KHUSUS PAK DARWIS
Luthfi Bashori
Konon di sebuah perkampungan ada seorang bernama Pak Darwis yang meninggal dunia. Dalam kehidupannya, dia lebih dikenal dengan panggilan Pak Dar. Sekalipun mengaku muslim, Pak Dar bukanlah orang yang mau melaksanakan ibadah shalat 5 waktu, meskipun sudah sering diingatkan oleh keluarga dan teman-temannya.
Pak Dar dikenal sebagai orang yang keras hatinya, senangnya marah tanpa sebab yang jelas, dan selalu menyalahkan orang lain, tanpa mau instropeksi diri.
Pergaulan Pak Dar nyaris keluar dari mu`asyarah yang islami, selain hanya karena kepura-puraan semata.
Bagaimana tidak, jika datang malam minggu dia selalu berada di tengah hiruk pikuk kemaksiatan kehidupan malam. Saat Minggu pagi, Pak Dar justru bergabung dengan aktifis gereja. Sedangkan hari-hari biasa dia bergaul dengan umat Islam, karena untuk pendapatan dapurnya dia dapati dari komunitas umat Islam.
Dalam pemberangkatan jenazah Pak Dar, maka keluarga dan warga bersepakat untuk menyalatinya di mushalla dekat rumahnya. Sangat kebetulan seorang tokoh masyarakat setempat menyempatkan diri untuk ikut dan didapuk menjadi Imam shalat jenazah.
Ternyata, tatkala shalat jenazah sang Imam melaksanakannya dengan 4 rakaat lengkap dengan rukuk dan sujud, sebagaimana layaknya shalat dhuhur berjamaah.
Usai shalat jenazah, para jama`ah yang hadir pun secara spontan bertanya kepada sang Imam : Loh, kok shalatnya 4 rakaat, padahal mestinya kan cukup 4 x takbir saja?
Dengan enteng sang Imam menjawab : Wah, khusus mayyit ini ... Yaa nggak cukup kalau hanya 4 x takbir, tapi butuh 4 rakaat, karena dosa-dosanya sudah terlalu banyak, menumpuk-numpuk dan terlalu berat.
Tentu saja para jama`ah menjadi tersenyum kecut sambil manggut-manggut.