70.000 ORANG MASUK SURGA TANPA HISAB ITU,
YANG BERSIH DARI KEMUSYRIKAN
Luthfi Bashori
Di antara sekian banyak umat Islam yang hidup di jaman sekarang, ternyata masih ada saja di kalangan mereka yang sengaja mendatangi ‘orang pintar’ untuk meminta diramal nasibnya.
Atau minta dibuatkan jampi-jampi sesajen yang mantranya mengandung kesyirikan, karena isinya itu meminta kepada makhluk halus agar mau menyelesaikan problem yang dihadapinya. Bahkan untuk mematikan rival yang dihadapinya, entah itu dalam dunia bisnis, politik jabatan, atau demi mengharumkan nama baiknya di depan publik, namun dengan menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Atau sengaja mendatangkan jin untuk merasuki dirinya, alasannya demi melestarikan kebudayaan semacam permainan jaranan maupun bantengan dan yang semisalnya, padahal permainan semacam itu rawan mengandung unsur kesyirikan kepada Allah.
Umat Islam yang kelak ingin masuk sorga secara mudah tanpa banyak rintangan, maka hendaklah dapat menjaga diri dari perbuatan syirik kepada Allah, dan tidak mendukung orang-orang yang berbuat syirik sekecil apapun, termasuk syirik karena menyembah tuhan selain Allah.
Sy. Ibn u Abbas RA mengabarkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bercerita bahwasannya beliau telah diperlihatkan (pada malam Isra’ Mi’raj) beberapa umat. Ada seorang nabi yang lewat bersama kaumnya. Lalu ada seorang nabi yang lewat tanpa disertai seorang pun dari umatnya. Setelah itu ditampakkan kepada beliau sekelompok manusia yang berjumlah besar, namun hanya kelihatan hitam (karena jumlahnya yang banyak dan jaraknya yang jauh).
“Apakah mereka umatku?” tanya Rasulullah SAW.
“Bukan, itu Nabi Musa AS dengan umatnya,” jawab malaikat yang mendampingi Rasulullah SAW, “Coba liat ufuk sana itu..!”
Rasulullah SAW pun memandang ke arah ufuk yang ditunjuk oleh malaikat, dan beliau melihat manusia dalam jumlah yang lebih besar lagi.
“Coba lihat lagi semua penjuru ufuk langit itu,” pinta malaikat.
Di ufuk yang ditunjuk oleh malaikat itu, Rasulullah SAW melihat jumlah umat manusia yang sangat besar sehingga memenuhi seluruh ufuk langit.
“Itulah umatmu dan 70.000 di antara mereka akan masuk surga tanpa dihisab (perhitugan amal perbuatannya),” papar malaikat.
Setelah menceritakan semua itu, menurut Sy. Ibnu Abbas RA, maka Rasulullah SAW masuk ke dalam rumah. Kemudian para shahabat ribut menafsirkannya sendiri-sendiri. Di antara mereka ada yang mengatakan, “Kamilah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”
“Anak cucu kami lahir pada masa Islam, sedangkan kami dilahrikan pada masa jahiliah.”
Penafsiran mereka itu didengar oleh Rasulullah SAW, lalu beliau keluar menemui mereka dan bersabda, “Mereka (70.000 orang beriman yang masuk surga tanpa dihisab) itulah orang-orang yang tidak suka dijampi mantra (yang berisi kesyirikan), tidak mau diramal (nasibnya), dan tidak mau mengatakan, “obatlah yang menyembuhkan penyakitku”. Hanya kepada Allah mereka bertawakkal (berserah diri).”
Sy. Ukasyah bin Muhhan RA berdiri, “Apakah aku juga termasuk dalam golongan mereka, wahai Rasulullah?”
“Ya, kamu juga,” jawab beliau SAW.
Lalu Sy. Sa’ad bin Imarah Al-Anshari RA juga bangkit dari duduknya, “Apakah saya juga termasuk ke dalam golongan mereka?”
“Ukasyah sudah mendahuluimu untuk mendapatkannya,” jawab beliau SAW. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)