Luthfi Bashori
Maraknya aliran dan pemikiran sesat yang berkembang di dunia Islam dewasa ini, tidak lepas dari tergerusnya keimanan dan adab kesopanan di kalangan umat Islam oleh budaya Barat serta budaya non Islam lainnya.
Lewat infiltrasi budaya non Islam ke dalam tubuh umat Islam inilah yang seringkali dapat merongrong aqidah dan akhlaq umat Islam, sehingga banyak di antara mereka yang menjadi sangat jauh dari ajaran syariat Islam yang sesungguhnya.
Bahkan sebagian dari mereka, justru menjadikan kitab suci Alquran, Sunnah Rasulullah SAW dan ajaran para ulama salaf terdahulu, sebagai momok yang sangat menakutkan jika harus mereka pelajari dan mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tentang keberadaan kelompok orang yang beridentitas Islam, namun menjadi islamophoby (anti Islam), bukanlah sesuatu yang asing di telinga umat. Bahkan tak jarang, ada seseorang yang terlanjur didapuk sebagai tokoh Islam oleh publik, namun seringkali menyuarakan statemen-statemen bertentangan dengan ajaran syariat Islam, serta lebih mengedepankan pemikiran pribadi yang telah terkontaminasi oleh budaya Barat serta pemahaman non Islam.
Maka keberadaan kelompok ini akan menjadi musibah bagi umat Islam, karena tentunya ada di kalangan masyarakat awam yang sebenarnya sedang membutuhkan siraman rohani, namun terlanjur mempercayai dan membenarkan apa yang dikatakan oleh sang tokoh idola, walaupun ajarannya itu jelas-jelas bertentangan dengan ajaran para ulama salaf yang selalu merujuk kepada Alquran dan hadits.
Pemahaman-pemahaman baru yang dimunculkan oleh tokoh-tokoh seperti inilah yang hakikatnya lebih memudahkan proses penghancuran Islam dari dalam. Apalagi di kalangan masyarakat yang hidup di era digital seperti saat ini, tidak sedikit yang menjadi latah dan ikut-ikutan menyebarkan pemikiran sang idola, sekalipun pemikirannya sudah terkontaminasi oleh ajaran non Islam tersebut.
Kalangan awam yang hanya asal copy paste tanpa tahu dimana letak kesesatan pemikiran seorang tokoh idolanya, lantas bertindak sebagai distributor dari pemikiran sesat seperti tersebut di atas, maka lazim disebut sebagai kaum ruwaibidhah, yang keberadaannya termasuk menjadi salah satu musibah pula bagi umat Islam, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan di dalam Sunannya :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Abu Bakar bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi menuturkan kepada kami dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah).
Imam Ibnu Abi Dunya menerangkan bahwa Syah Syuraih berkata, “Kadang kita terkena musibah dan ketika aku tertimpa musibah aku bersyukur kepada Allah empat kali. Pertama aku bersyukur karena hanya demikian pahala padahal Allah mampu menimpakan yang lebih besar. Kedua, aku bersyukur karena diberi oleh Allah kesabaran. Ketiga, aku diilhami oleh Allah bisa mengucap inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun sehingga dapat pahala. Dan keempat, aku bersyukur kepada Allah karena musibahnya bukan pada masalah agama dan keyakinanku.