MELINTASI JEMBATAN SHIRATH
Luthfi Bashori
Sy. Abu Sa’id Al-Khudri RA menceritakan bahwa ada shahabat yang bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti apakah jembatan itu?”
Nabi Muhammad SAW menerangkan, “Sangat licin, padanya terdapat pengait-pengait, dan terdapat pula pohon berduri seperti pohon di Najd yang dikenal dengan nama Sa’dan.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi).
Setipis apapun bentuk jembatan Shirat itu, saat kehidupan di padang Mahsyar telah bergolak kelak, maka bagi orang yang diridhai oleh Allah dalam segala urusannya, akan menjadi lapang tatkala melintasinya dengan pertolongan Allah. Sebaliknya bagi kalangan yang dimurkai oleh Allah, maka sebesar apapun bentuk jembatan Shirat itu, akan terperosok saat melintasinya, apalagi hakikat jembatan Shirat itu sangat licin.
Sebagaimana Sy. Abu Sa’id Al-Khudri RA mengabarkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Cara yang dilakukan orang-orang dalam melintasi jembatan Shirath bermacam-macam:
(a). Ada yang sekejap mata
(b). Ada yang sekejap kilat
(c). Ada yang seperti angin kencang
(d). Ada yang seperti burung terbang
(e). Ada yang seperti larinya kuda balap
(f). Ada yang seperti jalannya unta.
(HR. Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi)
Dalam satu riwayat, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Maka selamatkanlah orang yang selamat. Ada pula yang terluka saat melintasinya, tetapi terlepas (dari ikatanya). Juga ada yang didorong ke neraka (saat melintasi jembatan).” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi)
Sy. Abu Hurairah RA mengutarakan, bahwa Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Kemudian dipasanglah Shirath di antara kedua tepi (berarti di tengah-tengah) neraka Jahannam. Maka, akulah orang pertama yang melewatinya dari kalangan para rasul beserta umatnya masing-masing. Pada hari itu, tiada seorang pun yang berbicara kecuali para rasul. Dan, perkataan para rasul pada hari itu (maksudnya saat melintasi jembatan) adalah: Wahai Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Sy. Al-Mughirah bin Syu’ban RA menerangkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Pertanda orang mukmin di atas Shirath adalah (ucapannya): Wahai Tuhanku, selamatkanlah, selamatkanlah.” (HR. At-Tirmidzi)
Di antara kondisi orang-orang yang akan melintasi jembatan Shirat itu, ada kalangan yang keadaannya sebagaimana diberitakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana dalam riwayat Sy. Anas bin Malik, beliau SAW bersabda, “Bahwa kelak juga ada anak adam (seseorang) yang sedang diadili di padang Mahsyar seakan-akan seperti anak kambing yang masih kecil. Kemudian Allah SWT berfirman kepadanya, “Aku telah memberimu pelayan dan melimpahkan nikmat-Ku kepadamu. Lalu apakah yang telah engkau perbuat?”
“Wahai Tuhanku, aku telah mengumpulkan dan mengembangkannya sehingga kutinggalkan dalam keadaan bertambah banyak,” jawab anak Adam itu.
Lalu ia memohon, “Untuk itu, kembalikanlah aku (ke dunia), niscaya aku akan membelanjakannya di jalan-Mu.”
Allah SWT berfirman, “Perlihatkanlah kepada-Ku semua yang telah engkau kerjakan.”
Anak Adam (orang itu) tetap memberikan jawaban yang sama, “Wahai Tuhanku, aku telah mengumpulkan dan mengembangkannya sehingga kutinggalkan dalam keadaan bertambah banyak. Untuk itu kembalikan aku (ke dunia), niscaya aku akan membelanjakannya di jalan-Mu.”
Ternyata dia adalah seorang hamba yang belum pernah berbuat kebaikan sekalipun, lalu dia diseret ke dalam neraka. (HR. At-Tirmidzi)