MEMILIH HIDUP CUKUP ATAU MENJADI FAKIR?
Luthfi Bashori
Sy. Abu Dzar RA mengabarkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu tentang harta yang banyak ? Apakah itu merupakan kecukupan ?”
“Benar, wahai Rasulullah,” jawab Sy. Abu Dzar.
“Apakah engkau beranggapan harta yang sedikit itu suatu kefakiran ?” tanya Rasulullah SAW.
“Benar, wahai Rasulullah.”
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya yang dikatakan kecukupan ialah orang yang hatinya merasa cukup, dan orang yang dikatakan fakir ialah orang yang hatinya selalu rakus.” (HR. Ibnu Hibban).
Ternyata banyak orang yang salah pandang tentang definisi status sosial ekonomi masyarakat. Mayoritas mereka beranggapan bahwa orang yang banyak harta itu digolongkan sebagai masyarakat kelas menengah ke atas, karena secara dhahir memiliki banyak harta.
Namun, menurut Rasulullah SAW justru mereka yang selalu bekerja menumpuk harta tanpa mengenal waktu, hingga seluruh hidupnya hanya dipergunakan untuk mengejar kekayaan saja, mereka itulah yang tergolong fakir.
Sebaliknya mereka yang selalu merasa cukup dengan pemberian rezeki dari Allah walaupun hanya seadanya, selagi ia dapat menikmati keadaan hidupnya dengan suka cita serta selalu bersyukur kepada Allah dengan cara giat beribadah, mereka itulah hakikatnya yang seharusnya dikategorikan sebagai masyarakat kelas menengah ke atas.
Sy. Usamah RA memaparkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku berdiri di pintu sorga, yang aku lihat yang masuk ke dalamnya kebanyakan orang-orang miskin (harta), sedangkan orang-orang kaya masih tertahan oleh perhitungan kekayaannya. Orang-orang ahli neraka telah diperintahkan masuk neraka, ternyata kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah kaum wanita.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Sy. Abdullah bin Mughaffal RA menceritakan bahwa ada sorang laki-laki mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, sungguh aku mencintaimu.”
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Pikirkanlah apa yang engkau katakan itu.”
“Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu,” tegas laki-laki itu tadi.
Nabi Muhammad SAW kembali bersabda, “Pikirkanlah apa yang engkau katakan itu.”
Untuk ketiga kalinya laki-laki itu berkata, “Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu.”
“Jika engkau benar-benar mencintaiku, bersiap-siaplah menyambut kefakiran (kemiskinan harta) sebagai bajumu. Sebab, kefakiran itu lebih cepat menimpa orang yang mencintaiku dibandingkan dengan air bah yang mengalir ke muaranya.” (HR. At-Tirmidzi).
Para pecinta sejati Rasulullah SAW itu, rawan menjadi golongan yang miskin harta, karena mereka akan selalu mempertimbangkan sumber harta yang masuk ke kantong bajunya, jika benar-benar dari sumber halal, maka akan diterimanya, namun jika menemukan sumber yang statusnya meragukan, apalagi yang jelas keharamanya pasti akan ditinggalkan, demi menjaga kecintaannya kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian, maka iming-iming harta yang melimpahpun tidak akan menarik hatinya, jika bukan dari sumber yang benar-benar halalan thayyiban.