licik dan keji, para musuh Islam telah banyak menghadang dan menyempitkan langkah-langkah umat Islam untuk lebih maju. Padahal tidak sedikit komponen ulama dan umat Islam yang mempunyai greget untuk menegakkan syari’at Allah di muka bumi pertiwi ini. Namun karena berjuang sendiri-sendiri, maka upaya ini sulit terealisasi.

Harapan umat kini mulai tertawar. Setidaknya hal ini ditandai dengan terbentuknya sebuah wadah kepemimpinan umat yang disebut sebagai Dewan Imamah Nusantara (DIN), sebagai wadah operasional untuk memperjuangkan persatuan dan perjuangan umat Islam di Nusantara, dalam upaya memperjuangkan syariat Islam Ahlusunnah wal Jamaah di Indonesia khususnya dan di seluruh penjuru dunia secara global.

Di samping sebagai wadah pemersatu, terbentuknya DIN juga dapat menjadi acuan serta rujukan dalam memperjuangkan hal-hal yang tengah dihadapi umat Islam, terutama dalam usaha penegakan syariat Islam di Nusantara.

Seperti diketahui bersama, saat ini umat Islam sering dibuat bingung dengan hilir-mudiknya ideologi baru yang masuk ke Indonesia. Ideologi tersebut masuk dengan bebas dan mengatasnamakan Islam. Semisal ideologi Islam liberal, dengan jargon-jargon Islam mereka tanpa sungkan menyajikan dalil yang telah ”dipelintir” sesuai dengan kepentingan mereka. Padahal argumennya sangat melenceng jauh dari nilai-nilai dan pesan syariat yang sharih. Tak jarang pula, yang menyampaikan pun adalah tokoh-tokoh yang dianggap mengerti tentang Islam. Hal ini semakin membingungkan umat.

Di sinilah peranan Dewan Imamah Nusantara (DIN), yang beranggotakan para ulama yang masih konsisten terhadap syariat dan tidak terkontaminasi kepentingan-kepentingan tertentu, bisa dijadikan standar untuk pencerahan umat.

Disamping beranggotakan ulama yang konsisten terhadap jalur dakwah dan penegakan syariat Islam, Dewan Imamah Nusantara yang berazaskan Islam dan berakidah Ahlusunnah wal Jama’ah, dapat secara optimal memberikan pemahaman kepada umat tentang bagaimanakah akidah Ahlusunnah wal Jamaah. Agar kita bisa mengerti dan mengaplikasikan aqidah yang memang telah mengakar kuat di bumi Indonesia ini.

Dengan demikian, umat akan dapat menilai bahwa akidah Ahlusunnah wal Jamaah bukanlah barang yang baru akan di perkenalkan pada masyarakat di Nusantara, akan tetapi ini adalah akidah yang memang telah memasyarakat sejak zaman Wali Songo sebagai penyebar Islam di Indonesia.

Jadi jika ada yang mengatasnamakan Ahlusunnah wal Jamaah akan tetapi penerapan syari’atnya melenceng dari kaidah-kaidah Ahlusunnah wal Jamaah dan cenderung mengkafirkan, membid’ahkan, dan mengatakan sesat amalan-amalan Islami yang selama ini telah membumi di masyarakat, walaupun mereka mengatasnamakan Ahlusunnah, mengatasnamakan salaf, mengatasnamakan santri dan kyai maupun habaib, kita siap untuk menangkisnya. Pengertian tersebut tercantum dalam Program Nasional DIN, yaitu menjaga kemurnian serta memelihara ke-istiqamah-an akidah Ahlusunnah wal Jamaah.

Selain itu tercantum dalam maksud dan tujuan di bentuknya DIN, adalah penyatuan dunia Islam untuk penegakan Imamah Islamiyah Internasional melalui proses yang realistis dan strategis. Karenanya, Imamah yang diperjuangkan DIN bukan penolakan terhadap eksistensi negara-negara Islam yang ada, maupun penafian terhadap kekuasaan pemimpinnya. Akan tetapi DIN wajib berjuang menyatukan negara-negara Islam berikut para pemimpin dan rakyatnya dengan jalan menghapus segala sekat yang selama ini memisahkan dan melemahkan mereka.

Konsistensi DIN terhadap perjuangan Syariah Ahlussunnah juga tampak dari keterlibatan beberapa ulama, habaib, kiai, dan tokoh Islam yang memang berpegang teguh pada akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Beliau yang terlibat dalam proses perumusan sebagai Anggota Tetap adalah: Almarhum KH. Yusuf Hasyim (Jombang), KH Abdullah Faqih (Langitan), KH. Abdul Hamid Baidhowi (Lasem), Almarhum KH. Tijani Jauhari (Sumenep), KH. Nuruddin Marbu (Kalsel), KH. Najih Maimun Zuber (Sarang), KH. Syukron Makmun (Jakarta), Almarhum KH. Husein Umar (Jakarta), Hb. Tohir Abdullah Al Kaff (Tegal), Hb. M Rizieq Syihab (Jakarta), Baba Abdul Aziz (Thailand), dan Ust. Abdul Halim Abbas (Malaysia).

Sementara sebagai pelaksana harian beranggotakan sepuluh orang sebagai berikut, Hb. Abdurrahman Assegaf (Pasuruan), KH. Ali Karrar Shonhaji (Pamekasan), Almarhum KH. Saiful Hukama’ (Pamekasan), KH. A Yahya Hamiddin (Sampang), KH. Misbah Sadat (Surabaya), KH. Luthfi Bashori Alwi (Malang), KH. Mahfudz Syaubari (Pacet), KH. Hidayatullah Muhammad (Pasuruan), KH. Luqman Hakim (Pasuruan), dan Hb. Ahmad Al Hamid (Malang).
Berangkat dari visi dan misi serta potensi para pendiri tersebut diharapkan DIN dapat memberikan kontribusi kongkrit bagi perjuangan umat Islam di pentas global dan di nusantara pada khususnya. (AR Helmi)

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam