URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 6 users
Total Hari Ini: 201 users
Total Pengunjung: 6224313 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
MENIKMATI UMRAH `TERJUN BEBAS` TANPA BEBAN, TANPA TANGGUNG JAWAB 
Penulis: Pejuang Islam [ 15/11/2018 ]
 
MENIKMATI UMRAH `TERJUN BEBAS` TANPA BEBAN, TANPA TANGGUNG JAWAB

Luthfi Bashori

Salah satu peraturan pemerintah bagi yang akan berangkat umrah, maka harus melalui travel resmi yang sudah terdaftar dan diakui oleh pemerintah.

Dengan adanya peraturan semacam ini, maka agak sulit bagi seseorang yang ingin berangkat umrah secara `terjun bebas` perorangan.

Namun, bukan berarti tidak ada jalan untuk melepaskan diri dari rombongan yang pastinya terikat beban dan tanggung jawab antara yang satu dengan lainnya.

Pembimbing umrah, pasti berkewajiban untuk memimpin segala hal yang terkait dengan kemashlahatan anggota yang diantarkannya.

Rombongan pun harus ikut aturan yang telah ditetapkan oleh travel dan pembimbing umrah, agar dapat melaksanakan kegiatan yang telah diprogramkan oleh pihak travel.

Dua hal ini, sangat mudah untuk ditulis dan diutarakan, namun sering kali agak sulit untuk dilaksanakan di lapangan secara sempurna.

Entah itu terkait dengan tempat penginapan, atau menu makanan, jadwal kegiatan, surat-surat kelengkapan, bahkan terkadang hingga urusan perasaan hati. Namun ada juga yang dapat menikmati kebersamaan dengan rombongan.

Namanya juga sama-sama manusia, baik pemilik travel, pembimbing umrah dan peserta rombongan yang jumlahnya tidak sedikit.

Nah, pada bulan November 2018 ini, saya bersama Hb. Zen Ba`abud, salah satu murid senior di pesantren saya, mencoba untuk nekat berangkat umrah hanya berdua saja tanpa ikut rombongan travel sebagaimana pada umumnya.

Tentunya, jasa travel tetap kami butuhkan, antara lain saat kami mencari visa umrah, maka kami harus nego kawan akrab pemilik travel di Jakarta yang baik hati, hingga bersedia membantu kami mendapatkan visa (ijin masuk negara lain) untuk melaksanakan ibadah zairah dan umrah.

Untuk mensiasati kemudahan berangkat umrah, maka kami juga ikut jasa travel Malaysia milik seorang kawan, khususnya yang terkait pembookingan tiket pesawat Saudi Air Line.

Jadi saat berangkat umrah, praktisnya kami ambil jalur Surabaya - Kuala Lumpur - Madinah. Sedangkan pulangnya lewat jalur Jeddah - Kuala Lumpur - Surabaya.

Sebelum berangkat, kami mengontak salah seorang kawan yang bermukim di Madinah untuk mencarikan tempat penginapan, tentunya yang sesuai dengan keinginan kami.

Akhirnya kami putuskan mengambil satu suqqah, atau semacam home stay yang lokasinya dekat dengan Masjid Nabawi.

Nah, untuk urusan makan, kami berdua sepakat membeli makanan yang banyak dijual di sekitar penginapan dan masjid, jadi sekalian bisa menikmati wisata kuliner dengan macam-macam menu Arab.

Untuk menyusun acara kegiatan juga, hanya dengan kesepakatan kami berdua saja, baik saat merancangnya juga saat menjalaninya, semua bersifat kondisional dan dapat berjalan secara alami.

Contohnya, karena tidak ada `pihak ketiga` yang ikut menentukan kegiatan, maka terkadang kami istirahat di penginapan, tapi terkadang kami juga tidak pulang dari masjid Nabawi hingga larut malam.

Pernah juga kami tidur siang di pelataran atau halaman masjid yang disediakan permadani tebal di bawah naungan mudhallat atau payung-payung otomatis.

Kami sangat menikmati sepoi-sepoi `angin sorga` yang menghembus ke sekitar Masjid Nabawi, hingga kami terlena dan terlelap dalam tidur yang dapat menghilangkan rasa penat-penat.

Sangat kebetulan cuaca di awwal bulan November sekaligus menjelang bulan Rabi` itu, di Madinah sedang musim peralian dari musim panas menuju ke musim dingin, hingga terasa sangat sejuk, ibarat cuaca di musim semi kota Malang yang terasa sedang.

Jadi udara di Madinah itu yaa.. sedang-sedang saja. Tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Perkiraannya sekitar 27 derajat celcius.

Padahal di Saudi itu jika datang musim panas, terkadang bisa mencapai 50 derajat, sedangkan saat musim dingin bisa mencapai 5 derajat bahkan bisa lebih dingin lagi.

(BERSAMBUNG).
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam