URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 12 users
Total Hari Ini: 333 users
Total Pengunjung: 6224459 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
SAYYIDAH FATHIMAH BUKAN PENDENDAM 
Penulis: Pengunjung [10/12/2009]
 

                          SAYYIDAH FATHIMAH BUKAN PENDENDAM

                                                                    Pengunjung

Benarkah keterangan ulama-ulama syiah, bahwa Siti Fatimah, putri Rasulullah itu meninggal dunia dalam keadaan dendam pada Sayyidina Abubakar, karena persoalan tanah fadak, warisannya yang dirampas oleh Sayyidina Abu Bakar ?.
 
Pembaca yang kami hormati !

Pantaskah Siti Fatimah ra yang mendapat gelar sebagai Sayyidatu Nisa’ Ahlil Jannah itu mempunyai sifat dendam terhadap orang lain? apalagi terhadap orang yang sangat berjasa kepada ayahnya?.

Sebab sebagaimana kita ketahui, bahwa Siti Fatimah adalah putri Rasulullah yang telah mendapat pendidikan langsung dari Rasulullah, sehingga tidak diragukan lagi bahwa Siti Fatimah telah mewarisi sifat-sifat baik ayahnya, seperti Al Akhlaqul Karimah (akhlak yang mulia), Al’afwu’indal magdirah (pemberian maaf disaat ia dapat membalas) dan Husnuddhon (sangka baik) serta sifat baik Rasulullah yang lain.

Beliau Siti Fatimah dikenal sebagai seorang yang berakhlaq mulia, sopan santun, tidak sombong tapi rendah hati, walaupun beliau putri seorang Nabi. Beliau ramah serta lemah lembut dalam bertutur kata. Berjiwa besar, lapang dada serta pemaaf dan tidak mempunyai rasa ghil (rasa unek-unek tidak senang kepada orang lain). Sehingga tepat sekali kalau beliau itu mendapat gelar sebagai Sayyidatu Nisa’ Ahlil Jannah. Sebab di antara tanda-tanda penghuni surga adalah bahwa mereka itu tidak mempunyai rasa Ghil. Karenanya kami tidak dapat menerima kalau ada yang mengatakan bahwa Siti Fatimah wafat dalam keadaan dendam pada orang lain, dikarenakan urusan duniawi. Itu adalah satu penghinaan dan tuduhan kepada putri tersayang Rasulullah saw.

Beliau juga dikenal jujur dan tidak suka berdusta, sebagaimana kesaksian Siti Aisyah. Dimana Siti Aisyah pernah berkata kepada Rasulullah saw : “Bertanyalah kepada Fatimah, sebab dia itu tidak suka dusta.” Disamping itu semua, Siti Fatimah sangat sabar dalam menerima segala ujian serta ridha dan tawakkal atas takdir yang dialaminya. Walaupun keadaan ekonominya dalam keadaan serba kekurangan, namun beliau menerimanya dengan senang hati. Padahal beliau adalah putri seorang pemimpin.

Itulah diantara sifat-sifat mulia putri Rasulullah saw, dan apa yang kami sampaikan diatas adalah merupakan keyakinan dan kesaksian golongan Ahlussunnah Waljamaah, oleh karena itu kami tidak bisa menerima tulisan-tulisan ulama Syi’ah yang berakibat dapat mendiskriditkan Siti Fatimah.

Dengan demikian dapat kita pastikan bahwa Siti Fatimah tidak mungkin mempunyai sifat dendam, karena sifat dendam itu bukan sifatnya Ahlil Jannah, tetapi yang pasti beliau mempunyai sifat pemaaf (sifatnya Ahlil Jannah).

Oleh karena itu, kata-kata dendam yang ada dalam cerita Syi’ah tersebut merupakan suatu penghinaan pada Siti Fatimah ra.

Adapun masalah tanah fadak warisan Rasulullah saw, maka Siti Fatimah dan Imam Ali serta istri-istri Rasulullah dan pamannya Abbas telah menerima dengan baik keputusan Khalifah Abu Bakar, karena keputusan tersebut sesuai dengan perintah Rasulullah saw. Begitu pula keputusan tersebut telah berlaku di zaman Khalifah Umar dan Khalifah Utsman. Bahkan di zaman Khalifah Ali bi Abi Thalib keputusan tersebut terus diberlakukan oleh Imam ali.

Andaikata keputusan Khalifah Abu Bakar tersebut oleh Imam Ali dianggap tidak benar dan melanggar agama, pasti akan dirubahnya dan pasti warisan tersebut akan diserahkan kepada pemilik-pemiliknya.

Inilah keputusan Khalifah Abu Bakar mengenai warisan Rasulullah saw

Dasar keputusan Khalifah Abu Bakar adalah hadits Nabi yang berbunyi :

“Kami para Nabi tidak mewariskan, apa yang kami tinggalkan menjadi sodaqoh.”

(HR. Bukhari)

Dalam kitab-kitab hadits disebutkan bahwa diantara yang meriwayatkan hadits tersebut adalah Imam Ali, Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Usman, Sayyidina Abbas (paman Rasulullah saw) dan beberapa sahabat yang lain serta istri-istri Rasulullah saw.

Dengan dasar hadits tersebut, maka peninggalan Rasulullah yang berupa sebidang tanah perkebunan di Fadak dikuasai dan dikelola oleh pemerintah (Khalifah).

Selanjutnya oleh Khalifah Abu Bakar hasil dari kebun tersebut digunakan untuk keperluan keluarga Rasulullah dan sebagian diberikan kepada fakir miskin.

Hal mana sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah semasa hidupnya. Oleh karenanya Siti Fatimah dan Imam Ali serta yang lain menerima keputusan Khalifah Abu Bakar tersebut.

Yang mengherankan dan menjadi tanda Tanya, mengapa dalam masalah Fadak tersebut, ulama-ulama Syi’ah itu selalu menjadikan Siti Fatimah sebagai pelaku dalam masalah Fadak, padahal bukan hanya beliau saja yang berkepentingan. Mengapa tidak Sayyidina Abbas (paman Rasulullah) atau mengapa tidak istri-istri Rasulullah?. Katanya mereka itu mencintai Siti Fatimah, mengapa justru Siti Fatimah yang dijadikan obyek?

Mengapa dalam cerita-cerita yang dibuat oleh ulama-ulama syiah mereka tega memberi sifat kepada Siti Fatimah dengan kata-kata dendam, bermusuhan, berselisih, mengancam orang lain, menuntut warisan, menuntut kekhalifahan, tidak mau dilihat bila meninggal, tidak mau dishalati bila meninggal dan lain-lain.

Tidakkah mereka itu membaca keterangan dan kesaksian para sahabat yang banyak tertera dalam kitab-kitab Ahlus-sunnah bahwa Siti Ffatimah itu berakhlak mulia, tutur katanya lembut, pemaaf, dermawan, dan tidak mempunyai ambisi untuk mencari kekayaan apalagi kedudukan. Justru beliau minta kapada Allah agar digolongkan bersama orang-orang miskin, sebagaimana ayahnya Rosulullah saw. Beliau benar-benar mewarisi sifat-sifat mulia Rosulullah saw.

Oleh karena itu beliau Siti Fatimah sangat dicintai dan dihormati oleh para sahabat, sebagaimana yang pernah diucapkan oleh Khafilah Abu Bakar, bahwa keluarga Rasulullah saw itu lebih ia cintai daripada keluarganya.

Perlu diketahui, bahwa pemberian-pemberian Khalifah Abu Bakar kepada Ahlul Bait, jauh lebih besar dari hasil kebun Fadak tersebut. Karenanya hubungan antara Khafilah Abu Bakar dengan Ahlul Bait sangat baik. Bahkan hubungan Siti Fatimah dengan istri Khalifah Abu Bakar (Asma’ binti Umais) bagaikan kakak beradik.

Sehingga sewaktu Siti Fatimah wafat, maka yang memandikan adalah Asma’ binti Umais atas dasar wasiat beliau.

Disamping kata-kata dendam diatas, sebenarnya ulama-ulama Syi’ah itu secara tidak langsung sering menghina Siti Fatimah, dimana mereka sering membuat cerita-cerita yang isinya menggambarkan bahwa Siti Fatimah mempunyai rasa sentiment atau rasa permusuhan terhadap para Sahabat, khususnya terhadap Khafilah Abu Bakar. Atau dalam bahasa Al-Qur’an disebut mempunyai rasa Ghil (Unek-unek terhadap orang lain).

Misalkan mereka mengatakan :

- Siti Fatimah sakit hati terhadap para sahabat, karena mereka mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah dan tidak memilih suaminya (Sayyidina Ali bin Abi Thalib).

- Setelah Sayyidina Abu Bakar terpilih sebagai Khalifah, Siti Fatimah keliling menemui pemimpin-pemimpin suku guna mencari dukungan bagi suaminya (Imam Ali).

- Siti Fatimah tidak mau baiat pada Khalifah Abu Bakar, karena dianggap merampas kekhalifahan suaminya.

- Kematian Siti Fatimah dikarenakan memikirkan hartanya yang dirampas oleh Khalifah Abu Bakar

Apa yang mereka tuduhkan tersebut, merupakan satu kekurang-ajaran mereka terhadap Siti Fatimah dan merupakan fitnah yang sangat besar, yang harus ditebus oleh penuduhnya dengan membaca syahadat lagi (tajdiid) dan harus banyak baca istighfar.

Hal mana karena apa yang mereka tuduhkan tersebut, sangat bertentangan dengan sifat putri Rasulullah yang sangat lemah lembut dan pemaaf serta penuh kasih sayang terhadap sesama muslimnya. Terutama terhadap orang-orang yang lebih dahulu dalam beriman kepada Allah dan RasulNya. Sehingga sesuai dengan do’a yang diajarkan oleh Allah dalam Al Qur’an yang berbunyi :


“ Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
 (QS. Al Hasyr : 10)

Demikianlah sedikit mengenai cerita-cerita Syi’ah yang apabila kita amati benar-benar justru mendiskriditkan Siti Fatimah.
Ap Apa wasiat Siti Fatimah kepada Asma Binti Umais ?

Asma binti Umais adalah istri Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq dan dari perkawinan tersebut Allah mengaruniai seorang putra dengan nama Muhammad bin Abu Bakar.

Perkawinan tersebut atas perintah Rasululah saw, setelah suaminya yang pertama yaitu Ja’far bin Abi Thalib (saudara Imam Ali) meninggal dalam peperangan. Beliau Asma’ termasuk orang-orang yang masuk Islam pada awal permulaan Islam di Mekkah sebelum Muslimin berkumpul di Darul Argom dan beliau kemudian bersama suaminnya Ja’far bin Abi Thalib hijrah ke Habasyah.

Setelah Khalifah Abu Bakar wafat, Asma’ binti Umais kawin dengan Imam Ali kw dan dikaruniai oleh Allah dua putra yaitu Yahya dan Muhammad Al Ashhor. Ummul Mu’minin Maimunah istri Rasulullah saw adalah saudara seibu dengan Asma’ binti Umais. Oleh karena itu hubungan Asma binti Umais dengan keluarga Rasulullah saw sangat dekat sekali. Beliau sering membantu keluarga Rasulullah saw.

Asma’ binti Umais adalah orang yang selalu membantu Siti Fatimah dan meskipun beliau istri seorang Khalifah hampir setiap hari Asma’ berkunjung kerumah Siti Fatimah mereka seperti kakak beradik.

Semoga Alllah membalasnya serta meridhoinya.

Adapun cerita mengenai wasiat Siti Fatimah kepada Asma’ binti Umais, maka dalam buku-buku sejarah diceritakan sbb.

Setelah Siti Fatimah merasa bahwa ajalnya sudah dekat beliau berkata kepada Asma’ binti Umais yang hampir setiap hari berkunjung ke rumah Siti Fatimah.

“ Saya kurang senang terhadap apa yang diperbuat terhadap wanita jika mati, yaitu hanya ditutupi dengan kain. Sehingga bentuk badannya kelihatan.”

Maka berkatalah Asma’ kepada Siti Fatimah : “Apakah engkau mau aku tunjukkan sesuatu yang pernah aku lihat di Habasyah?” Siti Fatimah menjawab: “Coba tunjukkan.” Maka dibuatlah oleh Asma’ keranda dari pelepah pohon kurma, kemudian diatasnya ditaruh kain. Begitu Siti Fatimah melihat keranda tersebut, beliau sangat gembira dan tertawa seraya berkata : “Alangkah baiknya ini. Semoga Allah menutupimu sebagaimana engkau menutupiku. Nanti jika aku mati, maka mandikanlah aku bersama Ali dan jangan ada orang lain yang ikut memandikanku. Setelah itu buatkanlah untukku seperti ini.”

Selanjutnya, begitu Siti Fatimah wafat, semua wasiatnya dilaksanakan oleh Imam Ali dan Asma’.

Cerita ini dimuat dalam kitab At Tobaqot, karya Ibnu Saad, Sunan Al Baihaqi, Sunan Ad Dar Quthni dan lain-lain.

Pembaca yang kami hormati.

Mengenai wasiat Siti Fatimah agar yang memandikan beliau hanya Asma’ binti Umais dan Imam Ali, serta orang lain tidak boleh ikut memandikan beliau tersebut, oleh ulama-ulama Syiah dibuatkan beberapa cerita wasiat Siti Fatimah, diantaranya :

- Apabila beliau wafat, para sahabat dilarang masuk rumah Siti Fatimah, sebab beliau tidak mau dilihat para sahabat.

- Siti Fatimah berwasiat agar waktu memakamkannya tidak dilihat atau tidak diketahui oleh para sahabat.

- Imam Ali melarang para sahabat menshalati Siti Fatimah, sebab Siti Fatimah tidak mau dishalati oleh para sahabat, terutama oleh Khalifah Abu Bakar.

Masya Allah, ini adalah suatu tuduhan dan fitnah terhadap Imam Ali dan Siti Fatimah r.a. sebab mungkinkah Imam Ali melarang seseorang melakukan shalat?.

Khasya, pasti tidak mungkin.

Begitu pula Siti Fatimah yang telah mewarisi sifat-sifat dan akhlak baginda Rasulullah SAW, pasti beliau tidak akan membuat wasiat seperti yang dituduhkan oleh orang-orang Syiah itu. Lalu untuk apa beliau minta dibuatkan keranda tersebut.

Itulah orang-orang Syiah, mereka suka memutar balik fakta dan cerita, dengan tujuan akan membuat opini bahwa antara Siti Fatimah dengan para sahabat telah terjadi hubungan yang tidak baik.

Semoga kita diselamatkan oleh Allah dari pemutar balikan sejarah yang dilakukan oleh ulama-ulama Syiah.

Demikian wasiat Siti Fatimah kepada istri Khalifah Abu Bakar yang sekaligus membuktikan adanya hubungan baik antara kedua keluarga.

 

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Amir  - Kota: Sukabumi
Tanggal: 10/12/2009
 
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu.
Saudaraku Se Iman dan Se Perjuangan.
Jika kita masih berada dalam Pertentangan dan Pertikaian (dalam mentauladani Sejarah ISLAM) maka akan ada rasa Takut dan Mengerikan yang dipandang oleh orang awam dan akan dimanfaatkan oleh musuh musuh Islam yang diwariskan kepada keturunan keturunannya serta Kerabat - Kerabatnya ABU JAHAL dan ABU LAHAB yang dari jaman Nabiullah S.A.W. (Muhammad S.A.W) telah menjalankan intrik intrik walau dengan segala cara ia jalankan agar Nabiullah tidak berhasil mensyariatkan Arab dan Dunia ke Syariat Islam yang diperintahkan oleh ALLAH.
marilah kita bersatu agar tidak ada terpecahnya umat Islam.
Terima Kasih.
Assalamualaikum Waorhmatullahi Wabarokatu 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Di jaman Nabi SAW, saat itu yang seirama dengan Abu Jahal dan Abu Lahab dalam menentang Islam yang diajarkan oleh Nabi SAW, adalah kaum Yahudi.

Misi Abu Lahab dan cs-nya dari kalangan Kafir Quraisy adalah menghancurkan Islam dan Umat Islam, mereka memerangi Islam dengan kasat mata, mereka menganiaya, mengusir hingga berupaya membunuh Nabi SAW dan umat Islam.

Di sisi lain, kaum Yahudi pun mempunyai misi yang sama, yaitu misi menghancurkan Islam, maka segala intrik pun mereka lakukan, salah satunya mengupayakan perusakan dan pembusukan Islam dari dalam.

Maka muncullah sosok Abdullah bin Saba' seorang tokoh Yahudi yang pura-pura masuk Islam, lantas mendirikan perkumpulan atau kelompok yang menjadi cikal bakal aliran Syiah.

Karena kelicikan Abdullah bin Saba' maka umat Islam menjadi terpecah belah.

Mereka yang mengikuti aqidah Nabi SAW dan para shahabat, pada akhirnya menjadilah umat Islam yang jumlahnya mayoritas, sesuai dengan hadits Nabi SAW : Alaikum bis sawaadil a'dham (hendaklah kalian mengikuti kelompok yang mayoritas).

Sedangkan yang mengikuti intrik-intrik Abdullah bin Saba' maka mereka menjadi pengikut Syiah yang keberadaannya di dunia ini adalah minoritas.

Jadi tidak mungkin mengakorkan dan mendamaikan antara umat Islam pengikut Nabi SAW dan para Shahabat, dengan kaum Syiah pengikut Abdullah bin Saba' pemimpin kelompok pembenci para Shahabat Nabi SAW.

2.
Pengirim: Ibnu Abdirrahman  - Kota: Bandung
Tanggal: 10/12/2009
 
Subhanallah, betapa kedekatan hati para sahabat begitu sangat eratnya, jauh dari kesan dendam, dengki. Mereka senantiasa berjamaah dalam ibadah dan muamalahnya.

Heran, betapa tertutupnya hati orang yang mengkafirkan mereka.! 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah Akhi adalah pemeluk Islam yang sejati.

3.
Pengirim: Muhammad  - Kota: Jakarta
Tanggal: 10/12/2009
 
Nampaknya anda menutup mata dari beberapa hadis dari kalangan anda, atau memang anda sengaja hendak menutupinya.
Anda mengatakan bahwa -- ang mengherankan dan menjadi tanda Tanya, mengapa dalam masalah Fadak tersebut, ulama-ulama Syi’ah itu selalu menjadikan Siti Fatimah sebagai pelaku dalam masalah Fadak, padahal bukan hanya beliau saja yang berkepentingan. Mengapa tidak Sayyidina Abbas (paman Rasulullah)" ---.

Bagaimana dengan Riwayat hadis dari kitab Shahih Bukhari, berikut saya kutip hadis tersebut dari Kitab Mukhtasar Shahih Bukhari oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan no hadis 1345 terbitan Pustaka Azzam Cetakan pertama 2007 dengan penerjemah :Muhammad Faisal dan Thahirin Suparta. Nah ini kitab Ringkasan Syaikh kita yang Mulia Syaikh Al Albani :

Dari Aisyah, Ummul Mukminah RA, ia berkata “Sesungguhnya Fatimah AS binti Rasulullah SAW meminta kepada Abu Bakar sesudah wafat Rasulullah SAW supaya membagikan kepadanya harta warisan bagiannya dari harta yang ditinggalkan Rasulullah SAW dari harta fa’i yang dianugerahkan oleh Allah kepada Beliau.[Dalam riwayat lain :kamu meminta harta Nabi SAW yang berada di Madinah dan Fadak dan yang tersisa dari seperlima Khaibar 4/120] Abu Bakar lalu berkata kepadanya, [Dalam riwayat lain :Sesungguhnya Fatimah dan Abbas datang kepada Abu Bakar meminta dibagikan warisan untuk mereka berdua apa yang ditinggalkan Rasulullah SAW, saat itu mereka berdua meminta dibagi tanah dari Fadak dan saham keduanya dari tanah (Khaibar) lalu pada keduanya berkata 7/3] Abu Bakar “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Harta Kami tidaklah diwarisi ,Harta yang kami tinggalkan adalah sedekah [Sesungguhnya keluarga Muhammad hanya makan dari harta ini, [maksudnya adalah harta Allah- Mereka tidak boleh menambah jatah makan] Abu Bakar berkata “Aku tidak akan biarkan satu urusan yang aku lihat Rasulullah SAW melakukannya kecuali aku akan melakukannya] Lalu Fatimah binti Rasulullah SAW marah kemudian ia senantiasa mendiamkan Abu Bakar [Ia tidak mau berbicara dengannya]. Pendiaman itu berlangsung hingga ia wafat dan ia hidup selama 6 bulan sesudah Rasulullah SAW. Ketika Fatimah meninggal dunia, suaminya Ali RA yang menguburkannya pada malam hari dan tidak memberitahukan kepada Abu Bakar. Kemudian Ia menshalatinya.

Subhanallah sungguh anda telah membuat kekeliruan yang besar dengan berkata Sejarah tidak pernah mencatat adanya upaya dari Abbas paman Nabi untuk menuntut harta warisan seperti yang dilakukan oleh Fatimah. Shahih Bukhari ternyata luput dari pengamatan anda. Sangat disayangkan :(

 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Jawaban dari pengunjung

Kapan Fatimah menuntut tanah fadak? Mengapa Fatimah tidak menuntut tanah fadak ke Ali, khalifah yang "sah"? Pertanyaan ini ternyata sering terlewatkan dari pikiran kita. Banyak cerita yang sering kita dengar, ternyata tidak benar. Kita mesti berpikir lagi tentang ukuran kebenaran sebuah cerita. Ternyata, ukuran bagi kebenaran sebuah cerita bukanlah dari siapa cerita itu kita dengar. Bisa jadi yang menceritakan adalah seorang ustadz yang kondang, atau buku yang dikemas sedemikian rupa agar nampak ilmiyah. Namun belum tentu cerita itu benar. Salah satunya adalah cerita pemukulan Fatimah, yang konon mengakibatkan rusuknya patah dan janinnya gugur. Kita sebut saja peristiwa ini sebagai “peristiwa tulang rusuk”. Apakah kita masih perlu membahas peristiwa tulang rusuk? Bukankah peristiwa itu sudah terjadi di masa lalu, dan pembahasan kita hari ini tidak akan merubah peristiwa itu? Mestinya ada pertanyaan lain yang lebih mendasar, dan lebih penting untuk dipertanyakan, yaitu: apakah peristiwa tulang rusuk benar-benar terjadi? Apakah kisah itu masih relevan untuk kita bahas hari ini? Nyatanya kisah itu masih menjadi bahasan bagi syi’ah, khususnya ketika memprospek pengikut baru. Dengan tujuan untuk membunuh karakter para sahabat. Namun jika kita sedikit menggunakan logika, dan meneliti referensi-referensi yang ada, dapat kita temukan dengan mudah kejanggalan-kejanggalan pada peristiwa tulang rusuk. Sebenarnya tidak susah untuk menemukan kejanggalan-kejanggalan ini. Pada beberapa tulisan yang lalu kita membahas peristiwa tulang rusuk ini dari sisi riwayat, yang ternyata tidak ada riwayat yang jelas mengenai detil peristiwa itu, yaitu peristiwa pembakaran rumah, pemukulan terhadap Fatimah dan gugurnya janin. Kita sampai pada kesimpulan bahwa peristiwa tulang rusuk tercantum dalam banyak riwayat yang saling kontradiktif. Namun kali ini kita akan membahas dari sisi lain, dan akan kita hubungkan dengan peristiwa fadak. Saat Fatimah meminta haknya atas tanah fadak, dia memohonnya dari Abubakar. Pertanyaannya, apa hubungan Abubakar dengan tanah fadak? Ini yang sampai saat ini tidak jelas. Apakah Abubakar memiliki kekuasaan atas tanah fadak? Apakah Abubakar menduduki tanah fadak dan menggunakan tanah itu untuk keperluan pribadinya? Atau ada alasan lain? Mengapa Fatimah meminta fadak pada Abubakar? Riwayat-riwayat yang ada –sepanjang pengetahuan saya- tidak menjelaskan alasan Fatimah. Di sisi lain, pembaca perlu ingat bahwa Abubakar telah diangkat menjadi khalifah oleh sahabat Nabi, termasuk Ali sendiri ikut membaiat Abubakar. Ini bisa dipahami sebagai suatu bentuk pengakuan bahwa Abubakar adalah pimpinan kaum muslimin, yang berkompeten mengurus hal ihwal kaum muslimin. Kita sendiri, jika ingin mengurus suatu urusan, menuju kantor yang berkompeten, untuk bertemu orang yang berkompeten dalam urusan kita. Kita tidak menghadap ke KUA untuk mengurus SIM. Teman-teman kita yang ingin menikah tidak akan pergi menuju kantor pajak. Pergi ke kantor pajak untuk menikah adalah perbuatan yang tidak dilakukan oleh manusia normal hari ini. Sementara Fatimah merupakan figur yang maksum –menurut syiah hari ini-, yang mencakup pengertian tidak pernah lupa, keliru, dan berbuat kesalahan. Fatimah menghadap Abubakar sebelum Ali berbaiat, karena dalam kisah disebutkan bahwa Ali –yang konon gagah berani- dipaksa dan diseret untuk berbaiat pada Abubakar. Fatimah menghadap Abubakar sebelum dirinya dipukul hingga tulang rusuknya patah, janinnya gugur dan tidak keluar rumah sampai wafatnya –menurut riwayat syiah-. Jika memang Fatimah benar-benar maksum, terbebas dari salah dan lupa, maka tidak akan salah langkah. Pertanyaannya, mengapa Fatimah tidak menghadap Ali sebagai pemegang tampuk imamah kaum muslimin? Malah menghadap ke Abubakar yang dalam pandangan syiah adalah imam yang merampok jabatan Ali? Atau ada kemungkinan lain, yaitu Fatimah menghadap Abubakar karena tahu bahwa Ali telah berbaiat pada Abubakar, hingga Fatimah mengikuti suaminya dan mengakui Abubakar sebagai khalifah, yang juga telah dibaiat oleh imam Ali yang -konon- imam yang diberi mandat oleh Allah. Jika memanga Ali telah berbaiat, maka untuk apa rumah Ali diserang, Fatimah dipukuli hingga tulang rusuknya patah, dan janinnya gugur? Padahal penyerangan terhadap rumah Fatimah bertujuan memaksa Ali untuk berbaiat. Fatimah memiliki keberanian untuk menuntut haknya atas tanah fadak, atas keyakinan bahwa fadak adalah miliknya. Fatimah tidak takut persatuan kaum muslimin tidak akan goncang ketika dia menuntut tanah fadak. Namun Ali diam saja dan tidak melakukan apa-apa ketika amanat kenabian, ketika jabatan imamah dirampas oleh Abubakar. Sedangkan amanat dan wasiat Nabi sudah pasti lebih berharga dari sekedar tanah fadak. Lalu yang kita heran, mengapa Fatimah menuntut sebidang tanah, lalu tidak menggugat dan menuntut Abubakar karena merampas imamah? Apakah tanah fadak sudah sedemikian lebih berharga dibanding jabatan imamah yang diwasiatkan pada Ali Siapa yang benar? Ali atau Fatimah? Jika Fatimah pergi menghadap Abubakar setelah “peristiwa tulang rusuk” maka anggapan bahwa Fatimah wafat akibat tulang rusuknya patah adalah sebuah kebohongan, karena bagaimana Fatimah bisa keluar dari rumah, pergi sendirian –tanpa ditemani oleh Ali- menghadap Abubakar untuk menuntut tanah fadak, padahal tulang rusuknya patah, keguguran, dan sakit keras hingga tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya sendirian, hingga Ali terpaksa menemani Fatimah di rumahnya. Sedangkan menurut syi’ah, Fatimah tidak keluar rumah setelah peristiwa tulang rusuk, karena sakit, hingga wafatnya. Ada hal lain yang perlu kita pikirkan kembali, yaitu tentang malaikat Jibril yang mengunjungi Fatimah setelah Nabi wafat. Dari Ibnu Riab dar Abu Auabidah dari Abu Abdullah mengatakan : Fatimah hidup setelah ayahnya selama 75 hari, dengan menyimpan rasa sedih yang sangat karena ditinggal ayahnya, dan Jibril menunjungi Fatimah, menghiburnya dari kesedihan, serta memberitahukan tempat ayahnya di akherat, juga memberitahu apa yang kelak akan terjadi paa keturunannya, lalu Ali menulis semua itu, itulah mushaf fatimah. Biharul anwar jilid 22 hal 545 Sementara Kulaini meriwayatkan dari Imam As Shadiq, bahwa setelah Nabi wafat ada malaikat yang berbicara dengan Fatimah, dan menghibur kesedihannya, lalu Fatimah memberitahukan pada Ali tentang hal itu, lalu Ali berkata: jika engkau merasakan kedatangannya, dan mendengar suara, beritahukan padaku, lalu Fatimah memberitahu Ali tentang kedatangan malaikat, lalu Ali menulis seluruh apa yang didengar dari malaikat dan dijadikan sebuah mushaf, lalu berkata: di dalamnya tidak ada mengenai halal dan haram, tetapi terdapat pengetahuan tentang apa yang akan terjadi Al Kafi jilid 1 hal 240, Bashair Darajat hal 157, Biharul Anwar jilid 26 hal 44, jilid 43 hal 80, jilid 22 hal 45. Al Majlisi menyatakan riwayat ini shahih, dalam Mir’atul Uqul jilid 3 hal 59, jilid 5 hal 314 Ini artinya Jibril datang untuk menghibur fatimah dan meringankan kesedihannya, di sini pertanyaan muncul, Apakah menghibur Fatimah lebih penting dari menjaga Fatimah, supaya janinnya tidak gugur dan tulang rusuknya tidak patah? Pertanyaan lain, jika memang Ali menulis dialog antara malaikat Jibril dengan Fatimah, apakah Ali menuliskan wahyu dari jibril tentang peristiwa tulang rusuk dan janinnya yang gugur, serta rumahnya yang dibakar para sahabat, ataukah malaikat Jibril memang tidak memperhatikan itu semua, dan sama sekali tidak membahas peristiwa tulang rusuk? Apakah Ali tidak menuliskan wahyu tentang dialog yang terjadi antara Fatimah dan Abubakar? Dalam kitab Al Hujum Ala Baiti Fatimah, Abduzzahra Mahdi hal 281-282 Fatimah keluar membawa surat dari Abubakar, lalu bertemu Umar, Umar bertanya: surat apa yang engkau bawa? Jawab Fatimah: surat dari Abubakar untuk mengembalikan fadak padaku. Umar berkata : serahkan padaku, Fatimah enggan menyerahkannya, lalu ditendang oleh Umar, saat itu fatimah sedang mengandung janin laki-laki yang diberi nama muhsin, lalu janin muhsin pun gugur, Umar menampar fatmah,.. lalu Umar mengambil surat itu dan merobeknya, lalu Fatimah sakit dan tinggal di rumah akibat dipukul Umar, lalu meninggal dunia. Al Ikhtishash hal 185, Biharul Anwar jilid 29 hal 192 Riwayat ini malah mengatakan lain, yaitu Abubakar telah memberikan surat penyerahan tanah fadak pada Fatimah. Lalu mengapa Abubakar selama ini dituduh menghalangi Fatimah untuk mengambil fadak? Memang ada riwayat di shahih Bukhari yang mengatakan demikian, namun mengapa syiah lebih percaya Shahih Bukhari daripada kitabnya sendiri? Yang jelas juga surat itu telah disobek oleh umar, setelah fatimah keluar dari tempat Abubakar, lalu Umar memukulnya hingga janinnya gugur, dan rusuknya patah. Berarti tidak ada cerita membakar dan mendobrak rumah? Lalu bagaimana? Mana yang benar? Dari Ali bin Ibrahim, dari ayahnya, dari Ibnu Abi Umair, dari Hisyam bin Salim, dari Abu Abdullah berkata: Fatimah hidup sepeninggal ayahnya selama 75 hari, tidak pernah tersenyum dan tertawa, mendatangi kubur para syuhada setiap minggu dua kali, senin dan kami, lalu berkata: di sini Rasulullah berdiri, di situ tempat kaum musyrikin. Al Kafi jilid 3 hal 229 Riwayat ini dinyatakan shahih dalam Madarikul Ahkam fi Syarhi Ibadat Syara’I’ Al islam jilid 8 hal 472-473, Muhammad bin Ali Al Musawi. Raudhatul Muttaqin Fi Syarh Man La Yahdhuruhul Faqih, jilid 5 hal 341-342, Al Majlisi Al Awwal, Muhammad Taqiy bin Maqsud Ali Al Asfahani Kasyful Litsam wal ibham an qawaidil ahkam jilid 6 hal 279-280, Al Fadhil Al Hindi Muhamamd bin Hasan bin Muhammad Al Asbahani Al Hadaiq An Nadhirah fi Ahkam Itrah Thahirah jilid 4 hal 170-171 Jawahirul kalam fi Syarhi Syara’I’ Al Islam jilid 20 hal 87-88. Muhammad bin Hasan An Najafi Muhadzabul Ahkam fi Bayanil Halal wal Haram jilid 5 hal 212-213, Abdul A’la Al Sabzawari., jilid 15 hal 58-59 Madarikul Urwah, Al Isytahardi jilid 14 hal 71-72 Imam Maksum menyatakan bahwa Fatimah berziarah ke kuburan secara teratur selama 75 hari, pada masa sisa hidupnya setelah Nabi wafat, Fatimah tidak tersenyum dan tertawa selama itu, Banyak pertanyaan – yang susah terjawab- muncul ketika kita menggunakan pikiran kita untuk menelaah. Bagaimana mungkin,Fatimah yang rusuknya patah, janinnya gugur, tinggal di rumah hingga wafatnya, berziarah kubur secara teratur?

Salah satu kisah yang sering diulang-ulang oleh kaum syi'ah –yang ingin membuat black campaign kepada Abubakar – adalah kisah fadak. Tetapi kita tidak pernah mendengar ustadz syi'ah mengisahkan ending kisah ini, seakan-akan kisah ini hanya berakhir dengan Fatimah yang pulang ke rumahnya dan marah, selesai sampai di sini. Ternyata masih ada babak episode yang dipotong dan ending dari kisah fadak, tetapi entah mengapa ustadz syi'ah tidak pernah membahasnya. Diriwayatkan dari Fatimah Ra. sesungguhnya ia setelah peristiwa itu rela terhadap Abu Bakar. Berdasarkan riwayat Baihaqi dengan sanad dari Sya'bi ia berkata: Tatkala Fatimah sakit, Abu Bakar menengok dan meminta izin kepadanya, Ali berkata: "Wahai Fatimah ini Abu Bakar minta izin." Fatimah berkata: "Apakah kau setuju aku mengijinkan ?", Ali berkata: "Ya." Maka Fatimah mengijinkan, maka Abu Bakar masuk dan Fatimah memaafkan Abu Bakar. Abu Bakar berkata: "Demi Allah saya tidak pernah meninggalkan harta, rumah, keluarga, kerabat kecuali semata-mata karena mencari ridha Allah, Rasul-Nya dan kalian keluarga Nabi." (Assunan Al Kubra Lilbaihaqi 6/301) Ibnu Katsir berkata: Ini suatu isnad yang kuat dan baik yang jelas Amir mendengarnya dari Ali atau seseorang yang mendengarnya dari Ali. (Al Bidayah Wannihaayah 5/252) Dengan demikian terbantah sudah cacian Syiah terhadap Abu Bakar yang dikaitkan dengan marahnya Fatimah terhadapnya dan bila memang Fatimah marah pada awalnya namun kemudian sadar dan meninggal dalam keadaan memaafkan Abu Bakar. Sedang hadist riwayat Sya'bi menambah pengertian kita. Abu Bakar menjenguk Fatimah dan berbicara dengan Abu Bakar serta memaafkan Abu Bakar. Apa yang telah para ulama ungkapkan tentang Fatimah adalah bahwa ia sama sekali tidak memboikot Abu Bakar. Rasul pun telah melarang kita memboikot seseorang lebih dari tiga hari. Sedang Fatimah tidak berbicara dengannya karena memang sedang tidak ada yang harus dibicarakan. Rasul sudah bersabda bahwa tidak diperbolehkan bagi orang Islam untuk memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Padahal Fatimah orang yang paling tahu apa yang dihalalkan dan diharamkan. Juga orang yang paling jauh dari perselisihan dengan Rasul (Hadits Al Bukhari. Riwayat Abu Ayyub Al Anshari Ra, lihat Fathul Bari 10-492) Dengan demikian tampaklah yang benar dalam masalah ini dan hancurlah kebatilan yang dituduhkan oleh Syi'ah, dan terjawab sudah apa yang dituduhkan oleh Syi'ah terhadap hubungan Fatimah dan Abu Bakar. Untuk memperkuat penjelasan tentang masalah ini, saya sengaja mengambil dari Kitab syi'ah sendiri yang memuat ending dari kisah fadak ini, yaitu dalam kitab Syarah Nahjul Balaghah yang ditulis oleh Ibnu Abil Hadid pada jilid 1 hal 57, dan Ibnu Al Maitsham pada jilid 5 hal 507, disebutkan : Saat Fatimah marah Abubakar menemuinya di lain waktu dan memintakan maaf bagi Umar, lalu Fatimah memaafkannya. Fatimah dengan besar hati memaafkan Abubakar, yang telah melaksanakan perintah Rasulullah untuk tidak mewariskan harta peninggalannya pada ahli waris. Abubakar juga tidak menyerahkan fadak kepada Fatimah agar mau memaafkannya, tetapi di sini Fatimah juga tidak menuntut penyerahan tanah fadak sebagai syarat untuk mau memaafkan Abubakar dan Umar. Itulah akhlak putri Nabi yang sejak dini dididik untuk mencintai akherat dan membenci dunia yang fana. Inilah salah satu akhlak kenabian diwarisi Fatimah dari sang ayah. Sudah selayaknya kita meniru teladan dari kisah di atas, tidak membawa dendam dalam hati untuk waktu yang lama. Semua yang telah berlalu hendaknya kita maafkan, demi mengharap keridhoan dan ampunan Allah. Siapa yang tidak menginginkan ampunan Allah? Riwayat di atas menguatkan riwayat dari Sunan Baihaqi yang kami nukilkan di atas. Allah menyebutkan salah satu sifat golongan muttaqin –orang bertakwa- dalam surat Ali Imran ayat 134, yaitu mereka yang memaafkan kesalahan manusia. Selain itu, ada sisa pertanyaan untuk orang Syi'ah. Tertulis dalam kitab-kitab Syi'ah berkenaan masalah warisan, diantara catatan yang paling penting adalah bahwa wanita-wanita itu tidak mendapatkan warisan rumah tinggal. 1. Berkatalah Muhammad bin Hasan dari Jafar bin Basyir dari Hasan dari Abi Murkholid dari Abdul Malik berkata: Suatu hari Abu Jafar memperlihatkan tulisan Ali dalam tulisan "Bahwa para kaum wanita itu tidak berhak medapatkan warisan rumah tinggal bila ditinggal mati oleh lelakinya." Abu Jafar berkata: "Demi Allah ini adalah tulisan tangan Ali……" (Biharul Anwar jilid 26 hal-514) 2. Dari Ali dari ayahnya, dari Jamil dari kerabatnya dan Muhammad bin Muslim dari Abi Jafar berkata: "Wanita-wanita itu tidak dapat mewarisi sedikitpun dari tempat tingal di muka bumi ini." (Al Kaafi juz 7 hal 128) Pertanyaan untuk kaum Syi'ah: - Bagaimana Fatimah menuntut sesuatu yang diharamkan terhadap kaum wanita berdasarkan mazhab Syi'ah? - Kenapa Abu Bakar dituntut untuk melakukan hal yang diharamkan ? - Kenapa Fatimah tidak mengikuti perintah Rasul, Apakah Fatimah keliru??? Tidak layak kita menyimpan dendam dalam hati selama bertahun-tahun, tanyakan pada diri kita apa manfaat yang kita dapat dari menyimpan dendam? Yang kita dapat adalah rasa marah, tidak ada manfaat yang kita dapat. Wa Allah A'lam

4.
Pengirim: Ir. Iryos Mardi  - Kota: Padang
Tanggal: 10/12/2009
 
Akan meneliti kisah ini dan akan mencari literatur, sehingga informasi ini tidak hanya diterima dari satu pihak..Wass.. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Anda di pihak Islam atau di pihak Syiah?

5.
Pengirim: dodik  - Kota: surabaya
Tanggal: 10/12/2009
 
bagus sekali aku sangat suka 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Terimakasih karena anda berpihak kepada Sejarah Islam yang sesungguhnya

6.
Pengirim: widya  - Kota: surabaya
Tanggal: 10/12/2009
 
bagus banget 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Semoga Ukhti memiliki jiwa pemaaf seperti Sayyidah Fathimah putri Nabi SAW yang bukan pendendam sehingga menjadi tauladan bagi kaum Muslimah. Bukan Fathimah versi Syiah yang digambarkan pendendam, Naudzubillah.

Sama halnya Nabi Isa dalam keyakinan Ummat Islam adalah putra Maryam yang menjadi seorang Nabi, dan bukan Tuhan. Sedangkan versi Kristen Nabi Isa dianggap sebagai Yesus anak Tuhan. Naah, seperti itulah perbedaan persepsi antara ummat Islam dengan Syiah.

7.
Pengirim: fairuz  - Kota: depok
Tanggal: 10/12/2009
 
Subhanallah..... terus lah berjuang , semoga Allah melindungi orang-orang yang benar... terima kasih atas keterangannya, saya mendapat kan ilmu & info yang sangat berharga...  
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita sesama penganut ajaran Nabi SAW dan ajaran para Shahabat Nabi SAW, yang dilanjutkan oleh para ulama Islam.

8.
Pengirim: TANTO  - Kota: jogjakarta
Tanggal: 11/12/2009
 
ISLAM SEJATI 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Pemahaman Islam Ahlus sunnah wal jamaah yang diikuti oleh umat Islam yg keberadaannya mayoritas di seluruh dunia mengatakan : Sayyidah Fathimah adalah wanita berhati lembut, pemaaf, dan pasti selalu menghormati kakek mertunya, yaitu Sy. Abu Bakar. Karena Sy. Abu Bakar adalah mertua Nabi SAW. Belum lagi Sy. Abu Bakar jauh lebih tua dari Sayyidah Fathimah, dan adalah Shahabat paling karib bagi ayahanda Sayyidah Fathimah. Bahkan Alquran telah membukukan pershahabatan tersebut. Tentu Sayyidah Fathimah tahu tentang semua itu. Tentunya Sayyidah Fathimah tidak akan berlaku 'kurang ajar' kepada orang yang jauh lebih tua, apalagi kepada Kakek mertu. Karena itu betapa nistanya tuduhan terhadap Sayyidah Fathimah yang dilontarkan oleh Kaum Syiah, bahwa Sayyidah Fathimah wafat dengan membawa dendam kusumat kepada Sang Kakek Mertua. Itupun hanya gara-gara urusan duniawi semata. Pasti para penuduh itulah yang hatinya tidak bersih dan memiliki sifat pendendam dan terlalu cinta dunia, sehingga mereka menyamakan Sayyidah Fathimah, wanita yang suci ini dengan sifat mereka sendiri. Jadi, pasti umat Islam tidak bakal rela terhadap tuduhan keji kaum Syiah yg mensifati Sayyidah Fathimah Putri Nabi dengan sifat 'Pendendam' dan 'Kedunyan/terlalu cinta dunia'.

9.
Pengirim: koesyadi  - Kota: jakarta
Tanggal: 11/12/2009
 
Smua adalah Fitnah, Tidak Benar, Bahwasanya Siti Fatimah Pendedam............. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
kalangan muslim siapapun adanya pasti tidak akan rela, jika putri Nabi SAW yang sangat mulia, Siti Fathimah dituduh sebagai Pendendam, karena sifat pendendam adalah sifat penduduk neraka, na'udzubillah min dzalik. Hanya non muslim-lah yang berani menuduh Siti Fathimah sebagai Pendendam.

10.
Pengirim: Syaibani  - Kota: bangil
Tanggal: 14/12/2009
 
dg masuknya syiah umat islam jadi terpecah belah, terutama di kota bangil ,saya mendukung 'Pejuang islam' untuk meluruskan ajaran islam dengan benar 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Umat Islam Indonesia wajib berjuang melestarikan ajaran Sunni Syafi'i sebagai aqidah bangsa Indonesia.

11.
Pengirim: Shodiqur Rifqi  - Kota: Buntok(Kal-Teng) & Jogja
Tanggal: 15/12/2009
 
Assalamu'alaikum , ustadz luthfi yg saya hormati , saya suka sekali situs ini karena membela paham aswaja dari aliran -aliran sesat terutama syiah....

tapi saya mohon ustadz memberikan jawaban tentang ini ttp://ejajufri.wordpress.com
/2009/09/29/habib-umar-bin-hafidz-bicara-tentang-syiah/
yang mana ini dijadikan salah 1 senjata syiah indonesia ......

saya juga mohon ustadz berikan artikel , kedudukan habib2 yg syiah ..... apakah masih layak diakui sbg keturunan Rasul... trima kasih..  
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
1. Situs ini bertujuan membentengi aqidah Aswaja dari serangan aliran-aliran sesat dengan dasar-dasar dalil dari Alquran maupun hadits serta aqwaal (pendapat) para ulama salaf yang tertulis dalam kitab-kitab yg mu'tabarah, demi memberi penerangan terhadap umat Islam Indonesia, tanpa harus terpengaruh oleh pengklaiman dari penganut aliran non Aswaja.

2. Pak Pardi punya istri bernama Samitun, mereka berdua punya anak lelaki bernama Warsito. Maka seharusnya dalam KTP sang anak tertulis Warsito bin Pardi, karena Warsito adalah anak kandung Pardi yang menikah sah dengan Samitun.

Jika sebelum hamil , ternyata Samitun berbuat serong hingga menjadi hamil dengan lelaki lain, sebut saja Jumain dan melahirkan Warsito, maka dalam KTP harus tertulis Warsito bin Samitun, karena sebagai anak haram maka nasab kepada Pardi adalah putus. Nah, kalau seorang penganut Syiah, sebut saja namanya Ali, meyakini bahwa pernikahan ayah dan ibunya, sebut saja Abdullah dan Laila, yang dilaksanakan secara Islam dianggap tidak sah, maka secara otommtis Ali telah memastikan bahwa dirinya adalah anak haram, dan namanya pun harus ditulis menjadi Ali bin Laila. Artinya Ali tidak berhak menyandang gelar Ali bin Abdullah, karena tidak mengakui keabsahan perkawinan orang tuanya.

 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam