SPONTANITAS SHAHABAT NABI DALAM MENGAMALKAN AYAT ALQURAN
Luthfi Bashori
Sy. Anas RA menginformasikan bahwa suatu saat Nabi Muhammad SAW merasa kahilangan shahabatnya yang bernama Tsabit ibnu Qais. Lalu ada seorang shahabat lelaki lainnya yang berkata, “Wahai Rasulullah, biarlah aku mencarinya untukmu.”
Akhirnya lelaki itu menemukan Sy. Tsabit di rumahnya sedang duduk menundukkan kepala. Lelaki itu pun bertanya kepada Sy. Tsabit, “Apa kabarmu ?”
Sy. Tsabit menjawab singkat, “Buruk.” Lantas ia mengakui, selama ini ia adalah seorang yang selalu berbicara dengan suara keras melebihi suara Nabi SAW. Karena itu, ia khawatir semua amalnya telah terhapus dan beranggapan dirinya termasuk ahli neraka.
Keadaan Sy. Tsabit tersebut di sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, maka beliau SAW bersabda, “Pergilah kepadanya dan katakanlah, sesungguhnya engkau bukan termasuk ahli neraka, melainkan engkau termasuk ahli sorga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Sy. Tsabit merasa khawatir jangan-jangan semua amal baiknya itu terhapus, setelah mendengar firman Allah SWT, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi Muhammad SAW, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS. Al-Hujurat, ayat 2), karena Sy. Tsabit itu termasuk orang-orang memiliki intonasi suara yang cukup keras.
Sifat responsif para shahabat saat memberlakukan tekstual ayat larangan dalam Alquran dengan memahami secara dhahir ini, tentunya sangatlah positif dalam rangka kehati-hatian. Namun setelah tahu makna yang sesungguhnya, maka mereka pun kembali mengamalkan apa yang semestinya berlaku dalam hukum syariat.