ALLAH YANG MENGGULIRKAN WAKTU
Luthfi Bashori
Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran. (QS. Al-âAshr, 1-3).
Nabi Muhammad SAW bersabda, âBahwa Allah SWT berfirman, âAnak Adam (manusia) mengganggu-Ku dengan mengumpat waktu. (Padahal) Aku-lah (yang mengatur) waktu. Persoalan ada di tangan-Ku. Aku mempergantikan waktu malam dengan waktu siang.â (HR. Abu Dawud).
Mencela waktu atau memaki jaman itu tidaklah tepat. Termasuk mencaci masa yang di saat itu banyak terjadi peristiwa yang buruk atau banyak terjadi kejahatan, karena yang patut dipertanyakan itu bukan waktunya, tapi siapa yang menjadi penghuni di saat itu. Merekalah yang semestinya bertanggungjawab terhadap kejadian-kejadian buruk yang menimpa mereka, maupun kejahatan yang merajalela di kalangan mereka.
Sedangkan waktu itu sendiri akan terus bergulir tiada henti sedikitpun, dan para penghuninya pun akan terus berdatangan silih berganti. Adapun setiap orang yang menghuni di waktu-waktu tertentu itu telah digariskan oleh Allah, dankarena itu pula Nabi Muhammad SAW mengajarkan sesuatu yang positif terkait tata cara mengisi waktu.
Beliau SAW bersabda, âKerjakanlah segala sesuatu dengan tepat dan benar, serta janganlah berlebih-lebihan. Bekerjalah pada waktu siang, sore, dan sedikit pada waktu malam. Kalian tentu akan dapat mencapai cita-cita yang kalian inginkan.â (HR. Al-Bukhari).
Berdasarkan petunjuk ini, maka sebaiknya umat Islam selalu optimis menjalankan wasiat Rasulullah SAW dalam rangka mengisi hari-hari pada waktu yang telah diberikan oleh Allah tersebut.
Isilahlah setiap perguliran waktu itu dengan beribadah kepada Allah dengan penuh ikhlas dan pupuklah semangat membara untuk mendapatkan kecintaan Allah. Bekerjalah mencari rezeki yang halal untuk menghidupi keluarga, karena hal itu termasuk dicatat sebagai ibadah yang diberi pahala oleh Allah, tentunya jika diniati untuk menunjang aktifitas ibadahnya.
Namun seseorang yang hanya bekerja untuk mengumpulkan harta, terutama yang dapat melalaikan urusan ibadah, apalagi jika sampai menerjang hukum haram dalam pekerjaannya itu, justru akan menjerumuskan dirinya kepada kesengsaraan di akhirat.