URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 67 users
Total Pengunjung: 6224169 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
TIADA WAKTU BERHENTI UNTUK BERDZIKIR 
Penulis: Pejuang Islam [ 25/1/2018 ]
 
TIADA WAKTU BERHENTI UNTUK BERDZIKIR

Luthfi Bashori


Jika ada orang bertanya, kapan sejatinya waktu yang diperintahkan untuk dzikir kepada Allah itu?

Maka jawaban yang benar adalah, selama 24 jam dalam sehari adalah waktu yang tepat untuk melantunkan dzikir kepada Allah, kecuali di saat buang hajat di toilet, atau ssedang berhubungan suami istri dan saat khatib Jumat sedang berkhatbah serta ketika sedang bermaksiat semacam mabuk dan sebagainya, maka dalam kondisi seperti itu tidak dianjurkan bagi orang yang beriman itu melantunkan dzikir kepada Allah secara lisan.

Jadi, kapan saja seseorang itu ingin berdzikir, maka saat itu pula dianjurkan untuk menlaksanakan keinginannya itu, tanpa harus dibatasi oleh waktu dan tempat. Tentu saja ada dzikir-dzikir yang khusus disunnahkan untuk dilantunkan pada waktu-waktu tertentu, seperti sunnahnya bertakbiran pada hari raya namun dimakruhkan untul dibaca pada selain hari raya.

Namun, untuk kalimat-kalimat thayyibah yang termasuk dalam kategori dzikir kepada Allah, maupun shalawat kepada Rasulullah SAW, maka kapan pun boleh dibaca tanpa ada batas. Bahkan dalam keadaan shalat ada pula dzikir-dzikir tambahan yang pernah dilantunkan oleh Rasulullah SAW serlain dari doa shalat yang sudah baku.
  
Sy. Abu Sa’id menyatakan, apabila berdiri untuk shalat pada malam hari, Rasulullah SAW bertakbir. Lalu mengucapkan: “Subhaanakallahumma wa bihamdika wa tabaarakasmuka wa ta’aalaa jadduka wa laa ilaaha ghairuka” (Maha Suci Engkau ya Allah dengan memuji kepada-Mu. Maha Suci asma-Mu, Maha Tinggi keagungan-Mu, dan tiada Tuhan selain Engkau). Selanjutnya beliau SAW mengucapkan: “Allaahu Akbar Kabiira... (doa Iftitah).”

Kemudian beliau SAW mengucapkan ta’awwudz: “A’uudzubillaahissamii’il ‘aliimi minash syaithaanir-rajiim min hamzihi wa nafkhihi wa naf-tsihi” (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, yakni dari godaan, rayuan, dan cumbuannya). (HR. Ash-habus Sunan).

Sy. Abu Hurairah RA juga sering memperhatikan, bahwa Rasulullah SAW selalu berdiam sejenak antara takbiratul ihram dengan bacaan Fatihah. Lalu ia bertanya, “Demi bapak dan ibuku ya Rasulullah, apakah yang engkau ucapkan sewaktu berdiam di antara takbir dan bacaan?”

Rasulullah SAW menjelaskan, “Aku mengucapkan: ‘Allahumma baa’id baini wa baina khathaayaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khathaayaya kamaa yunaqqats tsaubul abyadlu minaddanas. Allahummaghsilnii khataayaya bits-tsalji wal maa i wal barad’ (Ya Allah, jauhkanlah antara diriku dengan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah, bersihkan diriku dari dosa-dosa sebagaimana baju putih yang di bersihkan dari kotoran. Ya Allah, bersihkanlah semua dosa-dosaku dengan air, es, dan embun).” (HR. Lima Ahli Hadits, kecuali Tirmidzi).

Di kalangan para shahabat pun banyak yang berkreasi sendiri dalam melantunkan dzikir kepada Allah, dengan bacaan-bacaan yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW sebelumnya, sebagaimana yang diceritakan oleh Sy. Ibnu Umar RA, bahwa suatu saat ia dan para shahabat yang lain sedang shalat bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba seorang laki-laki di antara kaum (yang bermakmum) mengucapkan: ‘Allahu Akbar Kabiiran wal Hamdulillaahi Katsiiran wa Subhaanallahi Bukratan wa-ashiilaa’ (Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, serta Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang).

lantas Rasulullah SAW, “Siapakah orang yang telah mengucapkan kalimat demikian dan demikian?”

“Aku, Ya Rasulullah,” ucap laki-laki itu.

“Aku merasa kagum dengan kalimat tersebut, karena pintu-pintu langit dibuka karenanya,” komentar Rasulullah SAW.

Lalu Sy. Ibnu Umar RA menyatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan kalimat-kalimat tersebut, sejak aku mendengar Rasulullah SAW mengatakan seperti itu.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).


   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam