|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 7 users |
Total Hari Ini: 197 users |
Total Pengunjung: 6224309 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
SEMAU GUE...! |
Penulis: Pejuang Islam [ 9/12/2009 ] |
|
|
SEMAU GUE...!
Luthfi Bashori
Sering kita mendapati beberapa kalangan di tengah masyarakat yang memiliki sifat `Semau Gue`.
Kelompok ini, praktis tidak memiliki kepedulian terhadap peraturan yang telah disepakati oleh masyarakat. Baik itu peraturan agama, peraturan negara, maupun peraturan adat dan kebisaan yang telah mengatur kehidupan masyarakat demi kebaikan bersama.
Coba tengok, betapa maraknya muda-mudi jaman sekarang yang telah lepas kontrol dalam melanggar aturan agama, aturan negara, etika pergaulan maupun norma kemasyarakatan, atau yang sering disebut sebagai adat ketimuran.
Banyak di antara mereka sudah tidak mempunyai rasa malu. Sebagai contoh paling mudah adalah bagaimana kelakuan mereka saat berdua-duaan bersama kekasih hatinya yang belum terikat pernikahan secara resmi. Mereka kerap kali berani melakukan hal-hal di muka umum yang hanya pantas dilakukan dalam dunia binatang.
Bahkan tidak jarang kita temukan keberadaan muda-mudi di pinggir sungai besar, baik di perkotaan maupun di pedesaan, atau di tempat-tempat yang mereka anggap strategis dan romantis, mereka bermesra-mesraan dengan pasangan masing-masing, seakan-akan membuat parade `mesum bersama` tanpa rasa malu sedikitpun.
Semua itu mereka lakukan di alam terbuka dan dapat dilihat oleh semua mata dengan tanpa beban, apalagi merasa berdosa maupun melanggar hukum dan norma kemasyarakatan. Mereka melakukan hal itu karena dalam hati mereka memilki prinsip `Semau Gue`.
Keadaan semacam itu, bahkan diperparah oleh kondisi bangsa yang terasa semakin carut marut oleh perilaku tak terpuji gara-gara budaya rasa malu sudah dijauhi oleh masyarakat, semisal makin merajalelanya tindak korupsi, penggelapan, penganiayaan, pencurian, perjudian, mabuk-mabukan, narkoba, porstitusi, pornografi/aksi, berebut jabatan, berebut dana syubhat yang tidak jelas halal-haramnya dan segala macam penyakit kemaksiatan yang terasa silih berganti menghinggapi masyartakat dan dilakukan secara terang-terangan.
Rasanya, budaya rasa malu yang dimiliki bangsa ini sudah semakin tipis tersisa di dada anak-anak bangsa. Sebaliknya sifat buruk `Semau Gue` terasa semakin tebal dan hampir-hampir menancap di hati setiap orang yang menghuni negeri ini.
Bahkan yang lebih memalukan adalah perilaku beberapa kelompok orang yang secara terang-terangan melarang masyarakat yang secara istiqamah melaksanakan ibadah, semisal menghadiri majlis ta`lim, majlis keliling yasinan, majlis ta`ziyah bersama, majil dzikir bersama, doa untuk sesepuh yang telah dipanggil Alah, dan sebagainya dengan tuduhan sebagai Bid`ah dhalalah dan amalan sesat.
Teringat sabda Nabi Muhammad SAW : Idza lam tastahi fashna` maa syikta (Jika engkau tidak punya rasa malu, maka lakukan saja sesuka hatimu).
Hadits ini bukan berarti Nabi SAW mengajarkan sifat `Semau Gue`. Namun sebaliknya bahwa sifat `Semau Gue` itu adalah kebalikan dari memiliki sifat rasa malu yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Sebagaimana Nabi SAW berabda : Alhayaa-u minal iimaan (Rasa malu itu termasuk bagian dari iman).
Sungguh ironis, jika masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, ternyata sudah semakin jauh meninggalkan ajaran Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan Allah mengampuni semuanya.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|