URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 5 users
Total Hari Ini: 209 users
Total Pengunjung: 6224321 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Tantangan Terhadap Hegemoni Peradaban Barat 
Penulis: Khalili Haasib [13/4/2010]
 
Tantangan Terhadap Hegemoni Peradaban Barat

Khalili Haasib


Hegemoni Barat pada era modern saat ini tampaknya sulit dibendung. Semua aspek kehidupan hampir-hampir tak mudah dilepaskan dari hegemoni peradaban Barat. Mulai makanan, minuman, pakaian, gaya hidup dan pemikiran, semuanya telah menusuk jantung pemikiran masyarakat dunia. Bagi dunia Islam, yang paling berbahaya adalah hegemoni dalam bidang keagaamaan atau pemikiran.

Sebagaimana selalu ditegaskan Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.Phil – seorang peneliti peradaban Islam dan Barat – bahwa tantangan terberat yang dihadapi umat saat ini bukanlah tantangan ekonomi, dan politik akan tetapi tantangan pemikiran keagamaan. Karena sejatinya krisis politik dan ekonomi yang dilanda umat berembrio dari problem pemikiran dan worldview Islam.

Sekulerisme, liberalisme, pluralisme, feminisme dan kristenisasi adalah bagian dari hegemoni yang telah merambah dunia Islam – termasuk Indonesia. Dominannya hegemoni ini bukan berarti tidak bisa dibendung. Akan tetapi inilah tantangan pemikiran yang harus dihadapi dengan serius.

Petrus Venerabilis (1094-1156), seorang kepala Biara Cluny di Prancis, pernah mengatakan perlunya digagas sebuah gerakan untuk menyerang pemikiran Islam pasca Perang Salib. Gagasan ini ia wujudkan dengan mengorganisir sebuah Islamic Studies (studi Islam) di Toledo Spanyol. Atas usulan Petrus, untuk pertama kalinya, pada tahun 1143 M Al-Qur\`an berhasil diterjemahkan oleh Robert Ketton ke dalam bahasa Latin. Hasil terjemahannya ini kemudian menjadi rujukan untuk mengkaji Islam.

Venerabilis pada masa itu bisa dikatakan tidak terlalu sukses menyerang pemikiran Islam. Dunia Islam masih kuat membentengi arus pemikiran, bahkan pada masa itu Islam masih dapat menikmati era keemasan. Peradaban Islam saat itu berada pada masa emasnya. Kemajuan Sains dan teknologi masih dikuasai oleh ilmuan-ilmuan muslim.

Namun, \`perjuangan\` Venerabilis baru bisa dirasakan pada abad ke-19. Studi Islam dan kajian Orientalisme marak di perguruan tinggi di Barat. Bukan hanya orang Barat, cendekiawan-cendekiawan muslim juga masuk pos-pos studi Islam di negara-negara Eropa dan Amerika dengan matrik framework Barat.

Studi Islam dengan Framework Barat ini sukses mencetak generasi baru \`orientalis\` Timur. Setelah meluluskan sarjana-sarjana muslim, tugas Barat lebih ringan. Karena untuk mengglobalkan ide-ide sekulerisme, pluralisme, feminisme dan lain-lain tidak perlu dari orang Barat sendiri. \`Orientalis\` Timur tidak kalah fasih dengan Barat berbicara sekluerisasi dan liberalisasi keagamaan. Efek pengaruhnya pun lebih ampuh. Karena mereka adalah orang-orang muslim sendiri dan justifikasi pemikirannya diambil dari Al-Qur\`an dan Hadis.

Tantangan internal ini justru yang paling berat – khususnya di Indonesia. Jika dulu yang menghujat Islam adalah hanya orang-orang Barat seperti Johannes dari Damaskus (± 652-750), Petrus Venerabilis (Peter the Venerable 1094-1156), Ricoldo da Monte Croce (±1243-1320), Martin Luther (1483-1546) dan lain-lain. Tapi kini, cendekiawan dan mahasiswa muslim sendiri yang menggugat dan menghujat dasar-dasar teologi Islam, bahkan dengan sangat terang-terangan dan vulgar.

Diskusi-diskusi menggugat otentisitas Al-Qur\`an, merendahkan sahabat Nabi dan mendekonstruksi syari\`ah yang telah mapan tampaknya bukan hal tabu di beberapa perguruan tinggi Islam. Seperti contoh dalam Jurnal Justisia yang diberi judul Indahnya Kawin Sejenis Edisi 25 Th. XI 2004 dikatakan: \"Lantas, kenapa pernikahan homoseksual mesti dilarang padahal justru ada unsur kemaslahatan\".

Liberalisasi kurikulum pendidikan – terutama di perguruan tinggi Islam – adalah bukti nyata arus hegemoni Barat begitu kuat. Dalam mata kuliah Orientalisme terhadap Al-Qur\`an dan Hadis di UIN Jakarta disebutkan tujuan mata kuliah ini adalah mahasiswa dapat menjelaskan dan menerapkan kajian orientalis terhadap Al-Qur\`an dan Hadis. Artinya, metodologi kajian Orientalis digunakan untuk mempelajari Al-Qur\`an dan Hadis. Pendekatan Hermeneutika digunakan untuk menafsiri Al-Qur\`an. Dengan menggunakan framework Orientalis ini, mahasiswa diajari mendekonstruksi dan memepertanyakan keabsahan Al-Qur\`an dan Hadis.

Kritik mereka terhadap Al-Qur\`an sebenarnya dapat dilacak akarnya dari seorang Orientalis asal Austria, Arthur Jeffery. Dalam bukunya Progress in the Study the Qur\`an Text Jeffery mengatakan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah tafsir kritis yang menggunakan metode-metode penelitian kritis modern untuk tafsir Al-Qur\`an. Yang dimaksud tafsir kritis oleh Jeffery adalah biblical criticism (kritik ilmiah Bibel), yaitu salah satu metode tafsir Bibel.

Liberalisasi kurikulum pun merambah pendidikan tingkat dasar dan menengah dengan konsep pendidikan multikulturalisme. Dalam sebuah buku diktat sekolah isu-isu gender dan persamaan (equality) antara laki-laki dan perempuan dimasukkan. Misalnya penyamaan hak waris, hak perempuan mengumandangkan azan, menjadi imam shalat, wali nikah, memberi mahar, hak mentalak dan pemberlakuan masa \`iddah bagi suami, penyamaan batasan aurat, pakaian ihram, jumlah kambing aqiqah, dsb.

Selain melalui cendekiawan muslim, ide-ide liberalisasi dalam – bentuk yang berbeda – diusung melalui isu globalisasi. Jika \`Orientalis\` Timur memasarkan ide-ide Barat dalam ruang terbatas, maka cakupan globalisasi lebih luas. Mulai dari akademisi sampai masyarakat akar rumput muatan-muatan globalisasi mudah dimasukkan.

Globalisasi sebenarnya bentuk lain dari westernisasi (pembaratan). Malcolm Waters mengatakan globalisasi adalah konsekuensi langsung dari ekspansi budaya Eropa yang melintasi seluruh dunia. Globalisasi tidak sekedar bermuatan kecanggihan teknologi dan informasi, namun juga mengusung teologi dan budaya Barat. Dan inilah bentuk imperialisme gaya baru. Arus budaya Barat ke dalam dunia Islam hampir tak dapat dibendung. Hampir segala yang berbau Barat dinilai maju dan modern. Bahkan pernah mengunjungi negara Barat dianggap suatu kebanggaan.

Banyak yang tidak tersadar bahwa globalisasi mengandung konsekuensi teologis. Globalisasi tidak saja mentransformasi teknologi, namun juga mentransfer budaya dan teologi ke dalam dunia Islam. Peradaban Barat yang kini menghegemoni dunia, melalui bermacam media teknologi, mengglobalkan budaya dan pemikiran termasuk di antaranya adalah agama.

Samuel Zwemmer, direktur organisasi misionaris pada tahun 1935, mengatakan bahwa tugas gerakan misi adalah, menghancurkan peradaban lawan dan membina kembali bentuk peradaban Barat agar Muslim berdiri di barisan Barat (Kristen). Tugas misionaris tidak saja mengkristenkan Muslim, tapi juga menjauhkan Muslim dari agamanya – dengan tetap memeluk Islam – dan berdiri dalam budaya Barat.

Arus globalisasi tidak selamanya memajukan peradaban manusia, tapi juga membawa konsekuensi meminggirkan agama. Tantangan globalisasi ini tidak perlu sepenuhnya ditelan mentah-mentah. Setiap orang mesti memiliki reserve untuk menyelematakan agama dan budayanya.

Gerakan sekularisasi, liberalisasi, globalisasi dan kristenisasi tampaknya masing-masing memiliki benang merah. Masyarakat yang sekuler, liberal dan menerima nilai-nilai Barat sangat mudah untuk dikristenkan. Karena sekulerisme dan liberalisme membawa konsekuensi mereduksi ajaran agama Islam. Otomatis bangsa yang tereduksi pondasi teologinya mudah menerima ajaran baru (Kristen).

Tampak bahwa gerakan sekularisasi, liberalisasi, globalisasi dan kristenisasi adalah gerakan bersama, masing-masing bergerak yang mengarah pada pereduksian peradaban dan agama Islam. Memang, gerakan-gerakan ini cukup deras dalam dunia Islam, dan banyak yang terhegemoni. Namun, bukan berarti tidak dapat ditolak. Ini adalah tantangan serius umat Islam yang harus dihadapi pada era modern seperti saat ini

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Qois Al Hasan Al Qatiri  - Kota: Muna United
Tanggal: 8/10/2010
 
merdeka indonesia 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Oyee .. !

 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam