|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 59 users |
Total Pengunjung: 6224160 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
TENTANG PERINGATAN MAULID NABI SAW - 2 |
Penulis: Pejuang Islam [ 4/9/2016 ] |
|
|
TENTANG PERINGATAN MAULID NABI SAW - 2
Luthfi Bashori
Berkata Sayyid Muhammad Alwi Almaliki tentang dalil-dalil bolehnya memperingati Maulid Nabi SAW sebagai berikut :
* Bahwa peringatan Maulid Nabi SAW itu adalah pernyataan kegembiraan dan kebahagiaan dengan kelahiran Beliau SAW. Bahkan orang kafir pun dapat mengambil manfaat dengan kelahiran Beliau SAW.
Imam Bukhari meriwayatkan, bahwa Abu Lahab pada setiap hari Senin, selalu mendapat keringanan siksaan dari Allah, karena dia pernah memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah, tatkala sang budak memberi informasi kepadanya, bahwa keponakan Abu Lahab telah lahir sebagai bayi laki-laki, yaitu Muhammad.
Mendengar informasi keponakannya sudah lahir, maka secara spontanitas Abu Lahab bergembira, dan kegembiraan itu dicetuskan dengan memerdekakan Tsuwaibah sang budak pembawa informasi.
Riwayat ini dapat dibaca secara lengkap dalam kitab Shahih Bukhari, pada Kitabun Nikaah. Dinukil pula oleh Alhafidz Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Baari, serta diriwayatkan oleh para ulama antara lain Imam Abdur Razzaq Asshon`ani dalam kitab Almushannaf juz 7, oleh Alhafidz dalam kitab Addalail, oleh Ibnu Katsir dalam kitab Sirah Nabawiyyah bagian dari Albidayah, oleh Ibnud Dabi` Assyaibani dalam kitab Hadaiqul anwar, oleh Albaghawi dalam kitab syarhus sunnah, oleh Ibnu Hisyam dan Assuhaili dalam kitab Raudhul unuf, oleh Al`amiri dalam kitab Bahjatul mahafil, oleh Albaihaqi dalan kitab sunannya.
* Konon Nabi SAW menghormati dan memuliakan hari kelahirannya sendiri, dan bersyukur kepada Allah atas ni`mat yang paling besar itu, serta kedermawanan Allah yang telah menciptakan diri Beliau SAW ke alam dunia, karena dengan kelahirannya itu maka bergembiralah seluruh alam semesta.
Konon Beliau SAW mencetuskan kegembiraannya itu dengan cara berpuasa, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya, bahwa Beliau SAW ditanya tentang sebab Beliau SAW berpuasa pada setiap hari Senin, maka Beliau menjawab : `Pada hari itu aku dilahirkan, dan pada hari itu pula pertama kali Alquran diturunkan kepadaku`
Amalan Nabi SAW inilah yang termasuk menjadi landasan hukum bolehnya memperingati Maulid Nabi SAW, hanya saja terdapat perbedaan teknis pelaksanaannya antara cara Nabi SAW memperingati hari kelahirannya, dengan cara kita memperingatii hari kelahiran Nabi SAW.
Dewasa ini orang menghormati Maulid Nabi SAW dengan cara bersedekah memberi makan kepada orang lain, atau berkumpul bersama untuk berdzikir kepada Allah, atau bersama-sama membaca shalawat Nabi SAW, atau mendengarkan pembacaan sejarah hidup Nabi SAW, sedang Nabi SAW sendiri merayakan hari kelahirannya dengan cara berpuasa pada setiap hari Senin. Jadi, subtansinya tetap sama yaitu sama-sama menghormati hari kelahiran Nabi SAW.
tentunya, jika cara-cara yang diamalkan dalam memperingati hari kelahiran Nabi SAW tidak bertentangan dengan ajaran syariat Islam dan tidak berlawanan dengan ayat Alquran maupun Hadits, maka dapat dikatakan bahwa memperingati hari kelahiran Nabi SAW itu adalah termasuk sunnah Nabi SAW.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|