URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 7 users
Total Hari Ini: 60 users
Total Pengunjung: 6224161 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
KONTRADIKSI AJARAN SYI’AH, EDISI – 3 
Penulis: Pejuang Islam [ 4/9/2016 ]
 

KONTRADIKSI AJARAN SYI`AH, EDISI  3


Luthfi Bashori


 (Dinukil dari buku karangan Sulaiman Al-kharasyi)



 7. Al-Kulaini menyebutkan dalam kitab al-Kafi (kitab rujukan utama Syi`ah), Bahwa para Imam mengetahui kapan mereka akan mati, dan mereka tidak mati kecuali dengan pilihan dari mereka. Al-Majlisi menyebutkan dalam kitabnya, Bihar al-Anwaar, sebuah hadits yang menyatakan, Seorang Imam tidak mati kecuali dalam keadaan terbunuh atau diracuni.

 Jika seorang Imam mengetahui perkara ghaib, sebagaimana disebutkan al-Kulaini dan al-Hurr al-Amili, maka ia akan mengetahui makanan dan minuman yang dihidangkan kepadanya. Jika makanan dan minuman itu beracun, maka ia mengetahui racun yang terdapat di dalamnya dan ia menjauhinya. Jika tidak menjauhinya, berarti ia mati dalam keadaan bunuh diri, karena ia tahu bahwa makanan itu beracun. Dengan demikian, ia membunuh dirinya sendiri. Padahal Nabi SAW mengabarkan bahwa orang yang bunuh diri itu akan masuk neraka. Apakah Syi`ah ridla para Imam mereka masuk neraka?!

 8. Al-Hasan bin Ali turun dari tampuk kepemimpinan dan berdamai dengan Mu`awiyyah RA. Ketika para pembela dan para pasukan berkumpul di sisinya, yang memungkinkan untuk meneruskan peperangan. Sebaliknya, saudaranya, al-Husain, berontak terhadap Yazid bersama para sahabatnya dalam jumlah yang sedikit, ketika yang memungkinkanya untuk berdamai.
 
 Tentunya tidak luput, bahwa salah satu dari keduanya berada di atas kebenaran dan yang lainnya di atas kebatilan, karena jika al Hasan turun dari tampuk kekuasaan padahal mampu berperang adalah kebenaran, berarti pemberontakan al Husain dengan tanpa kekuatan dan memungkinkannya untuk berdamai adalah kebatilan. Sebaliknya, jika pemberontakan al Husain tanpa kekuatan adalah kebenaran, berarti turunnya al Hasan dari tampuk kekuasaan padahal memiliki kekuatan adalah kebatilan.
 
 Inilah yang menempatkan Syi`ah dalam posisi yang membingungkan. Karena jika mereka mengatakan: keduanya di atas kebenaran, berarti mereka menggabungkan dua hal yang kontradiksi. Pendapat ini merobohkan prinsip-prinsip mereka. Jika mereka mengatakan perbuatan al-Hasan itu batil, konsekwensinya mereka harus mengatakan, keimanannya itu batil. Dengan membatalkan keimanannya akan membatalkan keimanan dan kema`shuman ayahnya karena ia berwasiat kepadanya. Imam yang ma`shum itu tidak berwasiat keculali kepada Imam yang ma`shum sepertinya, sejalan dengan madzhab mereka.


 Jika mereka mengatakan, perbuatan al-Husain itu batil, dan konsekwesinnya mereka mengatakan, keimanan dan kema`shumannya itu batil. Dengan membatalkan keimanan dan kema`shumannya akan membatalkan keimanan dan kema`shuman semua anak keturunannya, karena ia adalah pokok keimanan mereka, dan silsilah imamah berasal dari jalurnya. Jika pokoknya batal, maka batal pula yang bercabang darinya.


Komentar Pejuang :


 Sayyidina Hasan bin Ali menyerahkan kekhalifahannya kepada Shahabat mu`awiyah, adalah sesuai dengan ijtihad beliau, terutama demi kemaslahatan umat Islam. Terlebih lagi beliau melihat bahwa Shahabat Mu`awiyyah adalah salah satu Shahabat Nabi SAW yang mendapat doa langsung dari Nabi SAW : Allahummaj`alhu haadiyan mahdiyyan (Ya Allah, jadikanlah dia (Mu`awiyyah) sebagai orang yang dapat memimpin dan mendapatkan petunjuk). Pilihan Sayyidina Hasan untuk menyerahkan tampuk pimpinan secara baik-baik tersebut, disambut baik pula oleh Shahabat Mu`awiyyah, dengan cara antara lain Shahabat Mu`awiyyah selama menjabat kekhalifahan, terus beristiqamah memberikan santunan dana untuk kehidupan Sayyidina Hasan dan Ahli bait-nya Nabi SAW yang lainnya, sebagai ikatan silaturrahim di antara mereka. (silahkan rujuk kitab Tarikhul Khulafa). Jika Sayyidina Hasan bin Ali dikatakan ma`shum oleh kelompok Syi`ah, maka Shahabat Mu`awiyyah pun saat memegang tampuk pimpinan, ternyata mendapat restu dari Sayyidina Hasan bin Ali, seorang yang ma`shum menurut Syi`ah. Hal ini berkonsekwensi bahwa kekhalifahan Shahabat Mu`awiyyah tidaklah salah menurut aqidah Syi`ah itu sendiri, karena telah didukung oleh seorang Imam yang ma`shum.


 

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Faisol  - Kota: Jepara
Tanggal: 1/11/2009
 
Setuju banget dengan dipostingnya tema ini, biar umat Islam semakin tahu kebobrokan ajaran Syi'ah. Kalo menurut Ustadz Syi'ah itu apa sebuah aliran dalam Islam atau bagaimana ? 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Jika bicara Syi'ah di Indonesia dewasa ini berarti Syi'ah Imamiyah Khomeiniyah Iraniyah, artinya Syi'ah yang meyakini adanya 12 Imam, yang menjadi dikembangkan oleh Khomeini yang menjadi agama resmi negara Iran, jika mempelajari buku-buku rujukan utama mereka yang intinya mengingkari keaslian dan kemurnian Alquran, serta mengkafirkan para Shahabat Nabi SAW, dan menyakini adanya Bada' atau Allah pernah melakukan kesalahan lantas menyadari kesalahan tersebut, dulunya tidak tahu lantas baru tahu setelah terjadi, maka Syi'ah Imamiyah ini sudah bukan lagi tergolong agama Islam, melainkan agama tersendiri di luar Islam.

2.
Pengirim: waluyo2104@gmail.com  - Kota: malang
Tanggal: 3/11/2009
 
bagaimana cara memberantasnya gus. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kita terus akan memberi penerangan kepada umat Islam baik kalangan awwam, pejabat pemerintah, aparat bahkan kalangan ulama pun perlu diberi informasi bahaya perkembangan Syi'ah di Indonesia. Kita juga wajib berjuang menciptakan kondisi pemerintahan Indonesia yang murni Ahlus sunnah wal jama'ah, mudah-mudahan suatu saat secara resmi kenegaraan, Indonesia dideklarasikan sebagai Bumi Ahlus sunnah wal jama'ah .

3.
Pengirim: ahmad syafi'i  - Kota: malang
Tanggal: 3/11/2009
 
bagaimana cara memberantasnya gus. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Secara bersama-sama, umat Islam Indonesia harus berani menmgusir aliran-Aliran sesat yang meresahkan masyarakat dari bumi Indonesia, dengan mengajak aparat untuk melindungi ketentraman warga mayoritas dari penodaan agama yang dilakukan oleh penganut aliran sesat termasuk Syiah.

4.
Pengirim: Ahmad syafi'i  - Kota: malang
Tanggal: 5/11/2009
 
Bagaimana pendapat anda tentang tulisan Gus Dur yang berjudul "Ilusi negara islam" yang tersiar bebas di Internet. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mohon maaf, kami belum membaca isinya dengan sepenuhnya, selain cuplikan-cuplikan yang beredar di situs-situs internet. Hanya saja mengingat buku itu diterbitkan oleh The Wahid Institute, bisa ditebak bahwa buku tersebut tentu dipenuhi oleh pendapat tokoh-tokoh liberal yang mengatasnamakan NU maupun Muhammadiyah, serta di dalamnya tentu syarat kepentingan kaum orientalis barat. Jadi tolak ukur buku tersebut tampaknya bukanlah menggunakan standar syariat Islam yang diajarkan oleh para ulama salaf, melainkan kepentingan kaum liberal yang lebih dominan.

5.
Pengirim: ahmad syafi'i  - Kota: malang
Tanggal: 9/11/2009
 
Gus, setelah kita habis sholat Jum'at kan disunahkan juga membaca do'a "Allohumma Yaa Ghoniyyu yaa hamiid, yaa mubdi'u yaa mu'iid yaa rohiimu yaa waduud, aghninii bihalaalika 'an haramika, wabitho'atika 'an ma'shiyatika wabifadllika 'an man siwaak.
Dari doa itu gimana kalau untuk jama'ah dlomir saya diganti kami/kita 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Ya cuma kata-kata AGHNINII diganti dengan AGHNINA,A yg lainnya tetap tidak berubah.

6.
Pengirim: Ahmad Syafi'i  - Kota: Malang
Tanggal: 12/11/2009
 
Kpd. Yth Ust. Lutfii Bashori. Dalam doa khotmil Qur'an yang umum diterbitkan di Indonesia semua dlomirnya pakai Naa tapi setelah sampai pada "Alloohummarhamnii bil-Qur'aan dst, Dlomirnya berganti Nii. Bolehkah seandainya Khataman berjama'ah Dlomir Nii diganti Naa".  
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Karena pada batasan itu adalah berisi bait-bait sya'ir, maka penulisnya lebih senang menuliskan apa adanya Allahummarhani, tapi jika akan kita ganti dg Allahummarhamna juga tidak apa-apa, alias tidak salah, dan boleh-boleh saja.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam