APA UNTUNGNYA MENGEJAR FATAMORGANA ?
Luthfi Bashori
Jangat tertipu dengan gemerlapnya kehidupan dunia, karena hidup di dunia itu hanyalah sementara, dan penuh dengan fatamorgana. Kehidupan dunia adalah waktu yang sekejap di banding kekalnya kehidupan akhirat yang lebih hakiki tanpa dibatasi oleh apapun atau keadaan yang unlimitide.
Sedangkan mengejar kehidupan dunia yang bersifat sementara itu, hanya dapat dinikmati oleh mereka yang berpikiran pendek, materialistis dan tidak memiliki harapan hidup nikmat di akhirat sama sekali.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna), dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat, kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud, 15-16).
Sedangkan orang yang ingin mendapatkan kenikmatan yang hakiki di akhirat nanti, maka akan menjadikan kehidupan dunia itu sebagai perantara semata, dan akan selalu mempersiapkan diri demi mendapatkan kehidupan yang terbaik di akhirat nanti.
Sy. Abdullah bin Mas’ud RA memberitahukan bahwa suatu saat Rasulullah SAW tidur di atas tikar. Ketika beliau SAW bangun, tampak jelas bekas tikar itu di kulitnya. Kemudian ada shahabat yang mengusulkan, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika kami ambilkan kasur untukmu?”
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apalah artinya dunia ini buat diriku. Aku di dunia ini bagaikan orang yang bepergian dan berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi).
Padahal beliau SAW sendiri sudah dijamin akanditempatkan di sorga yang derajatnya paling tinggi di antara makhluk-makhluk beriman yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Namun beliau SAW justru sangat sedikit dalam menikmati gemerlapnya kehidupan dunia demi mempersiapkan diri unuk hidup di akhirat yang lebih kekal.
Sy. Ibnu Umar RA berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hiduplah di dunia ini seakan-akan engkau orang asing atau orang yang sedang lewat sebentar.” (HR. Al-Bukhari).
Umumnya, kebiasaan orang asing atau orang yang sedang lewat di suatu tempat, tentu tidak memerlukan waktu yang lama di tempat pemberhentiannya, bahkan jika ia memerlukan sesuatu untuk menambah bekal di saat itu, maka akan mengambil keperluannya tersebut hanya sekedarnya saja tanpa ingin menambahi beratnya beban yang telah dibawanya.
Sy. Abdullah bin Mas’ud RA memberitakan, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Janganlah kalian menumpuk-numpuk harta, karena akan mengakibatkan kalian sangat mencintai dunia.” (HR. At-Tirmidzi).
Dunia yang penuh tipu daya itu, sebenarnya hanyalah tempat yang tidak terhormat bagi setiap orang, bahkan mengejar kenikmatan dunia itu adalah bukti ketidakmampuan pelakunya. Karena durasi umur manusia yang tidak dapat ditebak, justru akan menjadi ranjau-ranjau jebakan bagi siapa saja yang terlena di dalam kehidupan dunia.
Sy. ‘Aisyah RA menuturkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dunia merupakan tempat tinggal bagi orang yang tidak punya tempat tinggal, juga merupakan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan hanya karena dunialah orang yang tidak berakal mengumpulkannya.” (HR. Ahmad).