ASSALAM ITU NAMA ALLAH, MAKA YANG KAFIR TIDAK PATUT MENERIMANYA
Luthfi Bashori
Sy. Ibnu Masâud RA. menuturkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, âAs-Salam termasuk salah satu nama Allah taâala yang diletakkan Allah di bumi, maka sebarkanlah dia. Karena, apabila orang muslim melewati sekelompok orang (muslim), lalu ia memberi salam kepada mereka, maka ia memiliki kelebihan satu derajat di atas mereka dengan mengingatkan salam kepada mereka. Jika mereka tidak menjawabnya, maka ia dijawab oleh yang lebih baik dari mereka (yakni para malaikat).â (HR. Al-Bazzar dan Baihaqi).
Karena Assalam adalah nama Alah maka umat Islam wajib memuliakannya dengan cara saat mengucapkan salam itu harus dengan penuh hormat, dan yang mendengarkannya harus juga merespon dengan penuh hormat.
Sy. Abu Hurairah RA mengabarkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, âKalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling mencintai. Tidakkah kalian mau aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan akan menjadikan kalian saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam antara kalian. (HR. Muslim).
Baik di kalangan tua, maupun muda, kalangan dewasa mapun anak-anak, kalangan pria maupu wanita, maka ucapan salam tetap disunnahkan untuk digalakkan bagi sesama muslim.
Sy. Asmaâ binti Yazid RA mengatakan, âRasulullah SAW pernah berjalan melewati kami dan melihat sekelompok wanita sedang duduk-duduk, maka beliau memberi salam kepada mereka.â (HR. Abu Dawud).
Sy. Anas bin Malik RA menuturkan, bahwa Rasulullah SAW bertemu dengan beberapa anak, lalu beliau SAW memberi salam kepada mereka. (HR. Muslim).
Bahkan kepada kalangan mayit pun tetap disunnahkan untuk menyampaikan salam.
Sy. Abu Jurayyi Al-Hujaimiy RA mengemukakan bahwa ia pernah mendatangi Rasulullah SAW dan mengucapkan, âAlaikassalam, ya Rasulullah.â
Nabi Muhammad SAW menerangkan, âJanganlah engkau mengatakan Alaikassalam, karena sesungguhnya Alaikassalam itu adalah salam untuk orang yang sudah meninggal.â (HR. Dawud dan Tirmidzi)
Karena Assalam itu termasuk nama Allah, maka tidak boleh disampaikan kepada siapa saja yang mengingkari syariat agama Allah, baik itu dari kalangan ahli kitab yang mengingkari kebenaran Alquran, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani, maupu kaum paganis, yaitu penyembah berhala atau tuhan selain Allah.
Sy. Anas RA mengatakan, bahwa para shahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, âJika Ahli kitab (orang Nasrani) memberi salam kepada kami, bagaimana kami menjawabnya?â
âUcapkanlah Waâalaikum,â jawab beliau. (HR. Muttafaqun âAlaih).
Lafadz waâalikum ini biasanya dipergunakan untuk mencela lawan bicara, jika di Indonesia akan lebih tepat dimaknai, âCelakalah engkau !â
Sy. Abu Hurairah RA mengatakan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, âJanganlah kalain mendahului orang-orang Yahudi dan Nasrani memberi salam.â (HR. Muslim).
Sy. Abdullah bin Dinar RA mengisahkan, bahwa ia mendengar Ibnu umar RA bertanya kepada Rasulullah SAW (soal salam dari orang kafir). Beliau SAW menjawab, âOrang-orang Yahudi, bila mereka memberi salam kepada umat Islam (hakikatnya) mereka mengucapkan âAssalamuâalaikumâ (racun untukmu), maka jawablah âAlaikaâ (kembali pada dirimu).â (HR. Muslim)
Sy. âAisyah RA menceritakan, ada serombongan orang Yahudi meminta bertemu Rasulullah SAW. Mereka mengucapkan âAssaamuâalaikum (racun untukmu).â
âBal âalaikumus saam wa laânah (bahkan untukmulah racun dan kutukan),â jawab Sy. âAisyah RA.
Mendengar itu Rasulullah SAW bersabda, âYa âAisyah, sesungguhnya Allah senang keramahtamahan dalam segala urusan.â
Lantas Sy. âAisayah menerangkan, âTidakkah engkau mendengar ucapan mereka?â
âYa, aku mendengar,â jawab Rasulullah SAW. âBahkan telah kujawab âWaâalaikum.ââ (HR. Muslim)