BAHAYA CINTA DUNIA
Luthfi Bashori
Sesungguhnya harta dan anak-anakmu itu dapat menimbulkan fitnah. Demikainlah menurut ketentuan Alquran, tentunya fitnah dalam makna yang luas. Fitnah dunia yang terjadi disebabkan oleh harta cukuplah banyak. Misalnya rebutan harta waris yang menyebabkan perpecahan keluarga. Atau karena ingin menumpuk harta demi memenuhi nafsu pribadinya hingga tega berbuat curang termasuk berani korupsi, menipu, dan sebagainya.
Sedangkan fitnah yang disebabkan oleh anak juga tidak sedikt yang terjadi. Misalnya karena tidak dapat mendidik anak secara baik, maka si anak pun salah pergaulan. Berapa banyak pemuda dan pemudi yang terjerumus ke dalam lembah hitam freesex, atau narkoba, bahkan pencurian dan kerusakan lainnya. Akibatnya banyak keluarga yang ikut menanggung malu akibat ulah si anak yang tidak terdidik dan terkontrol dengan baik.
Sy. Abdullah bin Mas’ud RA memberitakan, bahwa Nabi MuhammadSAW bersabda, “Janganlah kalian menumpuk-numpuk harta, karena akan mengakibatkan kalian sangat mencintai dunia.” (HR. At-Tirmidzi).
Bekerja untuk mencari harta demi menghidupi keluarga itu adalah perintah syariat, bahkan akan mendapatkan pahala jika diniati beribadah saat menjalankan roda pekerjaannya itu.
Namun harus tetap mempertimbangkan nilai kehalalan apa yang dicari dari pekerjaannya tersebut. Di samping itu seorang muslim yang baik harus melepaskan diri dari niatan menumpuk harta yang tidak membawa kemashlahatan akhirat, karena penumpukan harta itu dapat melupakan seseorang dari niatan semula, yaitu beribadah karena Allah.
Cinta dunia yang berlebihan itu termasuk aib bagi seorang muslim. Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan, “Dunia merupakan tempat tinggal bagi orang yang tidak mempunyai tempat tinggal, juga merupakan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta. Dan hanya karena dunialah orang yang tidak berakal mengumpulkannya.” (HR. Ahmad).
Suatu hari Nabi Muhammad SAW melewati pasar melalui jalan (bagian) atas. Banyak orang mengikuti di kanan-kiri beliau. Ketika bertemu dengan bangkai seekor anak kambing yang kecil telinganya, beliau angkat bangkai tersebut dengan memegang telinganya.
“Siapakah yang suka membeli ini dengan satu dirham ?” tanya Rasulullah SAW
“Kami tidak suka sedikit pun. Buat apa ?”
“Sukakah kalian diberi dengan cuma-cuma ?” tanya Rasulullah SAW
“Seandainya ia hidup pun, kami tidak akan mau, sebab anak kambing itu cacat, kedua telinganya kecil, apalagi sudah menjadi bangkai.”
“Demi Allah,” ucap Rasulullah SAW, “Sungguh dunia ini lebih hina di sisi Allah dibandingkan anggapanmu terhadap bangkai ini.” (HR. Muslim)
Demikianlah cara beliau SAW menggambarkan kehidupan dunia yang hakikatnya bukanlah sesuatu yang mulia di sisi Allah, agar umatnya tidak berbangga diri saat berebut dunia.