|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 61 users |
Total Pengunjung: 6224162 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
LANGKAH SAFARI DAKWAH SANG GURU TERCINTA, ABUYA DR. SAYYID AHMAD BIN MUHAMMAD ALWI ALMALIKI (MAKKAH) |
Penulis: Pejuang Islam [ 18/7/2017 ] |
|
|
LANGKAH SAFARI DAKWAH SANG GURU TERCINTA, ABUYA DR. SAYYID AHMAD BIN MUHAMMAD ALWI ALMALIKI (MAKKAH) DI JOHOR MALAYSIA (6)
Luthfi Bashori
JIHAD AKBAR DI KALANGAN PARA ULAMA
Termasuk Jihad Akbar bagi para ulama adalah berkonsentrasi memperdalam ilmu dan menyebarkannya, mempraktekkan ilmunya dengan amalan yang baik dan benar, selalu istiqamah berdzikir kepada Allah serta menjaga akhlaq yang mulia dimanapun berada.
Tidak kalah penting, kesabaran dan kontinyunya para ulama dalam mengajar dan mendidik murid-murid serta jamaahnya hingga menjadi generasi yang shalih, juga termasuk Jihad Akbar yang pahalanya sangat besar dan berlipatganda.
Mengisi dan memagari jiwa para murid serta jamaahnya dengan kaidah-kaidah islamiyah lewat transformasi ilmu yang disertai rasa mahabbah untuk menjalin hubungan yang baik hingga terwujudnya saling mencintai dan menghormati di antara syeikh (guru) dan murid, bukanlah pekerjaan ringan. Karena, kedua belah pihak harus siap mengorbakan ego dan kepentingan pribadi masing-masing.
Terkadang seorang guru harus bersabar saat menghadapi berbagai macam perilaku para murid dan jamaahnya, terutama perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh gurunya.
Maka untuk membina dan meluruskan kelakuan para murid serta jamaahnya yang tidak sesuai dengan harapannya itu, tidak jarang sesorang guru harus mengorbankan banyak hal, baik pengorbanan secara moral maupun material.
Sebaliknya, terkadang seorang syeikh (guru) memiliki sifat dan kebiasaan yang sulit dicerna oleh para muridnya, maka selagi hal itu tidak bertentangan dengan ketentuan syariat, maka para murid juga harus bersabar dan selalu berhusnuddhan demi mendapatkan keberkahan ilmu yang diajarkan oleh gurunya.
Jika telah terjalin kehidupan yang harmonis dan saling mencintai serta saling menghormati antara guru dan para murid, maka keberkahan demi keberkahan akan diturunkan oleh Allah kepada mereka, terlebih bagi calon-calon pengganti ulama sebagai generasi berikut pewaris para Nabi.
Terjalinnya shilah (hubungan baik) dan mahabbah (saling mencintai) ini pun akan menelorkan sifat rahmah pada diri mereka masing-masing.
Tatkala Rasulullah SAW mengajarkan Alquran dan berbagai macam ilmu tentang tata cara berislam, beriman dan berihsan kepada para shahabatnya, maka silaturrahim maupun ukhuwwah islamiyah benar-benar terbentuk di kalangan mereka bahkan sangat menonjol.
Demikian juga timbulnya saling mencintai, saling menghormati serta saling mempercayai di antara umat Islam saat itu, benar-benar terwujud secara sempurna dalam bimbingan Rasulullah SAW.
Karena terciptanya situasi dan kondisi yang dibangun oleh Rasulullah SAW seperti yang tersebut di atas, maka beliau SAW mendapat gelar sebagai seorang nabi yang Rahmatan lil `alamin.
Termasuk pengaruh positif dari sifat Rahmatan lil `alamin yang dimiliki oleh Rasulullah SAW, bukan hanya untuk kalangan manusia saja, namun ada juga batu dan tumbuh-tumbuhan yang ikut merasakan rahmat (kasih sayang) beliau SAW, sebagaimana dalam suatu riwayat disebutkan adanya batu dan pohon kurma yang merasa rindu kepada Rasulullah hingga mengucapkan salam kepada beliau SAW.
Demikian juga banyak riwayat shahih yang menceritakan bahwa ada hewan seperti onta, ingin selalu dekat kepada Rasulullah SAW.
Dengan adanya sifat Rahmatnya Rasulullah SAW, maka orang-orang kafir yang menentang Allah pun tidak dibinasakan secara langsung oleh Allah, tidak seperti nasib orang-orang kafir di jaman para Nabi terdahulu yang banyak dimusnahkan oleh Allah SWT.
Bahkan dengan sifat rahmatnya Rasulullah SAW, maka orang yang kafir kepada Allah itupun tidak diperintahkan untuk langsung dibunuh, tapi tetap diberi kesempatan untuk menikmati kehidupan dunia (namun umat Islam tetap harus mewaspadai terhadap tipu daya orang-orang kafir dan tetap menjaga jarak secara baik, pen).
Di dalam menjalani hidup bersama-sama di muka bumi, maka tetap harus menjaga keharmonian dengan sesama manusia, namun tetap dalam koridor yang dibenarkan oleh syariat Islam.
Kecuali terhadap orang-orang kafir yang memerangi umat Islam secara fisik, maka mereka pun wajib diperangi bahkan boleh dibunuh dalam medan peperangan.
Jadi, metode pendidikan yang telah diterapkan oleh Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh para ulama itu adalah metode pendidikan yang sangat sempurna, dan perlu dilestariksn oleh dunia Islam.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|