Akhirnya, Ayah dan Anak Suriah Korban Serangan Teroris Dimakamkan
Seorang ayah dan anak asal Suriah yang gugur dalam serangan teroris di masjid di Selandia Baru pekan lalu adalah yang pertama dikuburkan dalam pemakaman massal, kemarin (20/3). Para anggota komunitas Muslim di Christchurch, tempat terjadinya serangan, datang untuk menguburkan para korban dari insiden yang disebut perdana menteri Selandia Baru sebagai “hari tergelap” dalam sejarah negara itu.
Jenazah ayah dan anak itu dibawa oleh para anggota komunitas Muslim ke pemakaman, ungkap juru bicara kelompok Syrian Solidarity New Zealand (SSNz) kepada Anadolu Agency.
Khalid Mustafa (45) dan Hamza Mustafa (15), keduanya adalah Muhajirin Suriah, dimakamkan di Memorial Park Cemetery (bagian Muslim) di daerah pinggiran kota Christchurch.
Putra bungsu Khalid, Zaid, terluka parah dalam serangan itu tapi selamat.
Ayah dan anak itu ada di antara 42 jamaah yang ditembak mati di dalam Masjid Al Noor di Christchurch, di antara total 50 orang yang gugur.
Juru bicara SSNz Ali Akil mengatakan bahwa Zaid yang berusia 13 tahun menghadiri pemakaman dengan menggunakan kursi roda.
“Seharusnya saya tidak berdiri di depanmu. Seharusnya saya terbaring di sisimu,” kata Zaid Mustafa di depan makam ayahnya.
Zaid menjalani operasi selama enam jam untuk mengobati cedera yang dideritanya akibat serangan teroris.
Dari Suriah ke Selandia Baru
Keluarga Mustafa melarikan diri dari Suriah yang dilanda perang dan tiba di Selandia Baru pada 2018. Korban selamat dari serangan mematikan pekan lalu juga termasuk istri Khalid dan putrinya yang berusia 10 tahun.
Selain ayah dan anak Suriah ini, empat pemakaman lagi dilaksanakan kemarin. Pemakaman massal diperkirakan dilakukan dalam beberapa hari.
Sekitar 50 Muslim gugur dan banyak yang terluka pada Jum’at lalu ketika seorang teroris menembaki jamaah saat shalat Jum’at di masjid Al Noor dan Linwood di Christchurch, yang merupakan tanda meningkatnya Islamofobia di seluruh dunia.
Si teroris menyiarkan secara langsung pembantaian itu selama 17 menit di media sosial.
Warga Australia berusia 28 tahun itu ditahan polisi Selandia Baru dan didakwa atas pembantaian itu. Ia akan dihadapkan ke pengadilan pada 6 April.
“Saya tidak bisa memberitahu Anda betapa sulitnya mengetahui bahwa sebuah keluarga datang ke sini untuk mencari keselamatan dan perlindungan (namun meninggal dunia dalam serangan itu) dan mereka seharusnya aman di sini,” kata Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dalam konferensi pers di Christchurch pada Rabu malam.
Pemerintah Selandia Baru sedang mempersiapkan peringatan massal atas insiden tersebut besok, Jum’at (22/3). “Akan ada momen hening selama dua menit pada hari Jum’at,” ujar Ardern, seraya menambahkan bahwa adzan juga akan disiarkan secara nasional melalui televisi dan radio.*
http://sahabatalaqsha.com