|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 9 users |
Total Hari Ini: 65 users |
Total Pengunjung: 6224167 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
TENTANG PERINGATAN MAULID NABI SAW - 3 |
Penulis: Pejuang Islam [ 4/9/2016 ] |
|
|
TENTANG PERINGATAN MAULID NABI SAW - 3
Luthfi Bashori
Berkata Sayyid Muhammad Alwi Almaliki :
* Sesungguhnya bergembira dengan keberadaan Nabi SAW adalah implementasi dari ayat Alquran yang artinya : `Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu), dengan adanya kedermawanan Allah dan rahmat-Nya, maka hendaklah mereka bergembira`.
Lihatlah, Allah memerintahkan kita agar bergembira terhadap rahmat yang diturunkan-Nya, padahal kelahiran dan keberadaan Nabi SAW di dunia ini adalah paling agung-agungnya rahmat Allah, hal itu sesuai dengan firman-Nya yang artinya : `Tidaklah Aku utus engkau (wahai Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam`.
* Konon Nabi SAW selalu memperhatikan keterkaitan jaman dengan kejadian-kejadian keagamaan yang telah terjadi di masa lampau.
Perlu diingat, jika telah datang suatu hari yang di dalamnya pernah terjadi perkara keagamaan yang agung, maka sesungguhnya pada saat itu pula yang paling tepat untuk mengingat kronologi dan maknawi peristiwa yang pernah terjadi tersebut, serta memuliakan hari yang dimaksudkan itu.
Nabi SAW sendiri telah menyematkan kaedah tersebut di atas dalam diri Beliau SAW, sebagaimana secara terang-terangan Beliau SAW sampaikan saat pertama masuk ke kota Madinah, Beliau SAW menyaksikan kaum Yahudi berpuasa pada hari `Asyura, lantas Beliau SAW bertanya tentang sebab-sebab mengapa mereka berpuasa, maka dijawab, bahwa kaum Yahudi itu berpuasa pada hari Asyura, karena Allah telah menyelamatkan Nabi mereka (Musa) dan menenggelamkan musuh mereka (Fir`aun), maka mereka berpuasa karena bersyukur kepada Allah atas ni`mat itu.
Mendengar keterangan dari kaum Yahudi itu, maka Nabi SAW pun bersabda : `Kami lebih berhak terhadap Nabi Musa dari pada kalian !` Lantas Beliau SAW berpuasa `Asyura dan memerintahkan umat Islam untuk berpuasa `Asyura.
* Sesungguhnya peringatan Maulid Nabi SAW, yang isinya adalah pembacaan shalawat ini adalah pengejawantahan dari perintah Allah : innallaha wa malaaikatahu yushalluuna `alan nabi, yaa ayyuhal ladziina aamanuu shalluu alaihi wasallimuu tasliima (sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya senantiasa bershalawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Beliau, dan ucapkan salam secara sempurna).
Suatu yang diperintahkan oleh syariah untuk diamalkan, maka segala sesuau yang dapat mengantarkan amalan itu menjadi sukses dihukumi sebagai perintah syariat. Seseorang yang akan melaksanakan syariat berwudlu, maka menyediakan air untuk keperluan berwudlu adalah perintah syariat.
Demikian juga upaya mengumpulkan umat untuk bersama-sama membaca shalawat kepada Nabi SAW, maka upaya itu dikategorikan sebagai amalan yang syar`i.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|